Aku masih tak habis pikir, bagaimana mungkin Shinta tega melakukan ini padaku. Dan Abi pun begitu, masih saja merahasiakan pernyataan cinta Shinta padanya. Apa Abi benar-benar akan bersama Shinta?
Aku tak mau memikirkannya. Terlalu berat bagiku kalau Abi lebih memilih Shinta dari pada aku. Aku menggelengkan kepalaku.
Dari pada pikiran kemana-mana, lebih baik aku keluar rumah. Mingkin ini efek dari terkurung di rumah beberapa hari ketika aku terserang demam.
Pagi ini, Abi yang menyiapkan sarapan untukku. Entah kenapa, masih ada rasa kesal tiap kali melihat Abi. Bayangan-bayangan buruk itu seolah tampak nyata di mataku. Membayangkan ketika Shinta mengungkapkan perasannya sambil memegang tangan Abi, lalu... ah, ada apa denganku?
Aku bangkit dari tempat tidur. Bermain air di bawah shower sepertinya akan bisa mengusir hawa negatif dalam diriku. Bergegas aku menuju kamar mandi.
Aku sangat menikmati siraman shower yang menyentuh kepalaku. Titik-titik air yang jatuh di kepalaku seperti hujan yang turun dari langit membuat aku merasa tenang.
"Aku harus kuat, aku harus kuat, aku harus kuat," sambil terus mensugesti diri sendiri aku menikmati setiap titik air yang menyentuh ujung kepalaku, mengalir turun di setiap inci tubuhku.
"Ras, jangan lama-lama mandinya ya? Kamu kan baru sembuh. Nanti sakit lagi lo."
Suara Abi mengagetkanku. Sedikit dongkol, aku merasa Abi merusak momenku. Tapi ada benarnya juga, tubuhku mulai mengggigil. Segera aku matikan shower dan keluar dari kamar mandi.
Abi menungguku sambil duduk di tempat tidur. Di atas tempat tidur sudah ada sepiring buah, sarapan untukku. Abi bangkit mendekatiku, meraih tanganku, menciumnya lembut.
"Kamu udah bener-bener sehat?" tanya Abi menyenuh dahiku.
Abi menuntunku duduk di tempat tidur.
"Ras, aku sayang banget sama kamu. Kamu jangan diem terus dong sama aku. Rasanya sepi banget gak denger suara kamu beberapa hari ini. I miss you, Ras. I need you."Aku masih diam. Kalau memang kamu sayang aku, Bi, seharusnya kamu cerita kalau Shinta ungkapin perasaannya ke kamu, batinku.
"Sayang, aku minta maaf kaau aku ada salah sama kamu ya? Apaun kesalahanku itu, aku minta maaf."
Jadi, kamu belum menyadari kesalahan kamu?
"Hari ini aku mau main ke TK, boleh?" tanyaku. Abi menatapku lega. Setelah sekian hari aku mendiamkannya.
"Boleh, Sayang. Boleh banget. Aku antar, ya?" Abi tampak senang sekali aku bicara padanya.
"Gak usah, aku naik taksi aja. Biar lebih leluasa pulang jam berapa."
"Pulangnya aku jemput, ya? Jam berapa pun kamu telpon aku. Aku bakal langsung meluncur jemput kamu. Oke?" tatapan Abi penuh harap. Aku mengangguk. Abi memelukku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah(Finished)
RomanceKehidupan pernikahan tak selamanya mulus. Tak seperti dalam dongeng yang selalu berakhir bahagia. Justru dengan menikah, petualangan baru dimulai. Lalu apa jadinya, jika masalah yang hadir melibatkan hati? Bagaimana jika masalah itu datang dari oran...