Pengakuan Nathan sebagai kekasih Hanna semakin membuat Lucas kalang kabut. Setiap harinya selama seminggu terakhir ini, ia selalu meneror Hanna untuk memberinya kejelasan mengenai hubungan mereka.
Hanna yang sudah merasa memutuskan hubungannya dengan Lucas meskipun hanya melalui pesan singkat, tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Lucas yang selalu menuntut jawabannya. Apalagi dengan segudang kesibukan yang membuatnya tidak ada waktu untuk memikirkan Lucas yang jelas-jelas sudah mengkhianatinya.
"Stella, apa masih ada jadwal pertemuan lagi hari ini?" tanya Hanna pada sekretaris yang berjalan di sampingnya, sambil terus memijit pelipisnya. Mereka baru saja kembali dari rapat di salah satu restoran yang tidak jauh dari kantornya.
Stella memeriksa catatannya untuk memastikan. "Masih ada satu lagi, Nyonya. Kita akan kedatangan arsitektur-arsitektur muda untuk membahas desain pembangunan pusat perbelanjaan yang Nyonya minta. Masih ada waktu satu setengah jam untuk Nyonya beristirahat," jelas Stella.
Melihat Hanna yang terus memijit pelipisnya dengan wajah memucat, membuat Stella merasa khawatir.
"Nyonya, sepertinya Anda kurang sehat. Apa perlu saya alihkan jadwal meeting hari ini?"
Hanna menggeleng, menolak usulan tersebut. "Tidak perlu, Stella. Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing saja."
"Jangan memaksakan diri, Nyonya. Anda terlihat kurang sehat."
"Tidak apa-apa. Ini hanya sementara saja. Aku—" Ucapan Hanna terpotong karena seseorang tiba-tiba datang dan menarik tangannya hingga membuat tubuhnya terhuyung. Namun, dengan sigap orang yang menarik tangannya segera menahan tubuhnya yang akan terjatuh.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Stella, kau bisa kembali lebih dulu ke ruanganmu," kata Hanna, masih dengan menatap marah pada lelaki di hadapannya.
"Mau sampai kapan kau akan mengabaikanku, Hanna?" tanyanya ketika Stella sudah meninggalkan tempat tersebut.
Pertanyaan yang sama, dan Hanna yang mulai muak hanya bisa memutar bola mata namun tetap menjawabnya. "Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, Lucas."
"Apa kau masih waras? Setelah bersama selama lebih dari dua tahun, dan begini caramu memperlakukanku?"
"Lalu bagaimana aku harus memperlakukanmu?" tanya balik Hanna dengan lirih, namun masih terdengar oleh Lucas.
Lucas mengetatkan rahangnya menahan kesal. Ia bertanya, "Apa masalahnya sampai kau memutuskanku, Hanna? Apa aku telah membuat kesalahan padamu? Apa salahku? Katakan sekarang!" cecar Lucas meminta jawaban.
"Kau tidak salah. Aku yang salah karena sudah menaruh harapan padamu dan bisa percaya pada orang sepertimu untuk menjaga hatiku selama lebih dari dua tahun ini," jelas Hanna sambil mempertahankan kesadarannya dari rasa pening di kepalanya yang mulai berdengung.
Lucas berbicara dengan nada suara meninggi. "Apa yang kau bicarakan, Hanna? Apa ini semua karena Jonathan Wilson? Aku tidak percaya kau lebih memilihnya daripada aku yang sudah bersamamu selama dua tahun ini. Apa selama ini kau sudah berselingkuh dengannya di belakangku?"
Hanna yang merasa tidak terima dengan tuduhan Lucas bahwa dia mempunyai pria lain pun menjadi sangat jengkel. Ia berniat membalas tuduhan Lucas, namun tidak ada tenaga yang tersisa untuk melakukannya. Kepalanya semakin pening hingga dirinya tidak bisa mempertahankan kesadarannya, sampai kegelapan menghampiri. Ia limbung seketika di dekapan Lucas yang dengan sigap membaca situasi tersebut.
~o~
Di ruangan yang serbaputih dengan bau khas rumah sakit, Hanna mulai mengerjapkan matanya setelah tidak sadarkan diri selama lebih dari empat jam. Ia mengernyit merasa sakit di bagian kepala, dan bingung ketika tangan kiri yang ia gunakan untuk memijit pelipisnya terpasang jarum infus.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT Strangers [END]
RomanceJonathan Benedict Wilson, seorang aktor kenamaan yang terpaksa mengasingkan diri untuk menghindar dari pemberitaan yang semakin memojokkan. Dia berprestasi dalam dunia hiburan, namun tak pelak harus tersandung skandal yang seolah mengikutinya. Skand...