Dua orang wanita paruh baya sedang mengobrol. Salah satunya sedang menyirami tanaman dengan selang sementara yang lain menenteng plastik belanjaan. Jarak mereka dipisahkan oleh sederet pagar kayu yang tingginya tidak lebih dari pundak orang dewasa. Mereka penghuni rumah yang berdiri tidak jauh dari tempat Yosi tinggal.
Salah satu dari mereka lalu melihat Yosi. Cewek itu baru saja pulang dari sekolah—masih mengenakan seragam SMP. Saat melewati wanita-wanita yang hobi bergosip itu, Yosi mendengar dengan jelas mereka berbisik mengenai dirinya. Benar-benar tidak tahu diri, Yosi membatin sebal. Apa maksud orang-orang mengartikan perbuatan mereka dengan "membicarakan orang lain di belakang"? Sekarang ini apa bedanya dengan mereka bicara secara langsung? Saling berbisik namun jelas kedengaran oleh orang yang sedang mereka bicarakan?
"Itu kan, anaknya? Yang bapak sama ibunya mati gara-gara ditusuk perampok?"
"Iya. Dia udah semingguan tinggal sama adik tirinya. Kasihan."
"Bu Tin yang di sebelah bilang kalau mereka nggak akur."
"Maklumlah, namanya juga kakak adik tiri. Bapak ibunya baru nikah tapi malah mati secepet itu. Denger-denger mereka itu udah punya hubungan lama sebelum istrinya pak itu meninggal."
"Masa'?"
Tersenyum sinis, Yosi sempat bertanya-tanya darimana mereka mendapatkan cerita yang terdengar jelas dikarang itu. Ayah dan ibu tirinya yang belum dia akui itu dimakamkan baru sekitar dua minggu yang lalu. Dan seminggu kemudian, datanglah Adam, seorang bocah laki-laki yang lebih pendek darinya. Belum-belum, Adam selalu memanggil nama Yosi dengan imbuhan "Kak". Yosi tidak suka mendengarnya. Karena itu dia sering membentak Adam.
Ketika masuk ke dalam rumah, tidak ada yang menyambutnya. Sepi, seperti biasa sewaktu tidak ada Adam. Biasanya bocah itulah yang menyambutnya karena jam pulangnya lebih awal dari jam pulang Yosi. Dan saat itulah untuk pertama kalinya Yosi menyadari kalau hanya dalam kurun waktu seminggu ini, dia terbiasa dengan kehadiran Adam. Cewek itupun bahkan tidak mengerti tindakannya tanpa sadar mencari tahu apa yang sedang dilakukan adik tirinya.
Yosi mengetuk pintu kamar Adam namun tidak ada jawaban. Saat kemudian masuk, Yosi mendapati wajah Adam pucat dan sekujur tubuhnya menggigil walaupun telah berbalut selimut tebal. Bocah itu sedang sakit, Yosi menyimpulkan tanpa timbul niat untuk menolongnya. Yosi pikir Adam hanya demam biasa, jadi dia pasti akan sembuh keesokan harinya. Tapi ketika cewek itu hendak berbalik pergi, gerak tubuhnya terhenti ketika dia sadar kalau telah menginjak sesuatu.
Selembar foto. Di dalamnya, ayah kandungnya bersama ibu dari Adam tersenyum bahagia. Ayah Yosi merangkul pundak wanita itu. Melihatnya dari foto saja membuat Yosi muak, apalagi bertemu dengannya secara langsung. Sebagian hati Yosi bersyukur karena dia tidak akan lagi melihat wanita itu. Wanita yang baginya telah membuat hati ayah Yosi berpaling. Sampai kapan pun, Yosi memutuskan tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok ibunya sendiri.
Foto itu diambil saat ayah Yosi melamarnya. Yosi ingat ayahnya memaksa dia untuk menemui wanita itu dan Adam. Sebagai tanda mereka akan segera menikah, ayah Yosi menghadiahkan seuntai kalung liontin yang sengaja dipesan khusus dari pengrajin perhiasan.
***
Yosi menyempatkan diri datang ke pasar tradisional yang kumuh untuk mendatangi penjahit karena rok seragamnya sedikit robek. Setelah memberikan rok itu dan menerima nota kalau akan selesai diperbaiki besok, Yosi pun bergegas pergi karena tidak mau berlama-lama di sana. Menyusuri jalan keluar pasar, seorang pria bercambang melintas di depannya. Dia mengenakan jaket jeans tanpa lengan, dan tanpa mengaitkan manik-manik kancingnya sehingga bulu dadanya tampak jelas. Di lengannya terdapat tato tengkorak yang besar. Wajahnya kemerahan dan jalannya agak tidak karuan seperti sedang mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel
AksiStatus: COMPLETED Setelah sadar dari koma dan mendapati diri lupa nyaris segalanya, Yosi dihadapkan dengan Rian--cowok yang paling ditakuti seantero sekolah dan pentolan geng pembuat onar di kotanya. Cowok itu memperlakukannya seperti boneka, di sat...