Kriet.... Brak! Suara pintu yang terbuka paksa.
"Spada! I'm back, Johanna!" Suara seorang wanita menyapa dengan hebohnya muncul dari balik pintu seraya merentangkan kedua tangan.
Merasa tidak mendapat respons dari orang yang disapanya, wanita tersebut menurunkan rentangan tangannya dengan kening berkerut, memandang bingung Hanna.
"Hanna, kau tidak merindukanku? Kita sudah enam bulan lebih tidak bertemu." ujarnya menatap Hanna tidak percaya.
Hanna yang beberapa saat lalu masih fokus memandang majalah yang dipegangnya dengan mimik tidak percaya, sontak mengalihkan pandangan ke arah suara yang menyebut namanya.
Dengan kening berkerut, ia bertanya, "Lucy? Kapan kau kembali ke New York?"
"Johanna Alline Miller!" teriak kesal Lucy karena mendapat respons biasa saja dari sahabatnya.
Lucy atau bernama lengkap Luciana Johnson adalah gadis berambut cokelat kehitaman yang berumur dua puluh lima tahun. Ia bertubuh tinggi dan langsing karena berprofesi sebagai supermodel.
Kulitnya putih, sedang matanya abu seperti perak. Saat ini, dia mengenakan skinny jeans berwarna putih, t-shirt berwarna cokelat muda, dan sepatu heels serta tas jinjing berwarna senada.
"Kau tidak rindu padaku setelah enam bulan lebih tidak bertemu? Aku tidak percaya ini," tambah Lucy sambil mengibaskan tangannya ke wajah beberapa kali, lalu berjalan menuju sofa panjang yang ada di ruangan tersebut.
"Ah, Lucy. Kebetulan sekali kau ada di sini. Aku ingin bertanya kepadamu. Kau kan, juga seorang entertainer. Apakah kau mengenal pria ini?" tanya Hanna seraya menunjukkan majalah yang kovernya menampilkan wajah Jonathan Wilson.
"Hanna!" teriak Lucy.
Dengan sedikit mengacak rambutnya Lucy kembali berkata, "Kau keterlaluan. Aku merindukanmu setengah mati dan hanya ini respons yang kudapatkan?"
"Please, Lucy. Jangan berlebihan. Kita hampir setiap saat video call. Aku bertanya serius padamu. Apa kau tahu sesuatu atau mengenal pria ini?" Hanna kembali menunjukkan majalah tersebut, tanpa beranjak dari kursi kebesarannya.
Lucy bangkit menghampiri Hanna merasa penasaran. "Siapa? Siapa? Aku tidak pernah melihatmu tertarik dengan hal seperti ini." Ia merebut majalah dari tangan Hanna dan memperhatikannya secara intens.
Dengan kening berkerut, ia menatap Hanna tidak percaya. "Kau tidak tahu Jonathan Wilson, Hanna? Apa kau tidak punya televisi di rumah? Atau kau tidak punya sambungan internet? Atau apa mungkin kau hidup di dalam goa selama ini?"
Hanna mendengkus kesal. "Jangan mulai menggila, Lucy. Aku serius."
"Baiklah." Lucy menunjuk-nunjuk kover majalah tersebut. "Dia ini Jonathan Wilson. Wajahnya selalu terpampang di mana-mana. Film, iklan, majalah, bahkan billboard di berbagai area karena ia juga brand ambassador beberapa produk ternama. Dan, perlu kau tahu, dia ini putra tunggal Jeremy Wilson. Dia pewaris tunggal JW Corporation. Perlu kau ingat, Hanna. Meskipun dia terkenal dan kaya, jika kau memendam perasaan padanya, aku sarankan enyahkan perasaan itu sekarang juga karena dia itu player. Teman seprofesiku sudah banyak yang menjadi korban dan aku tidak mau itu terjadi padamu, Sayang," jelas Lucy panjang lebar lalu mengingatkan.
Hanna yang mendengar itu hanya bisa mendengkus. "Bagaimana aku dengan bodohnya bisa terlibat dengan orang seperti dia?"
~o~
"Nyonya Miller, bagaimana dengan pendapat Anda?" tanya seorang manajer pemasaran yang menyadarkan Hanna dari lamunannya.
"Sorry?" tanya balik Hanna tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT Strangers [END]
RomantikJonathan Benedict Wilson, seorang aktor kenamaan yang terpaksa mengasingkan diri untuk menghindar dari pemberitaan yang semakin memojokkan. Dia berprestasi dalam dunia hiburan, namun tak pelak harus tersandung skandal yang seolah mengikutinya. Skand...