Episode 10 - Spy

1.5K 38 2
                                    

"Bagaimana videocall antara kau dan Justin?"

Alison langsung menghampiriku saat aku baru saja membuka lokerku.

"Tidak ada yang spesial. Dia menemaniku membuat pr bahasa inggris."

"Aww that's really sweet," sambar Hanna yang baru saja datang. Kulihat mata Ali langsung melotot padanya. "Nobody ever did that to me. Even Justin himself."

"Pulang sekolah nanti, sepertinya aku tidak bisa berkumpul dirumahmu, Ali. Aku dan Justin akan makan siang bersama."

Wajah Alison langsung memerah. Lalu dia pergi begitu saja meninggalkanku dan Hanna.

"Aku akan mengejarnya. Sampai nanti." Hanna pun langsung pergi menyusul Ali. Aku hanya bisa melihat mereka dari sini.

"Hei, ada apa dengan mereka?" Aria tiba-tiba muncul disebelahku.

Aku mengangkat kedua pundakku. "Sepertinya dia marah saat aku bilang akan makan siang bersama Justin."

Aria terkejut. "Wah itu sangat bagus."

Kringgg... bel masuk pun berbunyi.

"See you later, Lily."

Aku menutup lokerku dan berjalan menuju kelas bahasa Inggris. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu Justin.

Benar saja, dia sudah duduk dibangkunya. Aku pun duduk di bangku sebelahnya yang kosong. Dia menyapaku dengan senyuman indahnya dan aku membalasnya dengan senyuman terindahku yang pernah ada.

Aku melirik kebelakang dan aku melihat Alison dengan wajah sinisnya. Lalu aku melirik wajah mereka berempat. Mereka seperti kebingungan.

Mengapa Ali marah? Bukannya dengan aku mendekati Justin lebih cepat, akan lebih baik untuk tantangan ini?

Kubalikkan kepalaku menghadap papan tulis dan mendengarkan apa yang Mr. Fitz katakan.

-

"Kau hari ini akan makan siang dengannya? Wow!" Spencer terlihat sangat takjub (amaze) dengan berita heboh yang tersebar di kalangan kami.

"Bagaimana tanggapan Ali?" Tanya Em.

"I don't know, she's so upset. Maybe i should cancel the 'late' lunch."

Kuambil ponselku namun Emily merebutnya.

"Jangan dibatalkan. Lebih baik kau pergi dengan Justin. Semakin kau cepat dekat dengannya, semakin cepat kau akan menjatuhkan dia."

Em mengembalikan ponselku dan kutaruh kembali ke dalam tas.

"Itu Justin. Bersenang-senanglah," kata Spencer sambil melirik kearah belakang.

Aku menoleh dan ada Justin di dekat pintu keluar. Aku langsung memeluk Spencer dan Emily bergiliran lalu aku menghampiri Justin.

"Hai," sapaku saat aku sudah di dekatnya.

"Ayo kita pergi."

-

"Teman-temanmu tidak masalah kalau kau pergi denganku?"

"Tidak. Tentu saja tidak," jawabku berbohong.

"Oke kalau begitu."

Justin menyetir dengan fokus sementara aku melihat jalanan yang ramai dari kaca samping.

Aku pergi berdua dengan Justin! Ya Tuhan, ini benar-benar menegangkan. Aku mempunyai teman laki-laki yang mungkin saja akan menjadi kekasihku kelak. Berlebihan sekali, Ly.

Bagaimana kalau aku jatuh cinta padanya? Sedangkan aku harus menyelesaikan tantangan Ali. Ah! Ini sungguh membuatku dilema.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, akhirnya kami sampai di restoran XYZ. Aku dan Justin turun lalu masuk ke dalam restoran.

Restoran ini cukup besar dan aku baru tahu tempat ini. Untunglah, tempat ini bisa menjadi referensi untukku dan ibu makan malam nanti.

"Kau mau pesan apa?" Tanya Justin saat pelayan memberikan buku menu.

"Aku ikut kau saja." Kututup buku menu ini dan menunggu Justin.

"Dua risotto dan dua air mineral." Buku menu dikembalikan dan kami menunggu pesanan nanti tiba.

"Kau senang tidak makan siang bersamaku?" Pertanyaan Justin membuatku berteriak dalam hati. Tentu saja!

"I'm happy!" Jawabku semangat.

Kulihat sekeliling ruangan restoran ini. Tempat ini sangat nyaman dengan nuansa modern nya.

Tunggu. Sepertinya aku melihat dua orang yang tidak asing dimataku. Mereka berambut hitam panjang dan berambut pirang. Mereka sama-sama memakai topi. Apa ini perasaanku saja atau mereka Mirip Aria dan Hanna?

Mataku mulai mencuri pandang pada perempuan yang ada disana.

"Kau kenapa Lily?" Justin memergokiku sedang melakukan hal aneh. Aku sampai lupa didepanku ada Justin.

"Ah tidak. Aku hanya memikirkan apakah ibuku sudah makan atau belum." Mataku tetap memperhatikan dua orang perempuan mencurigakan.

"Sebaiknya kau coba telepon ibumu."

"Aku akan mengirimnya pesan saja."

Kuambil ponselku dari tas. Saat aku memperhatikan dua orang tadi, wajah mereka terpampang jelas. Itu benar Aria dan Hanna. Apa yanh mereka lakukan? Kebetulan sekali mereka ada disini. Atau jangan-jangan mereka disuruh oleh Ali untuk memata-matai aku? Duh! Yang benar saja.

Aku mengirim pesan kepada Spencer.

'Guess what? I saw Aria and Hanna at the place we have lunch... is it a coincidence or... they're spying on me?'

Ku kirim pesan tersebut dan kusimpan lagi ponselku.

"Justin...," panggilku pelan pada Justin.

"Yes Lily?" Tanya Justin penasaran.

"Can we go to the park after this?"

"Sure."

==========

To be continue.

Semoga kalian suka yah❤️ jangan lupa vote comment dan spread the words

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang