Part 23

20.1K 2K 23
                                    

Langkah kaki Baekhyun terseok-seok lemah, maniknya bergerak ke sana kemari hilang arah. Ketakutannya semakin nyata setelah rapat sponsor diadakan beberapa jam lalu. Bibir tipisnya menguar bau alkohoh meski kesadaran masih ada. Bertahun-tahun ia berhasil menyembunyikan Hyein di mata publik, dan kini ia lengah hingga gadis lain di sana melancarkan niat mengusik Hyeinnya.

Berpisah

Kata-kata menyakitkan yang dengan mudahnya meluncur dari kaum berkantong tebal itu. Bagaimana bisa ia melepaskan gadis itu sedangkan si gadis adalah sebagian dari hidupnya? Apa mereka ingin seorang Byun Baekhyun hidup hanya raganya saja?

Luar biasa memang kekuasaan materi, kejayaan orang lain menjadi taruhan menyenangkan. Dipermainkan sesuka hati. Dimana sebenarnya letak kebebasan dirinya sebagai manusia sedangkan uang telah mengontrolnya sedemikian rupa?

Untuk pertama kalinya dalam hidup Baekhyun menyesal memilih jalan sebagai public figure, dunianya begitu bergantung dari kicauan manusia yang berperan bak sempurna. Menyalahkan hakikatnya mencintai dan dicintai. Sungguh miris.

Sekelebat pikirannya terhenti kala kakinya berhasil mengantar ke depan pintu apartemen murah itu. Begitu lama ia mematung di depan, berkali-kali jemarinya ingin memencet sederetan angka guna menemui kekasihnya di dalam sana. Namun berkali pula urung. Pasti Hyein khawatir jika melihat keadaan mengenaskannya saat ini.

Tarikan nafas berulang kali ia lakukan, sebelum memutuskan memasukkan kode keamanan. Belum sempat ia lakukan, gadis yang dirindukannya sudah lebih dulu membukakan pintu. Tubuhnya terbalut piyama merah muda lengan panjang senada dengan celana bergambar tokoh kartun.

Matanya membeliak mendapati Baekhyun dalam keadaan yang jelas sekali tidak baik.

"Baek? Kenapa berdiri di sana? Masuk." tuturnya lembut.

Rasa penasarannya ia telan bulat-bulat. Bukan saat yang tepat menuntut terlalu banyak ketika dia sendiri tahu apa yang tengah melanda hubungan mereka.

Lelaki itu tersenyum, tapi jelas terlihat beban menggunung di pundaknya. Hyein menggigit bibir, sebisa mungkin ia tidak menangis di depan Baekhyun. Bukan hanya dia saja yang saat ini begitu terluka, Baekhyun juga sama. Ia tidak ingin menambah kesedihan lelaki yang dicintainya.

Aroma alkohol begitu tajam menusuk penciuman Hyein saat Baekhyun berjalan di belakangnya. Dilihat dari gelagatnya, Baekhyun masih bersama kesadarannya berarti ia tidak minum terlalu banyak. Sakit itu begitu nyata mendapati Baekhyun dalam keadaan seperti ini. Hyein yang merasa tidak dapat menahan gejolak memutar tubuh memeluk Baekhyun erat.

Sepersekian detik Baekhyun masih dalam keterkejutannya. Berikutnya ia mengulas senyum tipis lalu membalas pelukan erat itu.

"Ada apa sayang?" bisiknya di telinga Hyein.

Gadis itu menggeleng mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Sayangnya ini Baekhyun, satu-satunya lelaki yang mendampinginya selama hampir tujuh tahun. Tidak semudah itu membohonginya.

Baekhyun mengurai pelukan agar leluasa menatap wajah lesu gadisnya. Tangannya bergerak menangkup kedua sisi wajah Hyein agar menatapnya. Wajahnya maju mendaratkan gigitan kecil di bibir ranum Hyein.

"Siapa yang mengajarimu berbohong hm?" Ia kembali tersenyum kemudian memagut mesra bibir manis yang sudah bertahun-tahun menjadi candunya. Berusaha menutup rasa yang meremas menyiksa mereka, karena Baekhyun juga tidak tahu kata penenang yang tepat untuk saat ini.

***

Hyein melirik Baekhyun yang masih nyaman dalam tidur dari sudut mata. Kembali ia menarik nafas panjang sebelum membuka icon pesan masuk di layar ponsel murah miliknya. Ia menahan nafas membaca serentetan kata yang tampak di layar. Bukan pengirimnya yang membuat ketegangan melingkupinya, tapi pesan yang disampaikan si pengirim.

From : Manager Kim
Direktur ingin menemuimu besok siang. Heaven resto pukul 1.

"Sedang apa sayang?"

Buru-buru ia mematikan ponsel kemudian memasukkan kedalam saku celananya.

"Sudah bangun." ucapnya mengalihkan. Hyein tersenyum kemudian melingkarkan lengan di leher Baekhyun yang sudah memeluk pinggangnya dan mendaratkan satu kecupan di bibir tipis lelaki itu.

Senyum Baekhyun kian lebar, matanya menyipit membentuk bulan sabit begitu indah di mata Hyein. Ah... Tidak, Baekhyun memang selalu begitu mempesonanya sejak dulu.

"Aku lapar." rengeknya manja.

Gadis itu terkekeh lalu mencubit gemas pipi kekasihnya, "Dakjuk otte?"

Anggukan semangat lelaki itu membuatnya semakin tersenyum, begitu lebarnya.

"Sebaiknya kau mandi, aku siapkan sarapan kita."

"Oke." Baekhyun mengecup pipi Hyein sebelum masuk ke kamar mandinya. Sedangkan gadis itu menatap nanar punggung tegap yang perlahan menjauh dari pandangannya.

***

"Jadi?" lelaki berkaos hitam memfokuskan diri pada gadis yang duduk dihadapannya setelah meletakkan segelas sari buah di hadapan gadis itu.

"Tidak usah datang jika hanya menjadi bebanmu Hye." sarannya.

Hyein menggeleng, maniknya lesu mengarah pada lelaki itu. Matanya begitu lelah dengan kantung menghitam di sekelilingnya. Tidak jauh berbeda dengan kekasihnya yang tadi pagi berpamitan untuk ke kantor agensi.

Melihat adanya lelaki ini di hadapannya, Hyein tahu kekasihnya itu tidak pergi untuk latihan. Dalam hati gadis itu terlalu banyak menyalahkan diri atas kesulitan yang dialami Baekhyun.

"Aku tidak ingin ini menjadi semakin buruk untuk kalian, Kyung."

Kyungsoo menghela nafas, ia beranjak mendekat dan duduk di samping sahabatnya. "Dengar Hye, para member sudah membicarakan ini. Kami sepakat mendukung hubungan kalian. Lagi pula kami masih hidup berkecukupan tanpa menjadi idol. Kau dan Baekhyun sudah seperti saudara untuk kami, jadi kebahagiaan kalian lebih penting daripada karir. Karir masih bisa dibangun dari awal."

Jemarinya menangkap tangan Hyein yang terletak bebas di pangkuan, menggerakkan ibu jarinya seirama seopah perlakuan kecil itu mampu menanam keyakinan dalam hati sahabatnya.

Kyungsoo merasakan betapa berharganya Hyein bagi Baekhyun, lelaki Byun itu seperti mayat hidup selama perpusahan mereka. Maka itu para member sepakat mendukung hubungan mereka apapun resikonya. Mereka bukan hanya sekedar teman seperjuangan, tapi mereka keluarga yang saling menguatkan. Tidak ada keluarga yang akan tahan dengan keadaan menyedihkan salah satu anggotanya.

"Apapun keputusanmu aku mendukung, tapi pastikan kau tidak terluka atau adikmu akan membunuhku."

Hyein tergelak, tahu adik macam apa yang disebut Kyungsoo. "Ah... Aku merindukannya."

"Tadi dia berpesan untuk membawamu ke dorm atau menyeretmu jika kau menolak."

"Ya, tadi dia menghubungiku."

"Baik-baik padanya, dia sedang merajuk kau tidak menemuinya seminggu penuh."

Gadis itu kembali tergelak membayangkan Sehun yang tengah merajuk padanya. Mendengar suaranya dari sambungan telefon saja dia sudah tahu bahwa dia dalam masalah. Setidaknya sedikit hiburan dari adiknya itu mampu membantunya melupakan beban.

***
Maafkan baru bisa up, aku lagi sibuk-sibuknya skripsi. Tapi diusahain up paling nggak seminggu sekali hehe
Makasih pengertiannya chingu

~D.O's wife~

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang