Part 12

29.1K 2.9K 111
                                    

"Kau pikir hanya kau yang hampir gila?! Aku juga hampir gila setelah berpisah denganmu!" bentaknya. Aku kaget melihat Baekhyun, bukan karena bentakannya. Tapi...

Baekhyun menangis.

***

Author pov

"B-Baek."

Hyein menyentuh pundak lelaki yang tengah menundukkan pandangannya dengan bahu naik turun karena isakannya. Hyein yang menyadari itu segera memeluk Baekhyun, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Jangan menangis." Hyein mengeratkan pelukannya saat isakan Baekhyun semakin menjadi, "Baik, aku akan menginap jadi jangan seperti ini." Hyein ikut meneteskan air matanya, ia bukan perempuan cengeng hanya saja ia tidak pernah sanggup melihat orang yang dicintainya menangis penuh luka seperti ini. Baekhyun terlihat sangat terluka dan Hyein tidak mengerti kenapa.

Gadis itu kini tengah membenarkan posisi selimut Baekhyun yang sepertinya sudah tidur nyenyak, Hyein bukannya gadis tidak tahu diri yang akan seenaknya tidur di samping mantan kekasihnya itu. Ia lebih memilih tidur di sofa ruang tengah yang cukup besar untuk menjadi kasurnya malam ini.

"Mau kemana Hye?"

Baekhyun membuka matanya yang masih sembab akibat menangis tadi.

"Aku mau tidur di ruang tengah."

"Disini saja, temani aku."

"Baek."

"Kumohon." Potong Baekhyun cepat, ia tidak ingin mendengar kelanjutan dari apa yang akan gadis itu katakan. Helaan nafas terdengar dari Hyein, namun ia kembali membaringkan tubuhnya di samping Baekhyun yang masih setia menatapnya.

Ia benar-benar akan terlelap jika saja Baekhyun berhenti memperhatikannya, sungguh ia sangat mengantuk tapi lelaki ini masih terlihat segar yah dia sudah tidur seharian ini.

"Baek tidur." Titah Hyein.

"Tidurlah duluan, aku belum mengantuk."

"Kau baru sembuh, harus banyak istirahat."

"Kau berkencan dengan Brian hyung?" Tanyanya tanpa mengindahkan perkataan Hyein.

Mata Hyein yang hampir terpejam terbuka lebar, kantuknya menguap entah kemana. Berkencan? Pikirnya.

"Tidak, siapa bilang?" Jawabnya tenang setelah berhasil mengendalikan diri.

"Hampir semua orang di agensi." Suara Baekhyun melemah, katakan Hyein terlalu percaya diri tapi ia yakin lelaki ini terdengar kecewa. Tapi kenapa? Pikirnya.

"Hanya gosip." Jawabnya sembari memejamkan mata.

"Tapi dia menyukaimu?"

"Aku tidak tahu." Hyein tetap tidak membuka mata.

"Dia menyukaimu." ucap Baekhyun lirih

"Jangan menyimpulkan sesukamu."

"Itu terlihat jelas dari caranya memperlakukanmu."

"Hm... Terserahlah."

Hyein sudah sangat mengantuk tapi lelaki itu masih saja mengusiknya dengan berbagai pertanyaan yang Hyein rasa tidak penting, sampai satu pertanyaan Baekhyun berhasil membuat Hyein membuka matanya dan menatap lelaki yang telah memposisikan diri menghadapnya.

"Bisakah kau tetap di sampingku?"

Kedua alis Hyein hampir bertabrakan, "Maksudmu?"

"Jika kau tidak bisa kembali padaku, bisakah setidaknya tetap di dekatku? Aku..." Baekhyun menarik napas panjang, "aku tidak sanggup kita berjauhan seperti ini, selama 4 bulan ini aku merasa tidak hidup Hye."

Hyein menghembuskan nafas panjang sungguh ia bingung harus menjawab apa. Di satu sisi ia ingin tetap bersana Baekhyun tapi di sisi lain lelaki ini sudah menjadi milik orang lain. Hyein sendiri sulit menerima kenyataan itu.

"Aku tidak bisa." jawab Hyein pada akhirnya. Ia memang tidak bisa, lebih tepatnya tidak sanggup terlebih mengingat adegan menyakitkan di depan matanya tadi. Ya, menyakitkan untuknya tapi membahagiakan dua insan itu.

"Kenapa? Apa bertemanpun tidak bisa?" Hyein dapat melihat mata Baekhyun berkaca-kaca menahan tangis.

"Baek jangan menangis." pinta Hyein sembari menghapus air mata lelaki itu, sungguh ia juga ingin menangis tapi Hyein menahannya sekuat tenaga.

"Maaf aku egois." ucap Baekhyun disertai isakan kecil dari bibir tipisnya, "Kau sangat berarti untukku, bodohnya aku membuatmu pergi dariku. Aku tidak bisa jauh darimu Hye." ucapnya dengan air mata yang semakin deras.

Hyein menggigit bibir bawahnya melihat air mata Baekhyun yang tidak kunjung berhenti, ia tidak mengerti apa yang dirasakan lelaki ini hingga terisak hanya karen Hyein menjaga jarak. Bukankah dia mencintai Taeyeon? Pikir Hyein.

Tidak tahan melihat lelaki yang dicintainya menangis, Hyein memeluk Baekhyun mendekatkan lelaki itu padanya, "Aku tidak bisa menjanjikan apapun, tapi untuk saat ini. Aku akan berusaha tidak meninggalkanmu Baek." kata itu lolos begitu saja dari bibir Hyein.

***

Baekhyun baru saja bangun dari mimpi indahnya, ia bermimpi Hyein tidur di sampingnya dan menggenggam tangannya semalaman. Walaupun itu hanya mimpi tapi dapat membuat mood Baekhyun sangat baik hari ini. Ia merenggangkan tubuhnya lalu beranjak mencari sesuatu yang bisa membasahi tenggorokannya.

Oh? Apa yang tadi malam bukan mimpi? Pikir Baekhyun. Hyein ada di sini, di apartemennya dengan apron cream yang hanya digunakan Hyein selama ini. Senyumnya semakin lebar menyadari yang terjadi tadi malam bukanlah mimpi.

"Sudah bangun?" tanya Hyein sambil menata makanan di atas meja.

"Hm, baru saja." jawabnya dengan senyum yang tak juga lepas dari wajahnya.

Hyein menapatnya sebentar lalu kembali dengan kegiatannya menuang susu strawberry ke dalam gelas berukuran sedang, "Duduklah, aku masak spageti. Hanya itu yang ada di pendingin." ujarnya tanpa melihat Baekhyun.

Lelaki itu menurut tanpa banyak berkomentar, lalu menyantap makanannya. Ia terdiam sebentar setelah suapan pertamanya, ia merindukan ini sarapan bersama Hyeinnya. Ah bukan, Hyein bukan miliknya lagi. Mengingat itu Baekhyun kembali murung, hatinya teriris perih tapi itu semua salahnya hingga gadisnya memilih pergi.

"Kenapa murung?" tanya Hyein berusaha melembut dan tenang, berbeda jauh dengan perasaannya yang sedang kacau.

Baekhyun menggeleng memaksakan senyumnya pada Hyein, ia lupa gadis itu sangat mengenalnya kebohongan sekecil apapun akan ketahuan juga.

"Jika punya masalah kau bisa cerita padaku, kita teman kan?"

Hati Baekhyun terasa sakit dan perih hanya dengan satu kata yang terselip dalam kata gadis itu, teman. Ya, dia harus menerima itu sekarang cukup dengan Hyein tetap disisinya saja tidak lebih. Baekhyun juga tidak mengenal perasaannya sendiri, entahlah apa yang ia rasakan pada dua gadis dalam hidupnya. Ia pun kerap berpikir apakah ia benar-benar mencintai gadisnya atau hanya karena dia merasa jenuh dengan hubungannya dan Hyein yang sudah berlangsung lama. Apakah cintanya masih sebesar dulu untuk Hyein atau sudah mulai terkikis dengan keberadaan gadis lain.

Entahlah, Baekhyun juga tidak tahu. Dia hanya tahu jika ia tidak akan bisa hidup tanpa keberadaan Hyein. Egois? Memang, Baekhyun sendiri tahu dia egois brengsek yang mementingkan perasaannya saja. Dia tidak ingin kehilangan Hyein tapi juga tidak mau melepaskan gadisnya.

"Ya sudah kalau tidak mau cerita, cepat habiskan makanmu. Kau ada jadwal di Busan hari ini." sambung Hyein karena tak kunjung mendapat jawaban. "Kau sudah tidak apa-apa kan?" tanyanya memastikan kesehatan Baekhyun.

Baekhyun menganggu lalu tersenyum dengan lebarnya, "Aku baik-baik saja selama ada kau."

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang