19.MANJANYA GISSELE

175 11 0
                                    

Terdengar helaan nafas panjang dari bibir mungil Gissele.

Dengan menopang dagunya dia melayangkan pandangannya ke luar halaman kelas,padahal dari tadi Bu Wati berdeham didekat mejanya.

Hufff...

Gissele menghela nafas panjang lagi.

"Gissele!!!" panggil Bu Wati kesal.Kesal karena sudah cukup lama Gissele terbang ke dunia khayalan.

Bu Wati sedang mengajar Biologi,bukan filsafat ataupun puisi dimana muridnya diperbolehkan berimajinasi bebas.

Gissele yang kaget mendengar teriakan Bu Wati langsung mendecak kesal lalu menatap Bu Wati galak.

"Apaan sih berisik amat! Ga tahu orang lagi pusing apa?!" cerocosnya tanpa menyadari siapa yang dia ajak bicara.

Eh?

"Bagus ya...!" geram wanita berambut keriting sebahu itu.

Dahinya berkerut dan matanya berkedut.Jelas dia merasa terdzalimi karena dibentak murid yang masih bau kencur.

"SILAHKAN KAMU TERUSKAN LAMUNAN KAMU DI LUAR SANA. BERDIRI KAMU DI DEPAN KELAS.
SE KA RANG!!"

                             ***

Senyum sinis dari murid cewek dan tatapan iba dari murid cowok kentara terlihat saat mereka melihat Gissele berdiri di depan kelas.

Gissele meniup poninya kesal lalu merenggangkan kakinya yang mulai pegal.

"Utun?" Panggil seseorang dengan suara yang dikenalnya.

Gissele mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

Tak jauh dari tempatnya berdiri,seorang cowok berdiri dengan menggenggam gulungan kertas di tangannya.

"Onye!" Adu Gissele sedikit manja, karena sejak kecil hanya Juna tempatnya berlari saat ada masalah.

Juna tersenyum miring, menampakkan tatapan ramah di wajahnya. Dihampirinya Gissele lalu menepuk kepalanya sesaat.

"Kenapa?"

"Dihukum guru."

"Kalau itu sih gue juga tahu.Kenapa bisa dihukum?"

"Ngelamun di kelas.Hehe."

"Kebiasaan." Omelnya sembari memukul pelan kepala Gissele dengan gulungan kertas itu.

"Bentar."

Juna masuk kedalam kelas dan keluar 5 menit kemudian.

"Ayo." Ajaknya sembari menarik pelan jemari Gissele.

"Kemana?...tapi..."

"Gue udah bilang ke Bu Wati lo dipanggil ke ruangan OSIS. Mending lo ikut daripada berdiri disini."

Gissele pun mengangguk penuh semangat.

                          ***

"Nih." Ucap Juna sembari menyodorkan sebungkus roti coklat kepada Gissele.

"Makan rotinya sambil nungguin gue ngetik sebentar."

Gissele mengangguk pelan.Duduk menunggu sembari makan roti kesukaan masih lebih baik daripada berdiri didepan kelas sampai istirahat.

"Kebiasaan deh kalo makan." Kekeh Juna sambil mengusap ujung bibir Gissele.

BRAKK!!

Reflek Gissele bangkit berdiri sembari menabrak meja.Wajahnya pucat seperti habis melihat hantu dan tubuhnya bergetar hebat.

Dia benci disentuh.

"Gi?" Tanya Juna heran.

Hiks...

Entah kenapa Gissele terisak.Air matanya sudah tak terbendung lagi.

"Maaf...gue yang salah...bukan lo yang salah..." ucapnya serak disela tangisannya.

"Gi..."

"Jangan maju lagi atau hidup lo tamat sekarang."

Ucapan dingin seorang cowok dari  belakang mereka membuat suasana semakin kaku.

Juna berdiri membatu di tempatnya berdiri saat tangis Gissele semakin tak terbendung lagi.

Aland melangkah tegap menghampiri Gissele namun sesaat dia menatap tajam Juna seakan hendak membelah tubuhnya menjadi dua.

"Gue diam karena lo sahabat cewek gue.Tapi sekali lagi lo bikin dia nangis,gue kubur lo di halaman belakang sekolah." Ancamnya serius,membuat Juna tergidik ngeri.

Aland melepas jaket hoddie yang dikenakannya lalu memakaikannya pada Gissele yang tangisnya perlahan mereda.

"Jangan nangis." Ucapnya pelan sembari menggenggam jemari Gissele lembut.

Gissele mengangguk lemah dari balik hoddie yang menutup wajahnya.

Juna yang masih belum mengerti apa yang terjadi hanya terdiam.Bahkan saat Aland sengaja menabrak bahunya saat lewat.

Dia benar-benar tak habis pikir kenapa Gissele yang dulu cuek dan periang,berubah seperti es.

Dingin dan tak tersentuh.

Perlahan dia menarik nafas panjang dan menatap punggung Gissele yang perlahan menjauh.

"Gi...emangnya apa yang terjadi selama gue gak ada disamping lo?"

                           ***
Beberapa menit berlalu saat mereka berdua berdua terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing.

Sebuah selimut menutupi tubuh Gissele sebatas dada.Dia menghela nafas kesal saat Aland membawanya ke UKS dan menyuruhnya untuk berbaring seperti orang sakit.

Aland masih saja duduk diam ditempatnya sembari melipat tangan didepan dada.Seakan sedang mengawasi tawanan yang berencana kabur.

Ya.Tawanan cintanya.

Gissele memutar bola matanya.Kenapa hari ini begitu melankolis dan penuh dengan drama.

Apa ada hubungannya dengan jadwal 'tamu'nya yang baru saja datang?

"Al..." panggil Gissele sembari menepuk bantal didekatnya.

Terdengar hembusan nafas panjang dari mulut Aland.Dia berdiri dari kursi lalu duduk di tepi ranjang UKS.

"Udah makan?" Tanyanya pelan sembari mengelus kepala Gissele lembut.

Gissele menggeleng pelan.

"Ya udah.Aku beli dulu makanannya." Ucap Aland sembari bangkit dari duduknya.

Namun denggan gerak cepat Gissele meraih tangan Aland dan menariknya sehingga dia kembali duduk.

Aland menatap Gissele heran.Terlebih karena Gissele mengangkat tangan Aland lalu meletakkannya tepat diatas kepalanya,meminta Aland mengelus kepalanya seperti tadi.

"Jangan pergi..." ucapnya pelan sembari menutup matanya dan terlelap.Seutas senyum nampak pada wajahnya yang mungil.

Aland terkekeh pelan.Menyadari betapa manjanya Gissele sebenarnya.Sisi lain dari Gissele yang baru diketahuinya sekarang.

Dan dia menyukainya.

Sangat menyukainya...

========================

Hai sunshine...

Jezz mau berterima kasih sama teman2 yang sudah baca,vote dan comment ceritaku yang ga seberapa ini.

Road to 1K viewer...

Mungkin bagi author yang sudah terkenal,jumlah itu ga seberapa.

Tapi bagiku jumlah itu sangaaaaaat berharga.

So thanks...thanks and a big thanks for all of you.

Jezz akan usahakan update secara teratur.

Jadi keep reading ya.....

I love you...
I love you...
I love you so much...



UP !!! #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang