Di sela break syuting, Nathan tersenyum-senyum sendiri sambil menekuri ponselnya, berbalas pesan singkat dengan ibunya juga calon ibu mertuanya. Ia juga tersenyum geli karena memberondong Hanna dengan kalimat-kalimat penuh cinta sebagai bentuk perhatian seorang tunangan. Ethan yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan absurd sahabatnya.
Ketika Nathan sudah meletakkan ponselnya ke meja dan fokus kembali untuk mempelajari skrip filmnya, Ethan memberanikan diri menegurnya.
"What's wrong with you, Nate? Semakin hari kau semakin terlihat aneh. Kau mulai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila."
"Nope. Tidak ada yang salah denganku. Aku hanya terlalu bahagia tidak lama lagi Hanna akan benar-benar menjadi milikku."
"Maksudmu?" tanya Ethan tak segera mengerti.
Nathan berdecak kesal. "Maksudku, aku dan Hanna akan segera menikah, Ethan."
"Seriously? Wow, selamat Nate. Perjuanganmu tidak sia-sia untuk mendapatkannya," ucap Ethan sambil menepuk-nepuk pundak Nathan.
"Tapi... bagaimana bisa? Bukankah Hanna selalu menolakmu?" tambah Ethan.
Nathan tersenyum licik merasa bangga dengan keberhasilan rencananya. "Bagaimanapun dia berusaha menolakku, dia tidak akan bisa menolak orangtuaku. Ayah dan ibuku tidak akan pernah membiarkan hal itu sampai terjadi, Ethan. Begitu pula dengan orangtua Hanna. Ah, aku sangat beruntung dan merasa Tuhan sedang berpihak padaku. Orangtua kami sangat mengenal baik satu sama lain."
~o~
Hanna merengut kesal melihat Lilyana dan Rossaly yang saling bersendau gurau membicarakan konsep pernikahan anak mereka. Sedangkan dirinya hanya diperbolehkan duduk manis menikmati setiap perawatan salon yang didatangkan ke rumah.
"Baik, Nyonya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk persiapan pertunangan putra-putri Anda. Dan untuk persiapan pernikahan, mungkin gaun pesanan yang Anda minta akan selesai dua minggu dari sekarang," Kata perwakilan wedding organizer memastikan lagi setiap pesanan kliennya.
"Pastikan semuanya sempurna, Elena. Karena ini adalah pernikahan putraku satu-satunya yang sudah aku tunggu sejak lama," kata Rossaly. Elena dari pihak wedding organizer pun mengangguk, lalu pamit pulang.
"Hanna, kenapa kau terlihat kesal sekali?" tanya Lilyana pada Hanna.
Hanna yang sedari tadi menekuri ponselnya, membaca pesan singkat dari Nathan, langsung memandang ibunya dengan kening mengernyit.
"Sayang, apa kau sedang menginginkan sesuatu? Apa kau merasakan mual atau yang lainnya?" tanya Rossaly dan Hanna hanya menggelengkan kepala.
"Baiklah. Katakan langsung pada Jonathan atau ke kita saja jika kau sedang sangat menginginkan sesuatu. Huh, untung saja ya, di masa kehamilanmu ini kau tidak mengalami morning sickness seperti yang dulu aku alami." curhat Rossaly.
"Memang morning sickness-mu separah apa, Ross?" tanya Lilyana penasaran.
"Sangat parah. Aku selalu muntah setiap kali makanan masuk ke dalam perutku, sehingga membuatku lemas dan harus berhari-hari menginap di rumah sakit. Jeremy terlalu sering menahan kesal karena aku hanya bisa memakan makanan-makanan tertentu. Terlebih itu adalah hal yang sulit untuk didapatkan."
"Sesulit apa, Rossaly?" tanya Hanna.
"Yah begitulah, karena semasa muda aku sering melakukan traveling di negara-negara bagian Asia, tapi tidak bisa menikmati setiap makanan khasnya. Dulu aku merasa harus tetap menjaga tubuhku supaya tetap langsing. Jadi ketika sedang mengandung Jonathan, aku menginginkan setiap makanan khas Asia yang pernah aku lewatkan. Itu membuat Jeremy terbang langsung ke negara tersebut karena aku yang memaksanya. Atau aku tidak akan makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT Strangers [END]
RomansaJonathan Benedict Wilson, seorang aktor kenamaan yang terpaksa mengasingkan diri untuk menghindar dari pemberitaan yang semakin memojokkan. Dia berprestasi dalam dunia hiburan, namun tak pelak harus tersandung skandal yang seolah mengikutinya. Skand...