9 - Jonathan Wilson In Love

89.4K 5.9K 25
                                    

"Cut!" Sutradara mengakhiri sesi syutingnya.

"Jonathan. Kau bisa beristirahat dulu untuk memulihkan konsentrasimu. Sedari tadi, penjiwaanmu pada peran yang kau mainkan terlihat sangat buruk. Kau kurang fokus, sehingga jika ada masalah apa pun itu, aku ingin kau tetap professional. Istirahatlah dulu dan ketika sudah siap, aku ingin kau kembali seperti Jonathan Wilson yang aku kenal," kritik sutradara karena kinerja Nathan yang mengecewakan.

"Baik, Pak. Maafkan aku," jawab Nathan seadanya dan segera pamit untuk beristirahat.

"Nate, ada apa denganmu? Cerita padaku!" tanya Ethan yang selalu menemani kesehariannya.

Nathan menggeleng keras seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing, lalu menjawab, "Hanna masih saja menghindariku, Ethan. Mungkin aku pria yang kurang manarik baginya," kata Nathan dengan nada tidak bersemangat.

"Jadi ini yang mengganggu pikiranmu, sampai kau tidak bisa fokus untuk berakting? Menurutku, Hanna bersikap seperti itu bukan karena kau tidak menarik, Nate. Tapi mungkin karena dia merasa enggan untuk mengenal pria yang memiliki reputasi buruk tentang wanita. Sedari dulu, aku selalu mengingatkanmu tentang ini dan kau mengabaikannya. Sekarang rasakanlah semua akibatnya."

Nathan mendelik menatap tajam pada Ethan yang seolah mengejeknya. Membuat Ethan menelan ludah susah payah dan segera meralat ucapannya.

"Johanna Miller sangat berbeda dengan wanita yang ada di luaran sana. Dia wanita bermartabat yang tidak akan semudah itu untuk terkesima padamu. Apa aku perlu memberikan saran padamu? Aku memiliki cara untuk membuatmu bisa mendekati Hanna."

Nathan menyipitkan sebelah mata menatap Ethan bertanya, "Saran apa itu?"

"Kau bisa memanfaatkan kedekatanmu dengan Lilyana, ibunya Hanna. Kau bisa meminta nomor telepon pribadi Hanna ataupun datang ke rumahnya dengan alasan ingin membicarakan masalah bisnis."

Mendengar saran tersebut, seketika senyum merekah di bibir tipis Nathan. Ia segera menjawab dengan nada penuh semangat.

"Boleh juga. Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku?"

~o~

Jalanan New York tidak pernah sepi, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul dini hari. Nathan yang baru kembali dari urusan pekerjaan memutuskan untuk pulang ke mansion keluarga Wilson, karena jarak tempuhnya lebih dekat dari pada ke penthouse-nya. Di tengah fokusnya mamacu laju kendaraan, teleponnya berdering.

"Halo," sapa Nathan kepada penelepon.

"Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang Anda minta."

"Benarkah? Kau ada di mana, Anderson? Bisa kita bertemu di luar sekarang?" Nathan pun memperlambat laju kendaraannya untuk menemukan tempat yang bisa ia gunakan bertemu dengan Anderson.

Ketika menemukan tempat yang pas untuknya berbincang, Nathan menepikan mobilnya seraya berkata, "Aku tunggu sekarang di kafe 24 jam yang tidak jauh dari mansion. Dan, tolong jangan sampai ayahku tahu tentang hal ini," tambah Nathan mengingatkan Anderson.

"Baiklah, Tuan. Saya segera tiba di sana."

Beberapa saat Nathan menunggu, pada akhirnya Anderson datang menghampirinya. Nathan meminta Anderson duduk di hadapannya, lalu menagih laporan merasa tak sabar.

"Apa yang kau dapat?"

"Semuanya tertuang dalam berkas ini. Informasi yang baru saya dapatkan adalah fakta bahwa Johanna Alline Miller pernah tinggal di London ketika remaja bersama kakaknya dalam waktu yang cukup lama. Dia menyusul James Alfred Miller yang memang sedari kecil tinggal bersama kakek dan neneknya. Namun, itu hanya sementara, sampai...." Anderson merasa enggan untuk melanjutkan penjelasannya.

NOT Strangers [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang