3 - Hotel Room

98.7K 6.3K 30
                                    

Sehari setelah kejutan menyakitkan di apartemen Lucas, Hanna memutuskan segera berangkat ke Bali sesuai rencana awalnya. Seharian ini, ia lelah menghadiri beberapa meeting penting untuk pembukaan resor baru miliknya, sehingga ia memutuskan menghibur diri dengan minum di bar hotel tempatnya menginap.

Suara ingar-bingar dengan alunan musik mengentak, aroma rokok yang bertebaran di udara, sampai beberapa pasangan yang mengumbar kemesraan menyambut kedatangan Hanna.

Hanna sudah mendapatkan pesanan minumannya. Namun, baru beberapa teguk menikmatinya, ia mendengar suara yang familiar dari arah kanannya. Suara seseorang yang terdengar lebih berat dari sebelumnya.

Seketika itu pula, ia langsung menoleh ke samping kanan dan mendapati wajah yang sepertinya ia kenal. Wajah laki-laki yang terlihat lebih dewasa dari yang terakhir dilihatnya.

Hanna terus mengamatinya. Memperhatikan wajah dengan hidung bangir, bibir tipis, rahang tegas, serta terlihat jantan. Rambutnya hitam, sedang matanya dalam dan berwarna hitam layaknya buah zaitun.

Pria yang merasa diperhatikan pun akhirnya menyadari tatapan menyelisik Hanna padanya. Ia merasa risih ketika diperhatikan orang asing seintens itu. Ia berniat mengabaikan dan tetap menikmati minumannya, sampai suara lembut Hanna mengambil alih perhatiannya.

"Ben?"

Sebelah matanya menyipit, bertanya, "Sorry?"

Hanna terdiam sejenak, sampai akhirnya menyadari sikap konyolnya. "Oh maaf, aku salah orang. Mungkin kalian mirip."

Hanna yang malu menjadi salah tingkah merutuki kebodohannya. Wajahnya memerah dan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Namun, tingkah konyol Hanna tersebut justru membuat pria itu menyeringai dan berniat menggodanya.

"Apakah... wajahku terlihat pasaran?"

Hanna menggeleng keras. "Maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu."

Mendengar permintaan maaf dari Hanna, si pria tersenyum geli. Ia hanya bermaksud menggodanya, tapi wanita cantik yang berada di samping kirinya justru merespons dengan cara yang berbeda. Hanna menunjukan ekspresi penuh sesal, yang pria tersebut anggap menggemaskan.

"Aku Nathan. Kau?" Pria bernama Nathan tersebut memperkenalkan diri, dan menyodorkan tangannya dengan maksud menjabat tangan Hanna. Dan Hanna membalas uluran tangan tersebut, menyebutkan nama.

Setelah perkenalan itu, Nathan berusaha membuka obrolan dengan Hanna yang terlihat canggung. Nathan mendominasi pembicaraan, dan Hanna dengan sikap sopannya membalas setiap ucapan Nathan.

Waktu semakin berlalu dan obrolan di antara mereka terlihat semakin asyik, sehingga membuat Hanna semakin nyaman karenanya. Ia sudah bisa mengatasi rasa canggung yang dirasakan. Hal tersebut membuat mereka berdua semakin akrab layaknya orang yang sudah mengenal lama. Sesekali, bahkan Hanna tergelak oleh candaan Nathan, yang Nathan sendiri menganggap itu hanya lawakan yang sangat pasaran.

Wajah cantik Hanna ketika tertawa dan sikap manisnya membuat Nathan terpesona. Ia berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan melewatkan wanita seperti Hanna. Dia terus memperhatikan wajah Hanna yang mampu menghipnotisnya untuk ikut merasakan kebahagiaan. Sampai Hanna yang merasa diperhatikan, menjadi salah tingkah dengan wajah yang semakin memerah.

Hanna meraba wajahnya dengan kening mengkerut. "Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Kau sangat cantik." Dengan bertopang dagu, Nathan berucap lirih, namun masih mampu terdengar oleh Hanna. Hanna yang mendapat pujian tersebut, sontak wajahnya semakin memerah.

"Kau semakin manis saat wajahmu merona," tambah Nathan yang membuat Hanna semakin salah tingkah. Ia merasakan panas di tubuhnya karena perasaan berbunga dan juga pengaruh alkohol yang telah diminumnya.

NOT Strangers [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang