19. The Angel: Saw

1.1K 102 1
                                    

Totally forgot today is Thursday 😅
__________________________________


Daniel menopang dagu meladeni dengan bosan seorang bocah kecil berambut kuncir dua yang sedang serius menuliskan sesuatu di buku tulisnya. Saking seriusnya mengerjakan peer, wajahnya persis seperti tokoh antagonis sinetron yang sedang merencanakan hal jahat. Daniel tidak habis pikir apa yang membuat anak-anak jaman sekarang berbeda dengan anak-anak dulu—seperti Daniel sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Seingatnya, dia dan bocah-bocah seumurannya dulu begitu manis dan kaku, tidak ekspresif seperti April—adiknya.

Mereka ada di kafe yang didesain seperti pondok, berlantai kayu dan beratapkan daun rumbia. Daniel membelikan April segelas susu cokelat dingin sedangkan dia sendiri sesekali menyesap kopi krim. Orang tua mereka sedang bepergian, mereka berpesan pada Daniel untuk menjaga April. Tentu saja Daniel terpaksa membawanya keluar. Dia juga tidak akan bisa tenang jika membiarkan anak itu di rumah sendiri.

"Lima per enam sama tiga per empat, gede yang mana?" tanya April memandang Daniel untuk minta bantuan.

"Coba dikali silang," kata Daniel sabar. Dia mengambil pensil yang dipegang April kemudian mencoretkan sesuatu di buku tulis anak itu. "Empat kali lima berapa?"

"Dua puluh."

"Enam kali tiga?"

"Delapan belas."

"Gede yang mana kalau gitu?"

"Dua puluh."

"Kalau gitu, yang lebih gede yang di atasnya dua puluh itu."

April mengangguk lalu mengambil kembali pensilnya dan mengerjakan soal lain. Daniel menopang dagu lagi, kali ini pandangannya mengarah keluar jendela. Banyak kendaraan berlalu lalang. Orang-orang yang berjalan kaki hanya ada sedikit. Daniel memperhatikan mereka. Rona wajah masing-masing berbeda. Ketika ada seorang cewek yang berjalan cepat dengan menekan bibir dan menyipitkan mata, Daniel menebak kalau dia sedang kesal dengan seseorang. Tebakannya terbukti saat tidak lama kemudian seorang cowok terlihat berlari mengejar cewek itu.

Daniel tersenyum hambar.

Kali ini dia melihat lagi seorang cewek yang berjalan di seberang jalan. Matanya menyorot kosong. Sepertinya dia melamun. Dia memakai kaus putih dengan lengan panjang, namun sisi belakangnya berwarna merah agak cokelat. Daniel sempat berpikir kalau cewek itu memakai kaus yang berwarna aneh. Tambah aneh mendapati sisi belakang celana biru cerah milik cewek itu juga berwarna merah agak cokelat seperti kausnya. Butuh waktu beberapa saat bagi Daniel untuk menyadari kalau warna aneh itu bukan bawaan, melainkan bekas cairan pekat, misalnya darah.

"Kamu tunggu sebentar di sini," kata Daniel pada April lalu buru-buru keluar dari kafe. Dia berlari sedang matanya tidak lepas dari sosok belakang cewek itu. Daniel menyeberang cepat, membuat beberapa mobil mengerem dan mengklakson beberapa kali. Mempercepat larinya, Daniel tidak mau kalau sampai kehilangan cewek berambut panjang ikal dan diikat tinggi di atas kepalanya kali ini.

Satu sentakan tarikan Daniel menyentuh lengan cewek itu dan membuatnya membalikkan badan seketika. Cewek itu terkesiap kaget dan matanya melebar melihat Daniel.

"Yosi?" Daniel menyebut namanya. Dahinya mengernyit mendapati wajah sembab Yosi. Matanya berlinang air namun tidak sampai jatuh. Pakaiannya lusuh dan kotor. Daniel melihat beberapa luka lecet yang telah mengering tapi tidak berpikir kalau cewek itu baru saja dihajar oleh seseorang.

Yosi tetap diam, tidak mengatakan apa pun walaupun bibirnya sedikit membuka dan bergetar. Dadanya naik turun seolah akan ada sesuatu dari dirinya yang akan membuncah keluar. Melihat dari cara cewek itu melihat ke arahnya, Daniel yakin Yosi belum sepenuhnya sadar.

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang