Sudah lima kali dalam 20 menit ini aku menghela napas, kelakuan maknae satu ini benar-benar membuatku tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia makan tiga mangkuk sup pedas tadi malam yang berujung ia terkena diare, padahal hari ini ia ada pemotretan penting.
"Sudah baikan?" tanyaku lembut, berbeda dengan hati ku yang sedang menyerapahi lelaki tampan ini.
Sehun menarik selimutnya lagi, aku dapat melihat jelas buliran keringatnya membasahi pelipis pasti perutnya sakit sekali.
"Minum obat dulu ya? Manager Kim sudah meminta jadwalmu ditunda sampai besok."
Dia mengangguk patuh lalu berusaha duduk dengan bantuanku, wajahnya yang sudah putih terlihat lebih pucat. Aku menyodorkan kapsul antidiare di depan mulutnya yang ia terima tanpa banyak bicara dan meminum air yang kuberikan.
Sehun menyandarkan kepalanya di pundakku manja, "Noona aku lemas sekali." rengeknya. Ya Tuhan menggemaskan sekali sampai aku ingin menggigit pipinya yang sengaja digembungkannya.
Aku membelai rambut hitamnya yang lembut dengan tangan satunya menghapus peluhnya, "Makanya lain kali dengarkan kataku, aku sudah melarangmu kemarin." omelku.
"Iya iya maaf noona."
Hhhh... Boleh aku culik saja tidak? Gemas sekali saat dia manja seperti ini. Aku dengan tidak tau dirinya menarik pipinya cukup kuat, menyalurkan kegemasanku pada lelaki yang lebih muda 2 tahun dariku itu.
"Aaa... Noona sakit!"
Aku tertawa kecil lalu mengacak rambutnya, "Istirahatlah, apa mau ke kamar mandi lagi?" tanyaku sambil membenarkan posisi selimutnya.
"Tidak, noona jangan kemana-mana ya?" sekali lagi, dia menggemaskan jika sudah manja seperti ini. Kesan manlynya di atas panggung hilang sudah, dia lebih terlihat seperti anak kecil yang sedang merengek minta dibelikan permen kapas.
"Aku hanya mengambil ponsel di kamarku sebentar, nanti aku kembali oke?"
Dia mengangguk pasrah, kasihan sekali pasti perutnya sangat tidak nyaman dan juga lelah bolak-balik kamar mandi sejak tadi pagi. Aku tidak tega meninggalkannya tapi aku harus menghubungi ayah untuk mengatakan kepulanganku ditunda lagi.
Aku melangkah keluar dari kamar Sehun yang berjarak tiga kamar dariku, baru beberapa langkah mataku menangkap orang yang tidak asing bagiku.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Suho oppa khawatir.
Mataku kembali terfokus pada Suho yang terlihat panik, mengabaikan lelaki yang juga tengah menatapku di belakangnya. Aku tersenyum simpul sebelum menjawab.
"Dia hanya diare, tadi sudah kuberi obat. Masuk saja, dia sedang istirahat."
Suho mengangguk mengerti, "Terimakasih Hye, aku masuk dulu." ucapnya lalu mengusap lenganku lembut sebelum masuk.
Sedangkan Baekhyun masih setia di tempatnya dengan pandangan mengarah padaku, Suho tidak mengajaknya masuk tentu saja dia tidak tau aku dan Baekhyun sudah berakhir. Tidak ada satupun yang tau kami sudah putus termasuk Kyungsoo, dia sedang sibuk dengan syuting dramanya jadi sangat sulit untuk bertemu. Aku rasa itu juga tidak terlalu penting karena sangat sedikit yang tau kami berkencan.
Aku mengambil nafas banyak-banyak mengisi persediaan kekuatanku yang mulai terkikis karena tatapannya. Aku merindukannya, aku merindukan Baekhyun.
Aku balas menatapnya dengan seulas senyum tipis yang aku paksakan, "Masuklah." ucapku sebelum melanjutkan langkah, namun langkahku terhenti saat mendengar suara indahnya mengalun digendang telingaku tapi berhasil mencabik hatiku.
"Kau terlihat baik-baik saja tanpa aku."
***
"Halo ayah?"
"Hye? Apa kabarmu nak?"
"Aku... Baik, ayah bagaimana? Heechan?" bohong, aku berbohong bahwa aku baik-baik saja. Sungguh tidak ada yang baik dari diriku sejak aku dan Baekhyun berpisah.
Terdengar kekehan dari seberang sana, "Ayah baik, Heechan sepertinya tidak. Dia merengek memintaku mengantarnya ke Seoul. Dia sangat merindukanmu Hye." aku menahan air mataku, aku rindu ayah dan Heechan.
"Aku juga merindukan kalian, tapi sepertinya aku harus menunda kepulanganku sampai tiga hari kedepan. Ada sedikit kendala disini."
"Tak apa, jangan terlalu memaksakan diri nak. Jaga kesegahanmu. Ah... Bagaimana kabar Baekhyun? Kalian baik-baik saja kan?" nafasku tercekat, tidak tau harus menjawab apa. Aku ingin jujur pada ayah tapi waktunya belum tepat.
Aku mengumpulkan kekuatanku sekali lagi, "Baik ayah, dia sangat sibuk sekarang." ucapku hampir bergetar.
"Sampaikan salamku padanya, jangan sering bertengkar." ayah terkekeh geli sedangkan aku meneteskan air mata dalam diam.
"Hm... Ayah baik-baik di sana, jangan lupakan suplemen dan vitaminmu. Aku tutup dulu, sampai jumpa ayah."
Aku memutuskan sambungan telpon setelah ayah mengiyakan ucapanku, aku terduduk di pinggir ranjang meremas ponselku kuat. Isakanku tidak dapat dihindari lagi. Ucapan Baekhyun tadi terus terngiang di kepalaku, ingin rasanya aku menangis di depannya, memeluknya erat dan mengatakan bahwa aku hancur tanpanya.
Hampir setiap malam selama seminggu ini aku tidak bisa tidur karena memikirkannya, bayangnya yang terlelap di sampingku dan senyum bodoh yang sering ditunjukkannya padaku terus menghantuiku. Aku merindukannya, merindukan pertengkaran kecil kami yang hanya karena makan malam, berebut remot tv atau karena Baekhyun yang menyembunyikan ponselku. Aku rindu dia dengan segala kenangannya.
Ponselku berdering menampakkan nama Sehun di layarnya, dengan sigap aku menghapus air mataku dan menetralkan suaraku agar tidak terdengar parau.
"Halo." ucapku pelan.
"Noona dimana?! Kenapa belum kesini?!" omelnya tapi masih terdengar lemas.
Aku terkekeh kecil, "Aku menelpon ayahku tadi, lagi pula sudah ada Suho oppa dan... Baekhyun kan?" ucapku pelan menyebut namanya.
"Tidak mau... Aku mau ditemani noona." rengeknya, astaga dia ini manja sekali pikirku.
"Baiklah, aku kesana. Tunggu sebentar."
Terdengar kekehan puas Sehun di sana, dia memang selalu semanja itu padaku terlebih setelah dia tau aku berpacaran dengan Baekhyun. Sehun sudah seperti adikku sendiri maka dari itu aku tidak pernah keberatan dengan sifat kekanakan dan tingkah manjanya itu.
Aku mengetuk pintu kamar bertuliskan angka 1401 itu, tak lama pintu terbuka menampakkan wajahnya lagi tapi kali ini aku sudah lebih bisa mengendalikan diri dan memberikan senyum yang lebih tulus. Aku berjalan memasuki kamar diikuti Baekhyun di belakangku, jujur aku merasa canggung luar biasa tapi tetap aku tutup rapat-rapat.
Sehun menarikku untuk duduk di sebelahnya yang tengah menyandar di kepala ranjang lalu meletakkan kepalanya di pundakku, "Apa masih sakit?" tanyaku lembut. Ia mengangguk lesu lalu bergelayut di lenganku manja.
"Aigo... Kau ini manja sekali pada Hyein, bagaimana jika Baekhyun cemburu?" goda Suho.
Aku menatap Baekhyun hingga pandangan kami bertemu, seketika perih menjalari relung hatiku. Aku tidak sanggup mengubur perasaanku. Tatapannya berubah sendu dan aku sangat tidak menyukainya, aku mengalihkan pandangan memfokuskannya pada Sehun yang masih menyender di pundakku.
Sehun mencibir mendengar ucapan Suho, "Aku tidak perduli, noona hanya milikku. Ya kan noona?" tanyanya dengan mata berbinar ke arahku. Aku tertawa kecil lalu mengangguk.
"Mana bisa seperti itu." aku mengangkat wajahku menangkap netra lelaki yang tengah berbicara. Jantungku berdetak cepat hanya dengan mendengar suaranya, suara Baekhyun.
"Habislah kau Sehun, Baekhyun protes!" seru Manager Kim dxmembuat seisi mereka tertawa, aku hanya tersenyum kecut dan Baekhyun masih menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]
FanfictionChoi Hyein, gadis gemuk yang menjadi mantan kekasih seorang idol ternama, Byun Baekhyun. "Hye maafkan aku, ayo kita putus." "Dia memang lebih sempurna daripada aku, selamat Baek." 10 Desember 2017 - 17 Juni 2018 Highest rank #1 Taeyeon #2 fiksipengg...