We not have choice chapter 2

868 69 10
                                    

Minggu pagi, Lu han sudah ada di gereja yang sejak kecil sering ia kunjungi. Dulu, hampir di setiap minggunya ia datang kemari bersama ke empat saudaranya dan yang paling sering adalah Zi Tao dan Chan lie yang menemaninya. walaupun sebenarnya hanya ia saja yang duduk beribadat, berdo'a di gereja itu dan yang lainnya hanya duduk menemaninya saja tanpa ada minat melakukan hal yang sama sepertinya.

Tapi sekarang ia hanya sendirian di sana dengan beberapa pengawal di luar gereja. Kini, tak ada Zi Tao maupun Chan lie yang setia menemaninya seperti dulu, karena kedua adik bungsunya itu sibuk dengan kuliahnya. Chan lie pun sudah pergi pagi-pagi sekali karena tugas dari ayahnya, sedangkan Yi fan, entahlah pria itu sama sekali tak bisa ia harapkan sama sekali sekarang.

Lu han kecil adalah sosok yang manis, periang, ramah juga alim hanya bertambah anggun saat setelah ia dewasa kini.

Si cantik itu memejamkan mata, menopang tangan di meja gereja dengan menautkan kedua tangannya. Berdo'a pada yang Esa entah apa angan-angan gadis itu pada Nya.

Setelahnya ia pun bangkit lalu berjalan ke luar gereja. Rupanya di luar telah hujan, gadis itu menghentikan langkahnya sejenak lalu mengambil ponsel di saku coat maroonnya. Lalu ia melihat gambar foto masa kecil dirinya bersama ke empat saudaranya dulu.

"Sibuk ya?" tanyanya pada foto itu

"Bahkan tak satupun dari kalian yang peduli padaku. Kalian melupakanku..." lirihnya

"Tapi tidak! Aku tak akan diam saja, aku tak bisa membiarkan mereka terus- menerus begitu. Ya!" dengan raut wajah yang sulit di artikan, gadis itu pun melenggang masuk ke mobilnya di ikuti para pengawalnya.

***

"Mana baba?" Tanya Lu han dengan langkah cepatnya pada penjaga di rumahnya

"Tuan besar ada di ruang kerjanya nona Lu" penjaga itu terus mengikuti langkah anak majikannya itu

"Aku ingin menemuinya!"

"Maaf nona Lu, tapi tuan besar sedang ada rapat penting saat ini, dan beliau berpesan supaya tidak di ganggu dulu" jelas penjaga itu sambil merentangkan tangannya di pintu ruang kerja Jin hao

"Kenapa kau menghalangiku? apa aku tidak boleh, bertemu ayahku sendiri? Minggir!"

"Nona, tolong mengerti..."

Penjaga itu tetap menghalanginya

"Kau mau melawanku? Aku akan teriak dan meminta ayahku untuk memecatmu kalau kau masih begitu!"  dan penjaga itu tak bisa apa-apa lagi setelah di ancam Lu han

BRAKK!

"Baba! Aku benar-benar-" ucapan Lu han terputus saat melihat sekeliling ruang itu. Dan semua yang ada di sana pun melirik ke arahnya

"Oh, jadi ini rapat pentingnya?" semua yang berdiri disana kembali memalingkan muka, saat Lu han melirik mereka satu persatu terkecuali ayahnya, pria paruh baya itu masih duduk tenang di kursi kerjanya.

"Baba melarang siapapun masuk ke sini, bahkan termasuk aku. tapi mereka? Ada apa ini?" Sinis gadis itu

Lu han sungguh kesal, apalagi setelah tau ada ke empat saudaranya disana. dia merasa terdiskriminasi oleh ayahnya sendiri sekarang.

"Lu... kau sudah dewasa, tentunya kau paham tentang hal-hal semacam ini"

"Baba..."

We Not Have Choice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang