Episode 06 - Research

3.7K 47 0
                                    

"Hai. Aku saat ini satu kelompok dengan Justin untuk mata pelajaran Kimia. Sebetulnya aku merasa takut dengannya, menurutmu dia orangnya bagaimana?"

"Hai Lily. Kau tidak perlu takut padanya. Dia adalah pria yang tampan. Tapi kau harus berhati-hati. Liars adalah korbannya. Mungkin kau selanjutnya."

"Oke terima kasih." Perempuan itu pergi meninggalkanku.

Satu orang saksi untuk sebuah kasus. Kasus tentang Justin adalah seorang playboy. Aku harus mencari beberapa orang lagi untuk menguatkan kalau Justin itu memang benar-benar seorang playboy.

Aku mencegat lagi seseorang yang tidak kukenal.

"Hai maaf mengganggu waktumu."

"K-kau Lily? The Liars? Apa yang bisa aku bantu untukmu? Sebutkan saja Lily."

Kukerutkan dahiku. "Hanya pertanyaan biasa saja. Aku satu kelompok dengan Justin untuk pelajaran Bahasa Inggris. Menurutmu dia bagaimana?"

"Justin? Justin Bieber? Oh... My... God!"
Perempuan ini berteriak seolah baru mendengar hal yang menakutkan.

"Kau sangat beruntung bisa satu kelompok denganya! Ya Tuhan aku ingin menjadi seperti kau, Lily! Kau adalah anggota liars, dan kau sekarang bisa dekat dengan Justin."

Aku hanya bisa menyeringai. Apa maksud perempuan ini? Reaksinya sungguh diluar dugaan.

"Okay, thank you... girl."

Aku berbalik badan dan berjalan perlahan menjauhi perempuan ini. Aku tidak ingin lagi mendengar celotehan yang tidak penting.

Benar saja. Dia menarik lengan kananku dan aku terpaksa berbalik badan lagi.

"Please, tell Justin i say hi. From Matilda, French class."

Enggan sekali rasanya aku akan memberitahukan hal ini pada Justin. Namun tangannya masih menggenggam erat lenganku.

"Okay i will." Lenganku langsung dilepas dan aku berjalan secepat mungkin dari tempat itu.

"Lily!" Seseorang memanggil namaku saat aku sudah berada di taman.

"Spence!" Aku berjalan menuju kearahnya. Untung saja aku bisa bertemu dengan seseorang yang aku kenal.

Aku duduk disebelahnya yang sedang membaca buku.

"Kau kenapa tergesa-gesa?"

"Aku baru saja bertemu dengan perempuan bernama Matilda. Dan dia...-"

"Aneh bukan? Ugh aku saja malas sekali kalau bertemu dia di kelas French." Spencer menutup bukunya lalu menatapku dengan tatapan bingung.

"Apa yang kau lakukan dengan Matilda?"

"Uh... aku... aku...-"

Mata Spencer mulai memicing. "Kau bertanya soal Justin?"

Mataku membalas memicing. "Kau tahu dari mana?"

"C'mon, Lily. Matilda is crazy over Justin. Jadi terlintas saja di pikiranku kalau kau bertanya soal Justin.

"Sebenarnya aku tidak tahu tentang hal itu. Tapi... apakah kau bisa memberiku sedikit informasi tentang Justin? Aku hanya penasaran saja dengannya. Aku ingin punya sedikit klu untuk mendekati Justin."

Spencer tersenyum. "Okay, what do you want to know?"

"Dia itu tipe orang yang seperti apa?"

"He's jerk, player, and v-" Spencer sangat membara saat dia sudah mulai bicara.

"Not that one. I mean his personality."

"Oke. Menurutku dia baik, pintar, kaya. Dia ramah kepada siapapun, dengan Matilda sekalipun. Dia punya banyak sekali teman. Tapi, seperti yang kau sudah dengar, dia benar-benar seorang playboy. Sangat-sangat playboy. Dia mengencani perempuan populer dan cantik disekolah. Kecuali Matilda, pastinya."

Kami berdua sama-sama tertawa. Lalu kembali terdiam.

"Dulu aku pernah sekali diajak kerumahnya dan bertemu ibunya. Waktu itu aku ada tugas bersamanya di kelas bahasa perancis. Mungkin diantara kami berlima, hanya aku yang diajak kerumahnya. Kami mengerjakan tugas di kamarnya. Dia benar-benar orang kaya. Rumah besar dengan pengawasan super ketat.

You know, when we were doing homework, we kissed. And he wanted more than that. We almost did the 'thing', but i refuse. I don't know. I was just not ready at that time. And you know what's next? The next day after it happened, he fucking dumped me like we were nothing. He was my boyfriend for almost 1 month. Can you imagine how rude he was?"

Aku hanya bisa terdiam mendengar cerita Spencer. Ternyata seperti itukan sifat Justin yang sesungguhnya? Dibalik topeng keramahannya, tersimpan sifat buruk yang ditakuti para perempuan.

"Dan hal itu terjadi juga pada Ali, Em, Aria dan Hanna."

"Wow, that was awful."

Perasaanku jadi tidak enak memikirkan bagaimana tantangan dari Alison.

"Kau harus berhati-hati dengan Justin. Ingat dengan apa yang dia lakukan pada kami. Hal itu juga bisa terjadi padamu."

Aku tersenyum dan mengangguk pelan.

==========

To be continue.

Thanks masih mau nungguin cerita ini.

Btw mohon maaf untuk bahasa inggris yang tidak dicetak miring, karena aku ngetik lewat hp dan pas aku klik italic hanya huruf pertama aja yang miring selebihnya engga-_-

Contoh: halo hai

Aneh kan... jadi mohon maaf aja ya.

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang