BABY

1K 140 16
                                    

Seoul, 1995

"Heuuuhhhh Ahk!" Teriak seorang wanita menahan rasa sakit yang mampu menarik otot-ototnya dengan kuat, tangannya menggenggam erat tangan kekar suaminya,

"Kau bisa sayang, aku yakin," bagaikan mantra bisikan demi bisikan yang diberikan sang suami memberikan semangat membuncah untuknya.

"Atur nafas, atur nafas, pelan-pelan keluarkan, ayo Ny. Kim semangat. 1.... 2... 3!" Seru sang dokter

"Ahkkk!!!! Opppa!!!" Teriak wanita tersebut sekuat tenaga mencengkram tangan kekar suaminya

"Oaaaa oaaa..." tangis bayi merah terdengar dari setiap sudut ruangan

"Bayi anda laki-laki tuan," ucap sang suster, saat itu pasangan suami istri itu tersenyum penuh haru bahagia.

"Oppa," panggil istrinya

"Kau menjadi seorang ibu Jihyun-ah, chukkhae Ny. Kim," bisik sang suami mengecup dahi istrinya, menggenggam erat tangan istrinya

"Aku bahagia oppa, sangat bahagia," bisik Jihyun tersenyum lebar,
*
*
Gwangju, 1995

"Oppa!! Oppa perutku oppa!!" Teriak seorang wanita dengan panik memegang pinggulnya, ia semakin panik tatkala melihat air yang keluar dari selangkangannya

"Ya Tuhan, Jiwon-ah. Apa yang terjadi padamu?" Seorang pria datang dan panik melihat istrinya terduduk dibawah meja kompor

"Oppa, sepertinya aku akan melahirkan,"lirih Jiwon saat tangannya mengudap perut yang terasa sakit baginya

"Mwo?" Pekik sang suami menggendong istrinya berlari keluar rumah, namun naas hujan dengan derasnya mengguyur kota Gwangju hingga sang suami bingung karna jalan terlihat buram dari pandangan.

"Oppa!!" Teriak jiwon sepertinya tak kuat lagi menahan rasa sakitnya

"Sabar sayang, sabar nak. Appa sedang cari cara untuk bisa kerumah sakit," ditengah-tengah kepanikan, ia juga harus berusaha menguatkan istrinya, mengusap lembut surai istrinya juga perutnya agar tak terlalu menyakiti sang ibu.

"Oppa! Cepat! Appo!" Teriak  Jiwon memukul dashbord didepannya, perangai Jiwon yang memang dulunya adalah tomboy membuat ia terkadang hilang kontrol. Ingin rasanya pria yang menyetir ini marah karna mobil yang barusaja ia beli dipukul, namun kondisi istrinya tetap harus yang utama.

Ckiit~~

Sang suami segera menggendong krluar istrinya dan memanggil beberapa suster, mendorong kasur pasien agar segera dimasukkan keruang persalinan.

"Ini semua karnamu oppa!" Teriak Jiwon yang sejak tadi memaki suaminya dengan banyak hal, tentu saja membuat para suster setidaknya terkekeh geli.

"Iya iya ini semua salahku," ucapa sang suami

"Pkoknya kau tidak boleh menyentuhku sampai anakku berumur 5 tahun!" Nafas Jiwon memburu

"Iya iya aku tidak akan menyentuhmu saat ini,"

"Oppa! Kau harus tahu rasanya melahirkan! Aaahk!"

"Ahkk! Rambutku sayang!" Sang suami ikut berteriak karna istrinya menarik rambutnya kuat guna menahan nyeri diperutnya

"Perutku lebih sakit oppa!" Teriak Jiwon, Sang suami kelabakan

"Mianhae, kau boleh menarik rambutku lagi,"

"Ny. Atur nafas anda.. pelan prlan. Kami hitung sampai 3, Ny. Bisa berteriak sembari mendorongnya krluar," ucapa sang dokter diangguki Jiwon

"1....2....3!"

OUR [[COMPLETE]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang