"Yos! Gawat, Yos!! Ikut gue sekarang!!" Deni masuk ke kelas Yosi dan Ares dengan wajah panik.
"Ada apaan sih?" tanya Yosi sambil mengernyit, sama halnya dengan Ares.
"Rian ngamuk di deket kantin! Dia lagi ngehajar adik kelas!"
"Itu hal baru," komentar Ares.
"Dia udah gila?! Nggak pake mikir apa ini di mana?!" tanggap Yosi setengah berteriak. Cepat-cepat dia berlari keluar kelas diikuti Deni dan Ares.
Cowok itu—Rian selalu jadi anak baik saat ada di sekolah. Yosi masih bisa memakluminya saat dia melampiaskan kekesalan dan berlaku seenaknya dengan melakukan kekerasan di luar karena sejauh ini bagi Yosi, Rian masih memiliki batasan tersendiri. Tapi menghajar adik kelasnya di lingkungan sekolah? Ada apa dengannya? Panas setahun dihapus hujan sehari. Apa dia sengaja merusak citra baiknya selama ini?
Ketika sampai dekat kantin, Yosi mendapati anak-anak lain berkerumun melingkar menonton apa yang sedang terjadi di tengah-tengah mereka. Tanpa berpikir panjang Yosi langsung meringsek masuk menerobos kerumunan itu. Beberapa dari mereka berdecap kesal karena didorong dan disingkirkan seenaknya. Tapi begitu melihat siapa yang melakukannya, mereka langsung kikuk dan mengisyaratkan yang lain untuk memberi Yosi jalan.
Rian memukuli wajah seorang cowok adik kelasnya dengan tangan kiri mencengkeram kerahnya. Cowok itu berusaha melawan beberapa kali tapi selalu saja gagal. Wajah Rian juga babak belur walaupun tidak separah cowok yang sedang dia pukuli kini. Rian tampak sedang kesal. Yosi benar waktu berkata kalau dia sudah gila.
"BERHENTI!!" teriak Yosi dan seketika kerumunan anak-anak di sana langsung bungkam. Sayangnya gertakan cewek itu tidak berpengaruh sama sekali pada Rian. Yosi mendengar suara Davi berbisik pada Deni, memberitahu kalau guru-guru sebentar lagi akan ke sana. Kesal karena jelas-jelas tidak dipedulikan, Yosi mengepalkan tangan lalu berjalan mendekat. Detik kemudian, badan cewek itu memutar sekali dan menendang keras sisi samping tubuh Rian hingga cowok itu nyaris terjatuh.
Semua anak yang melihat kejadian itu terkesiap dan tersentak bersamaan. Dalam hati mereka bersyukur tidak memiliki masalah dengan Rian, si Harimau Benggala, dan Yosi, si Macan Kumbang, begitu juga dengan komplotan mereka yang lain. Menjadi tidak terlihat oleh mereka alias tidak menonjol adalah pilihan terbaik saat ini.
"Apalagi ini?" tanya Yosi ditambah rasa marah yang meluap. "Sekarang orang lewat juga kena hajar? Otak lo taruh mana?!!"
Bentakan Yosi meninggi. Bahkan tiap orang yang mendengar, walaupun bukan sasaran bentakan itu akan langsung terperanjat serta membeku di tempat, sekaligus memohon supaya bumi menelannya bulat-bulat saat itu juga.
Rian menegakkan badan kemudian mengusap salah satu sudut bibirnya. Pemandangan itu otomatis membuat para cewek panas dingin dan kembang kempis. Tatapan tajamnya menghujam lurus pada Yosi.
"Gue udah nyuruh lo supaya nggak ikut campur," kata Rian.
"Dan ngebiarin sekolah gue jadi arena tinju?" Yosi membalas tidak kalah sengit.
"Sekolah pinggiran tetep aja pinggiran. Bocah-bocahnya sampah. Nabrak duluan tapi nyuruh gue buat hati-hati? Seriusan."
Yosi langsung mendelik pada cowok adik kelas tadi dan seketika membuatnya menciut.
"Gue udah minta lo buat nggak keterlaluan sama orang yang nggak sebanding sama lo," kata Yosi menyilangkan tangan. "Lo lupa?"
"Lain halnya kalau orang itu cari gara-gara duluan," balas Rian.
Yosi menghela napas panjang. "Udah cukup. Berdoa aja lo nggak sampai kena skor."
Tiba-tiba saja kaki Rian terjulur sengaja menjeregal Yosi. Cewek itu langsung terkesiap dan terjengkang jatuh ke belakang. Anak-anak yang berkerumun menjadi ramai kembali. Ares dan Deni yang mulanya bengong kemudian saling berpandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel
ActionStatus: COMPLETED Setelah sadar dari koma dan mendapati diri lupa nyaris segalanya, Yosi dihadapkan dengan Rian--cowok yang paling ditakuti seantero sekolah dan pentolan geng pembuat onar di kotanya. Cowok itu memperlakukannya seperti boneka, di sat...