Part 22

20K 1.9K 16
                                    

Tuan Lee melempar artikel yang memuat jelas artis agensinya dengan seorang perempuan yang bukan dari kalangan sama. Foto-foto sudah menyebar luas di jejaring sosial, tidak berguna jika ia menarik artikel-artikel gila yang mengancam tegaknya grup andalan agensi saat ini.

Sedari tadi laki-laki di hadapannya hanya diam, tatapannya sarat akan amarah. Tahu siapa dalang dari malasah yang berhamburan menghantam dia dan gadisnya. Masalah sebesar ini bukan lagi ranahnya menyelesaikan. Bayangan gadisnya yang menjadi korban kekejaman immature fans menari-nari menakutinya. Otaknya terus berfikir cara mengatasinmasalah yang menghadang hubungan mereka.

"Aku tidak pernah mempermasalahkan hubungan asmara artisku. Kau tau itu Byun Baekhyun."

Jemari keriputnya memijat pangkal hidung merasa pening bukan main, "Tapi ini terlalu cepat untukmu menjalin hubungan dengan gadis lain. Netizen akan menjudge dia sebagai orang ketiga."

Merasa tidak terima dengan tuduhan CEOnya Baekhyun bersuara, "Dia kekasihku yang sebenarnya, kami sudah bersama jauh sebelum aku mengenal Taeyeon noona." jelasnya membara.

Tuan Lee mendelik, "Aku tahu! Kau pikir aku tidak tahu kau menjalin hubungan diam-diam dengan Choi Hyein selama ini?! Aku bukan orang bodoh yang mudah kau tipu!" pekiknya geram.

"Tapi orang di luar sana tidak ada yang tahu dan tidak akan percaya terlebih dia memberi kesaksian palsu pada publik!" darahnya mendidih marah. Sebenarnya dia merupakan tipe yang sah-sah saja jika artisnya menjalin hubungan. Asal jangan mengancam karirnya sudah cukup.

Baekhyun menunduk, dia terlalu egois memikirkan dirinya. Tidak pernah ia sangka ancaman yang diterima Hyein bukan isapan jempol belaka. Selama ini gadis itu tidak tampak seperti ancaman, bahkan tampak bak bidadari dengan segala kesempurnaannya. Nyatanya merupakan gadis ambisius yang bisa menjadi monster kapan saja.

"Besok sponsor EXO akan mengadakan rapat dan kau harus ikut serta." anggukan kepalanya cukup sebagai jawaban.

Rasa kekeluargaan itu muncul ditepuknya pelan lengan pemuda di hadapannya, rasanya tidaklah tega membiarkan cinta yang sudah terjalin begitu lama kandas hanya karena manusia-manusia bermulut liar di luar sana. Ya, dia tahu Baekhyun menjalin kasih dengan Hyein, penata riasnya. Melihat gerak-gerik mencurigakan keduanya membuat pria paruh baya itu mencari informasi keduanya. Terkejut memang, tapi ia tidak berniat mengusik keduanya setelah melihat bagaimana Baekhyun begitu mencintai perempuan Choi itu.

"Kali ini aku tidak bisa melakukan apapun." ia mendesah membenci ketidak mampuannya melindungi artisnya ini, "satu pesanku, apapun yang terjadi selamatkan gadismu." pesannya layak seorang ayah menasehati putranya. Ia melangkah keluar ruangan meninggalkan Baekhyun dengan segala pikiran berkecamuk.

Kedua tangannya mengepal di atas pangkuannya, baru satu minggu berlalu setelah ancaman terucap pada Hyein. Kenyataan sudah datang dengan cepat mengganggu hubungan mereka. Demi Tuhan Baekhyun tidak ingin kehilangan Hyein lagi, sampai kapanpun ia tidak mau.

Flashback
(Play mulmed)

Senyum di wajah tampan itu mengembang, di tangannya sudah menenteng pizza favorit gadisnya. Langkahnya mengetuk semangat kala pintu bercat coklat di ujung lorong tertangkap indranya.

Jemarinya menekan tombol, memasukkan kombinasi angka yang sudah dihafalnya di luar kepala. Ia membuka pintu pelan. Niat hati hendak memberi kejutan pada gadis pemilik apartemen, malah ia yang dikejutkan dengan kehadiran gadis lain yang sangat ia kenali.

"Taeyeon." gumamnya berbisik.

Lelaki itu -Baekhyun- urung memasuki apartemen, memilih menguping pembicaraan dua gadis di dalam sama.

"Tinggalkan Baekhyun untukku, aku membutuhkannya Hyein-ssi. Aku mencintainya."

Seolah ada bongkahan dalam tenggorokannya membuat nafas Baekhyun tercekat. Jantungnya mulai berdetak kencang menanti respon Hyein akan perkataan itu. Sungguh ia tidak sanggup jika Hyein memilih menuruti perkataan Taeyeon.

"M-maafkan aku Taeyeon-ssi. Aku... aku tidak bisa." ada setitik rasa lega dalam diri Baekhyun meski rasa tidak nyaman masih menggerogoti hatinya.

"Kenapa?!"

"Aku juga membutuhkannya, hidupku terlalu bergantung padanya."

"Kau sudah punya Brian! Lepaskan Baekhyun!"

"Aku hanya mencintai Baekhyun, maafkan aku."

Gebrakan meja membuat Baekhyun tersentak, beruntung kotak pizza di tangannya tidak terlepas. "Kau bisa mendapatkan pria lain Choi Hyein! Apa susahnya melepaskan Baekhyun!"

"Maaf."

"Maaf katamu?! Kau menghancurkan impianku di masa depan dengannya dan kau bilang maaf?!"

Baekhyun tertegun, sebegitu besarkan dosa yang ia lakukan hingga menghancurkan Kim Taeyeon begitu dalam? Ia merasa bersalah, namun ia tetap tidak mampu melepas Hyein. Baekhyun terlalu mencintainya.

"Maaf jika aku lancang, tapi jauh sebelum dirimu. Aku sudah menyimpan mimpi yang begitu besar bersamanya. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan dia."

Suara teriakan bak orang gila menggema, pekikan murka Taeyeon menggema dipenjuru ruangan memasuki pendengaran Baekhyun. "Brengsek! Kau akan menyesal telah membantahku Choi Hyein!" mendengar ketukan sepatu mendekat, buru-buru Baekhyun memasuki pintu darurat.

Takut, Baekhyun takut sesuatu menimpa Hyein. Ia yakin Taeyeon perempuan baik, namun firasatnya ancaman tadi bukan hal yang bisa ia abaikan.

Setelah memastikan gadis itu menghilang di balik pintu lift, ia keluar. Berkali-kali Baekhyun menarik mafas dalam, berusaha menetralkan rasa kalutnya. Kemudian memasang senyum terbaiknya, kembali memasukkan passcode dan membuka pintu riang.

Walaupun Hyein tersenyum, namun matanya tak mampu berbohong akan rasa takut dan gelisah menghantuinya.

"Hai sayang." Baekhyun mendaratkan kecupan di dahi Hyein dan mengambil tempat di samping gadis itu.

Ia melirik gelas berisi jus jeruk yang tersisa setengah, "Apa tadi ada tamu?" tersirat rasa ingin gadis itu jujur padanya. Sayangnya, Hyein tidak melakukannya. Ia malah tersenyum lalu memeluk perut rata Baekhyun dari samping, menyandarkan kepalanya tepat di dadanya hingga Hyein dapat mendengar irama jantung lelaki itu.

"Hanya teman lama. Tidak penting dibahas." getaran suaranya menyuarakan keraguan tersirat dalan dirinya, "Kau membawa apa hm?"

Sebisa mungkin Baekhyun tidak ingin merusak suasana, ia kembali memasang senyum terbaiknya. "Pizza kesukaanmu, tadi para member memesan pizza jadi sekalian aku pesankan untukmu." matanya meniti wajah Hyein, berusaha menyelami perasaan terdalam yang dirasakannya. Seoalah menyadari, Hyein menangkup wajah Baekhyun. Jemarinya bergerak seirama menghantar nyaman pada Baekhyun.

Hyein menyatukan kening mereka, membiarkan terpaan nafas hangat milik Baekhyun mengenai wajahnya. Memejamkan mata seolah itu mampu menghilangkan sesak dalam dadanya. Detik berikutnya sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh permukaan bibirnya. Baekhyun menciumnya dalam, menyampaikan rasa bersalah, frustasi dan ketakutannya.

Kedua mata Hyein tetap terpejam, meresapi setiap kekhawatiran yang ada pada diri Baekhyun dalam setiap lumatannya. Kali ini Hyein sadar, luka mereka sama besarnya.

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang