16: Both Devil and Angel: Tied

1.1K 115 0
                                    

Tempatnya ada di pinggiran sungai. Yosi akan langsung tahu ketika menyusurinya, Deni memberitahu. Dan benar saja, dia melihat beberapa motor diparkir pada satu tempat dan tidak jauh dari sana beberapa remaja cowok seumurannya sedang bergerombol menyaksikan dua orang yang beradu saling memukul dan menendang. Cowok itu—Rian—juga ada di sana, duduk di atas motornya, menyilangkan tangan, dan dua bibirnya menjepit sebatang rokok yang menyala.

Hawa malam itu sangat dingin. Yosi mengeratkan jaket dan syalnya kemudian berjalan menghampiri gerombolan penonton itu. Melihat di belakang berjalan cewek yang berpengaruh di geng, mereka sedikit menyingkir untuk memberinya jalan, sementara di belakang Yosi, Ares mengekor. Cewek itu menghentikan langkahnya saat berada cukup dekat dengan tempat Rian memunggunginya.

"Sekarang apalagi?" tanya Yosi sambil matanya memperhatikan salah satu komplotan mereka yang sedang duel dengan seorang cowok yang tidak dia kenal.

"Mereka sendiri yang nantang," jawab Rian tanpa menoleh. "Ini baru pembukanya. Coba liat ke sana."

Ares dan Yosi menoleh ke arah Rian mengangkat mukanya sekilas ke samping. Di sana juga bergerombol beberapa cowok dengan motor mereka. Sama dengan yang Rian dan yang lain, mereka juga hanya diam di tempat dan menonton. Mata Yosi menyipit saat mendapati seseorang berambut panjang bersama orang-orang itu. Seorang cewek. Waktu dia mendekatkan wajahnya ke salah satu dari mereka untuk berbisik, Yosi dapat mengenali wajahnya.

"Kenapa dia ada di situ?" tanya Yosi heran.

"Sabin anak Verenigh, lo lupa?" Ares menanggapi. "International School, paling favorit di sini. Kumpulan anak-anak elit. Lo sendiri tau nggak kalau ada dari tipe kayak gitu yang nyasar di Madana?"

Ares menyinggung Rian. Cowok itu mendengar namun sama sekali tidak mengacuhkannya. Yosi sendiri tidak bertanya lebih jauh. Sesaat kemudian cowok-cowok komplotan mereka saling berdecap. Kawan mereka rupanya terjatuh mundur ke belakang setelah kena tendangan keras lawan.

"Mereka lumayan," komentar Rian. "Den, giliran lo!"

"Oke," sahut Deni lalu berjalan mendekati arena tengah dengan kedua tangan terkepal.

Setelahnya Yosi diam saja dan memutuskan pasif di acara mereka malam itu. Gerak cowok yang menjadi lawan Deni mengingatkannya pada Daniel. Entah kenapa Yosi tiba-tiba teringat pada cowok satu itu. Meskipun tidak banyak hal yang dia ingat mengenai Daniel, dalam hati Yosi terus-terusan berusaha mencari tahu ada apa sebenarnya antara mereka. Yosi tidak pernah lagi melihatnya setelah kejadian dulu dia mendapat bantingan kursi dari Rian. Apa yang dilakukan cowok itu sekarang? Yosi juga bertanya-tanya membatin apakah Rian pernah menemuinya lagi.

Rian diam-diam melirik pada Yosi yang kini berdiri di sebelahnya. Tidak suka mendapati cewek itu melamun, Rian menelengkan kepalanya lalu meniupkan asap rokok. Mata Yosi mengerjap dan langsung mendelik pada cowok itu.

"Apa?"

"Muka lo jelek banget," kata Rian lalu melengos.

Yosi mendesis, hendak membalas tapi urung. Tapi kalau dipikir-pikir, dia membenarkan tingkahnya yang sengaja membuyarkan lamunan Yosi tadi. Alih-alih kesal, Yosi justru mulai sering peduli pada cowok yang kelakuannya benar-benar sulit ditebak itu. Dia kadang keterlaluan dalam menimbulkan masalah, namun kadang juga secara tidak langsung membuat Yosi merasa nyaman pada perhatian yang dia berikan. Yosi menyadari kalau Rian tidak pernah sungguh-sungguh membiarkannya menghadapi bahaya. Tidak terlalu. Yosi tahu tubuhnya bisa pulih dengan cepat saat terluka. Ares tahu, yang lainpun tahu termasuk Rian.

"Lo udah inget?" tanya Rian kemudian.

"Soal apa?"

"Apa pun. Semua hal sebelum lo kecelakaan. Mungkin nggak semuanya. Apa lo udah inget beberapa?"

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang