Episode 04 - Sleepover

5.3K 68 4
                                    

"Apakah kau punya rencana hari ini?" Alison bertanya padaku saat kami berkumpul dikantin.

"Tidak ada. Kenapa?" Aku berbalik tanya padanya.

Semua langsung tersenyum saat aku berkata tidak tadi.

"Great! We will be sleepover at Spencer's sister's barn. You join, okay?" Timpal Hanna.

"A... aku tidak yakin. Lebih baik aku tanya ibuku dulu."

Aku mengambil ponselku dan mengetik nomor ibuku. Lalu ponselku langsung direbut oleh Alison.

"Really? You have to ask your mom about everything you will do? You are a teenager, Lily. Not a kid anymore. Fyi we don't do drugs."

Kukerutkan dahiku. "Why not? I mean she is my mother and she deserve to know where i am, what i do, what will i do and what i did. It has nothing to do with you." Suaraku mulai meninggi karena Alison benar-benar membuatku sangat jengkel. Apakah aku salah meminta ijin pada ibuku untuk menginap dirumah teman?

"Lily... tenang. Kau tanya saja ke ibumu dulu. Oke? Lagipula ini hanya menginap sehari. Ibumu pasti akan mengijinkanmu." Aria mencoba menenangkanku. Kuredam amarahku pada Alison sebisa mungkin.

"Tenang saja. Seperti apa kata Alison, kami tidak memakai obat-obatan terlarang. Kita bersih." Tambah Spencer.

"Berapa nomor teleponmu?" Alison bertanya padaku dengan wajah yang tidak begitu ramah.

"+875 2269855," jawabku singkat.

"Kami akan masukkan kau kedalam grup kami dan beritahu kami kalau kau mendapat ijin dari ibumu."

Lalu mereka semua berpamitan untuk masuk ke kelas berikutnya. Sedangkan aku hanya duduk di kantin karena kelasku berikutnya akan dimulai pukul 11.

-

"Ibu, hari ini aku akan menginap dirumah Spencer, teman baruku," teriakku dari lantai atas sembari menyiapkan baju dan barang untuk menginap nanti.

"Bagaimana dengan sekolahmu besok?" Ibu balas berteriak padaku dari lantai bawah.

"Aku akan pergi sekolah bersama mereka bu."

"Baiklah."

Aku semakin semangat untuk menginap dirumah Spencer. Dan aku jadi merasa bersalah dengan Alison. Sebenarnya dia itu sangat menyebalkan. Namun dia adalah teman pertamaku. Mungkin aku harus memberinya kesempatan.

Ting.

Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatianku dari berkemas. Aku langsung meraih ponselku dan melihat siapa yang mengirim pesan. Dari grup Liars.  Nama grup ini adalah pembohong? Yang benar saja? Jadi mereka selama ini suka berbohong?

Ya Tuhan Lily. Stop berpikiran negatif. Mungkin ini hanya nama untuk grup saja. Tidak untuk hal nyata.

Kubuka pesan dari grup itu dan sudah ada Hanna yang menanyakanku.

'Bagaimana, Lily? Kau sudah meminta ijin?'

Aku tersenyum karena Hanna sangat baik dengan menanyakanku. Lalu kubalas dengan secepat kilat.

'I'm in. Packing right now.'

Lalu pesan Spencer masuk.

'Come to 23 Bridgewater Terrace at 5 p.m.. See you there!'

Kutaruh kembali ponselku dikasur dan aku melanjutkan mengemas barang.

-

"Mom i'm going to Spencer's." Kuturuni anak tangga dan kupanggil ibuku.

"Apa kau akan membawa mobil?" Tanya ibu yang membawa sebuah plastik.

"What is that? And oh i won't using your car. I will walk."

"Ibu buatkan keripik untukmu dan teman temanmu."

Kuambil bungkusan plastik tersebut dan aku langsung bergegas kerumah Spencer.

-

"Hi Lily." Aku langsung disapa hangat oleh mereka berlima yang sudah duluan hadir.

"Hai. Ibuku membuatkan keripik untuk kalian." Kuberikan bungkusan tadi pada Spencer dan dia langsung membukanya dan menaruh keripiknya di mangkok besar.

Setelah aku duduk disebelah Alison dan Hanna, Spencer pun duduk kembali ditempat dia semula.

"Jadi... mari kita mulai acara ini." Alison membuka acara yang tidak formal ini. "Since Lily is a new student in Rosewood, and obviously you don't have any friend but us-"

"Ya karena dia adalah murid baru yang baru saja dua hari bersekolah. Tentu saja dia belum punya teman, duh." Hanna memotong pembicaraan Alison.

"Yeah whatever Hanna said, kami setuju untuk mengajakmu bergabung di grup kami, the liars."

"So what is your answer?" Tanya Aria.

"Before i answer that, what is the meaning of liars? I know what liars mean, but why liars?"

"Karena kami terkadang berbohong tentang apa yang kami lakukan kepada orang tua kami."

"Seperti...?"

"About school, grades, boys," jawab Alison santai.

"Okay. I'd love to be your friends, liars," kataku bersemangat dan kami langsung berpelukan bersama. Rasanya senang sekali bisa bertemu dan berteman dengan mereka. Aku merasa sangat beruntung.

"Oke. Karena sekarang kau adalah anggota baru di grup ini. Kau harus memilih diantara tantangan atau kebenaran. Ini adalah ritual bagi anggota baru." Emily akhirnya buka suara. Ritual yang sangat biasa dan aku sering melakukannya.

"Aku pilih kebenaran."

"Do you-" Alison, Spencer dan Hanna sama-sama mengucapkan kata yang sama untuk bertanya kepadaku.

"Oke Spencer kau saja yang bertanya padanya," kata Alison mengalah.

"Apakah kau menyukai Justin Bieber?"

Jantungku sekarang langsung berhenti berdetak diberi pertanyaan seperti itu. Aku harus jawab apa?

"I'm not."  Aku mencoba untuk tenang dan menjawab sebaik mungkin agar mereka tidak curiga.

"Hey i was going to ask her that question," ujar Aria. Aku hanya tersenyum santai.

"Oke kau sudah menjawab sebuah kebenaran, kau juga akan melakukan sebuah tantangan. Ini adalah peraturannya." Alison terlihat sangat senang sekali mengucapkat kata-kata itu.

Masuk akal. Baiklah aku akan melakukan apapun tantangan itu. Walaupun mereka menyuruhku untuk jalan ke hutanpun aku tak masalah.

"Kau harus membuat Justin jatuh cinta padamu dan kau harus mencampakkannya saat itu juga."

"WHAT?"

Semua termasuk aku berteriak dan terkejut mendengar tantangan yang Alison berikan padaku.

==========

To be continue.

Semoga kalian suka ya sama cerita ini!!

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang