We not have choice Chapter 1

1.5K 92 17
                                    


Ff saya kali ini terinspirasi dari film The Game Changer, maka jangan heran jika ada beberapa set yang sama dengan filmnya. Namun disini saya sengaja menambah dan merubah beberapa tokoh dan karakternya. Yah.. anggap aja ini The Game Changer versinya EXO, walau pun sebenarnya isinya melenceng jauh dari cerita aslinya.
Tolong maafkan imajinasi saya yang absurd ini ^_^

Cast

Huang Zi Tao as Wang Zi Tao (gs)
Xi Luhan as Wang Luhan (gs)
Oh Sehun as Wang Shixun
Wu Yi fan as Wang Yi fan
Park Chanyeol as Wang Chan lie

Other cast

Other exo members

And Support cast

Ji jin Hae as Wang Jin Hao

End happy reading

Sebenarnya hidup itu memiliki banyak pilihan, dalam hal apapun
Namun... tidak bagi orang-orang yang berada di bawah naungan

Black Eagle

Sekali dia masuk, maka tak kan pernah bisa keluar darinya
Sedikit saja bantahan, maka hukuman yang tak pernah terbayang oleh siapapun, yang akan di dapatnya.

Dan nyawa adalah harga mati untuknya

Chan lie, 23 tahun, putra ke tiga dari Jendral Wang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan lie, 23 tahun, putra ke tiga dari Jendral Wang. Pria tampan yang di juluki  si happy virus ini memang sangat hiper aktif dan banyak bicara kejenakaannya disenangi orang di sekelillingnya. Namun semua akan berbanding terbalik ketika ia bertemu lawannya. Maka perhitungkan kembali niatmu padanya.

Saat ini Chan lie berada di bandara international hongkong dengan belasan pengawal bersamanya, ia sedang menunggu dan menjemput seorang yang telah lama berpisah dengannya. Dan sekarang ia sedang melakukan kekonyolannya dengan sebuket bunga di tangannya

"Gagak menurunkan gagak, merpati menurunkan merpati dan tikus me-?"

Chan lie menyodorkan buket bunga pada patung kuda di hadapannya lalu mengelusnya.

"Tidak- tidak"

"Kau seperti pheonyx yang.."

"Tidak, bukan pheonyx tapi merpati. Merpati putih yang terbang dengan sayap indahnya"

Pemuda itu masih nampak berpikir keras, ia lalu membenahi kaca mata hitamnya sambil merapikan setelan jas birunya

We Not Have Choice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang