16.EDWARD TAN

166 11 0
                                    

Mewah.
Kata itulah yang terlontar dalam decakan kagum Gissele dan Sissyl saat mereka melewati sebuah lorong bernuansa gading dengan foto-foto yang berpigura emas terpaku rapih berurutan di dinding.

Foto keluarga Edo alias Edward Tan.Foto Ayah Edo bersama beberapa petinggi negara juga Ibu Edo bersama Ibu negara.

Tapi dimana foto masa kecil dan foto keluarga lainnya?

Kenapa dinding bisu itu terlihat kaku dan dingin?

Aland mengeratkan genggaman tangannya lalu mengangguk pelan.Dia merasakan keingintahuan Gissele akan sesuatu dan dia akan menceritakan segalanya nanti.

"Siapkan kolam renang dan spa.Siapkan juga makan siang." Perintah Edo pada seorang pelayan.

Pelayan berumur lanjut itupun mengangguk hormat lalu pergi.

Edo membantingkan tubuhnya ke atas sofa panjang berwarna putih.Membaringkan kepalanya diatas pangkuan Vera sementara Aland dan Gissele duduk di two seater sofa.

"Syl." Panggil Armand mengejar Sissyl saat mereka memasuki ruangan.

Sissyl berdecak lalu membuang muka ke arah lain, berusaha mengacuhkan genderewo disampingnya.

"Aku bisa jelasin soal kemaren Syl." Katanya pelan,berusaha menghadapi gadis manja disampingnya.

"Gak ada yang harus dijelasin." Potong Sissyl ketus.
"Semuanya udah jelas."

Armand mendecak frustasi. Telepon sialan kemarin malam itu sudah menggagalkan rencananya untuk menembak Sissyl dengan romantis.

"Do.Jelasin dong hubungan gue sama Erica." Pinta Armand kepada Edo serius karena cuma Edo yang tahu mengenai hubungan mereka.

"Erica yang mana? Yang anak Taruna Bakti? Yang waktu itu lu kejar-kejar ampe ke rumahnya di Bali?" Tanyanya polos.

Armand melotot dengan beringas lalu mengumpat pelan.Berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak menelan sahabatnya bulat-bulat.

Yang Edo katakan memang benar adanya.

Waktunya aja yang gak tepat.

"Mas kejar dia ampe Bali? Waktu itu aku minta anter ke salon Mas gak mau!" Cerocosnya sambil menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju Gissele.

"Temenin ke WC!" Serunya manja.

Gissele terpana melihat air mata yang sudah hampir tak terbendung di pelupuk mata Sissyl.Wajahnya memerah dan badannya bergetar hebat.

Dia mengalihkan pandangannya sesaat pada Vera yang untungnya langsung disambut dengan anggukan pelan.

"Sebentar ya..." pamitnya pada Aland yang duduk disampingnya.

Terdengar desahan berat dari bibir Armand.Dihampirinya Edo lalu duduk disampingnya dengan gontai

"Lo kenapa?" Tanya Edo polos sembari mengunyah semangka.

"Semangka?" Tawarnya.

Armand menatap Edo tak percaya dengan rahang yang hampir lepas dari tempatnya.

"Atau mau melon?" Tawarnya lagi.

"Nggak!Gue lagi pengen nelen duren sama kulitnya sekalian!" Ucapnya ketus sembari beristigfar dalam hati.

"Wuih!...sejak kapan seneng duren sama kulitnya? Tapi gue ga nyiapin duren.Ada jeruk,mau?"

"AAARRRRGGGGGHHHHHH" Armand menggeram frustasi sembari membentuk gerakan mencekik dengan kedua tangannya lalu mengumpat keras dengan bahasa India.

Lelah karena Edo tidak merespon apapun selain mengunyah buah.
Akhirnya Armand pergi sembari meneruskan umpatannya.

Edo mengernyitkan dahinya,berusaha menterjelmahkan umpatan Armand lalu dia melemparkan pandangannya pada Aland.

"Dia kenapa?"

=============================

Yang sabar ya Mand.Edo emang gitu orangnya.

Bego bego gimanaaaa gitu.

Untung cakep.

Hehehe.

Part ini aku persembahkan untuk para reader yang udah vote dan follow aku.

I love you all 😘😘😗

UP !!! #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang