Part 21

23.1K 2.2K 103
                                    

Cahaya matahari naik seolah menarik sepasang insan yang tengah tenggelam dalam kenyamanan. Keduanya seolah enggan membuka indra, menyadarkan diri bahwa matahari sudah mulai tinggi. Insan berbeda jenis itu masih nyaman saling memeluk meski kulit mereka bergesek bebas.

Kening si wanita berkerut, cahaya memaksa menerobos masuk penglihatannya. Ia mengerjap pemandangan pertama begitu mengagetkannya. Dada telanjang lelaki jelas terpampang di depan matanya. Nafasnya tercekat, tenggorokannya kering dan otak terus memutar kejadian apa yang terlewat ingatannya pagi ini.

Seketika semburat merah jambu menghiasi kedua pipinya. Malam kemarin, pertama kalinya setelah berbulan-bulan perpisahan. Mereka menyatu lagi. Tenggelam dalam malam panas, entah siapa yang memulai hingga logika tidak sesuai perbuatan mereka. Membuat malam tadi terjadi begitu saja.

Gadis itu masih asik memasukkan popcorn caramel ke dalam mulutnya, lelaki itupun melakukan hal yang sama. Mata mereka terfokus menonton adegan super hero menyelamatkan bumi. Terhitung sudah hampir lima kali mereka menonton film yang sama. Namun rasa jenuh tidak juga hadir. Hanya dengan duduk dan menikmati waktu bersama terasa cukup bagi keduanya.

Popcorn terakhir yang tersisi dalam mangkuk membuat mereka saling menatap sengit. Terasa aura perdebatan dalam tatapan. "Itu milikku."

"Milikku! Kau sudah makan lebih banyak dari tadi!"

"Tidak! Aku yang membuatnya, jadi ini milikku!"

Mata sipit lelaki itu melotot garang, "Tapi aku yang membeli jagung dan caramelnya!"

Gadis itu mendengus tidak terima, meski hal kecil. Pantang baginya kalah berdebat dengan lelaki itu. Matanya melotot kala popcorn terakhir sudah terapit di bibir tipis laki-laki menyebalkan di sampingnya.

"Coba ambil kalau kau bisa." gumamnya mengejek.

Tangannya terulur mengambil popcorn dengan sigap kedua tangannya terkunci oleh lelaki itu. Merasa kesal membara, gadis itu tanpa sadar memajukan wajahnya. Mengambil haknya menggunakan bibir. Sejenak lelaki itu tergugu menatap gadis yang sudah merasa menang darinya.

Laki-laki itu memasang senyum miring membuatnya bergidik, "Kita nikmati popcornnya bersama." belum sempat gadis itu mencerna, bibirnya sudah tertawan dalam lumatan lembut. Lidah nakal itu menjilati setiap inci mulutnya merasakan manisnya caramel yang berasal dari popcorn yang mereka nikmati sedari tadi. Keduanya semakin hanyut membiarkan ciuman itu berubah menuntut.

Si gadis melingkarkan kaki di pinggang lelaki ketika tubuhnya terangkat. Kemudian tubuhnya terbanting lembut di atas tempat tidur. Tubuhnya hampir tertindih jika lelaki itu tidak menahan dengan lengannya. Nafas mereka terengah beradu ketika bibir mereka terpisah.

Mata sipit itu melembut, membelai surai gadis itu. Menatap maniknya begitu dalam, menenggelamkan dan memabukkan.

"Boleh?"

Entah setan dari mana membuat gadis itu menyerah lalu mengangguk hingga malam itu mereka kembali menyatu dalam hasrat.

Cubitan kecil di hidungnya membuatnya mendongak, senyum itu lagi. Senyum yang selalu berhasil menghanyutkannya dalam perasaannya sendiri.

"Melamun?"

Ia menggeleng, wajahnya kembali terbenam pada dada hasil gym yang mulai mencetak otot di sana. Lelaki itu terkekeh, "atau mengingat yang tadi malam." ujarnya santai. Sontak gadis itu mendongak memukul lelaki dengan seringai mesum di wajahnya.

"Tutup mulutmu!" desisnya tajam, wajanya tidak bisa berbohong jika ia malu sekali.

Matanya membola, bibir tipis lelaki kembali menawannya. Ia mendorong dada lelaki itu, "BAEKHYUN!!!"

"Sssttt... jangan teriak Hyein! Aku hanya melakukan perintahmu!"

Gadis itu -Hyein- melotot kesal, " Sejak kapan aku menyuruhmu?!"

Baekhyun mengedikkan bahu acuh, "Kau menyuruhku tutup mulut, jadi kututup dengan mulutmu sekalian." jawabnya santai, saking santainya, Hyein hampir melempar laki-laki ini dari jendela kamar jika ia tidak sayang.

Diusapnya kasar wajahnya, berusaha meredam kesal. Baru saja dunianya terasa begitu indah, Baekhyun kembali menghancurkannya.

"Mandi sana!" titahnya, ia berusaha menggapai kimononya yang tersampir di kepala kasur.

Tubuhnya terangkat mengudara hingga ia terpekik kaget, "BAEKHYUN! TURUNKAN AKU!" pekiknya.

"Diam Hye, aku mau mandi!"

"TURUNKAN AKU DASAR MESUM!"

Sayangnya Baekhyun tidak berniat melepaskan mangsa pagi ini.

***

"Kalau aku pulang lama, kau makan duluan saja." pesan Baekhyun sambil mengikat tali sepatunya.

Hyein yang berada di belakangnya mengangguk paham walaupun tidak terlihat. Baekhyun sudah berdiri di hadapannya menatapnya intens. Rasanya ia tidak ingin meninggalkan Hyein barang sedetik saja, tapi apa daya jika kewajibannya sebagai idol menuntutnya melakukan latihan meski jadwalnya hari ini kosong. Persiapan penampilan di acara penghargaan begitu menyita waktu dan tenaganya.

"Aku pulang setelah latihan selesai, tidak tahu jam berapa."

"Iya aku paham, pergilah. Sudah jam setengah sembilan." ujarnya sambil menyerahkan tas sandang milik Baekhyun.

Tangan Baekhyun terulur merapikan helaian rambut ombre itu, kemudian mengecup kening pemiliknya.

"Aku pergi." Hyein mengangguk, belum sempat ia menganggak tangan melambai, Baekhyun membalikkan tubuh sejurus kemudian mencium bibir Hyein. Kemudian berlalu, menyisakan Hyein dengan senyum lebar menghias wajah tembamnya.

***

Apron berwarna navy melekat pas di tubuh gadis yang cukup berisi itu, tangannya cekatan mencampur adonan dalam mixer. Ia akan membuat browniess untuk Baekhyun. Laki-laki itu sudah mengatakan akan datang setelah menyelesaikan latihan.

Bell apartemen murahnya nyaring menembus pendengaran, jelas itu bukan Baekhyun. Karena laki-laki itu akan langsung menerobos tanpa adegan sok sopan dengan memencet bell atau mengetuk pintu.

Dari interkom terlihat seseorang tengah berdiri dengan pakaian serba tertutup, tertanam sedikit rasa ragu untuk membuka pintu. Dalam benaknya terbesit kecemasan jika dia bukan orang baik. Hyein terlonjak ketika tamunya membuka masker, buru-buru ia membukakan pintu.

"T-Taeyeon-ssi?"

Ia tersenyum namun tak sampai dimatanya, "Boleh masuk?" Hyein mengangguk, kemudian menyingkir dari pintu mempersilahkan perempuan itu memasuki apartemennya.

Sepersekian menit keheningan mendominasi, bahkan Hyein merasa dapat mendengar detak jantungnya sendiri saking heningnya. Hyein bersikap tenang meski perasaan sebenarnya sudah tidak karuan. Ia hanya berdoa bahwa firasatnya beberapa hari belakangan tidak menjadi nyata.

"Jadi, yang merupakan selingkuhan itu aku atau kau?" tubuh Hyein kaku, wajahnya bergerak sedikit agar dapat menatap gadis yang duduk di sampingnya.

Taeyeon terkekeh tanpa alasan membuatnya bergidik, "Setelah hari dimana kau merawatnya, aku terus mengumpulkan informasi tentangmu." wajah cantik itu tampak murung seketika. "Menurut informanku, bahkan kalian sudah menjalin kasih sejak sekolah menengah atas."

"Artinya aku perusak bukan?"

Hyein menggeleng, ia sama sekali tidak pernah menyalahkan siapapun atas berakhirnya hubungannya dan Baekhyun. "Bukan, saat itu hubungan kami dilanda jenuh. Lagi pula..." ia menarik nafas dalam, "Kau dan yang lain bahkan tidak tahu jika saat itu aku kekasihnya. Jadi ini bukan salahmu." jelasnya.

Lama Taeyeon dia menatap wajah Hyein dibalik bulu mata lentiknya, ia sadar dari segi manapun ia adalah pemenang. Lantas apa yang membuat lelaki Byun itu melepasnya demi mempertahankan gadis seperti Hyein? "Bolehkan aku memohon sesuatu?" Hyein terdiam menunggu ucapan yang akan terlontar.

"Lepaskan Baekhyun untukku, aku membutuhkannya Hyein-ssi. Aku mencintainya."

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang