Episode 11 - Mad Lily

1K 33 0
                                    

"Aku pernah sekali ke taman kecil seperti ini di New York, bersama ayahku."

"Bagaimana hubunganmu dengan ayahmu?" Tanya Justin. Saat ini kami duduk di ayunan gantung.

"Tidak terlalu baik untuk saat ini. Dia sekarang tinggal dengan wanita berumur 20 tahun. Wanita itu adalah temanku dari kelas yoga yang aku ambil beberapa bulan lalu. Menjijikkan bukan?"

Justin hanya tersenyum kecil. "Ayah dan ibuku bercerai sejak aku masih kecil. Entahlah, mereka bilang tidak ada kecocokan lagi diantara mereka."

"Why they were so easy to split? Like... weren't they think about us? Their kid?"

"Hey girl, you have to be strong in front of your mother, okay? She's the one who hurt the most."

Aku mengangguk pelan. Aku merasa bersalah selama ini terkadang aku tidak mengacuhkan ibuku.

"Apakah kau punya saudara? Kakak atau adik...?"

"Nope. Just me, myself and i. What about you?"

"I'm the only one." Singkat, padat dan jelas.

"Wah ternyata kita memiliki kesamaan. Tidak mempunyai saudara."

"Tidak, sebetulnya aku punya dua adik tiri. Mereka tinggal bersama ayahku. Dan aku tidak pernah bertemu mereka."

"I'm so sorry. Sudah berapa lama kau tidak bertemu ayahmu?" Sebenarnya aku tidak enak menanyakan hal yang bersifat pribadi saat ini. Aku hanya sekedar ingin tahu saja.

"I don't know... 10 years?"

"Can you do me a favor?" Aku mencoba untuk mengalihkan perhatiannya.

"Sure, what is it?" Justin terlihat penasaran. Kesedihan di wajahnya mulai memudar.

"Tolong antarkan aku ke rumah Alison."

Justin sangat terkejut. Namun dia tetap mengiayakan.

Dan sekarang kami sudah berada dijalan menuju rumah Ali.

Kuambil ponselku dan aku menelepon Spencer.

"Hai Spence! Apakah kalian masih berada dirumah Ali?"

"Masih, ada apa?"

"Are Hanna and Aria there?"

"Yes. Hey what's going on?"

"I'm on my way to Ali's. Bye."

Kumatikan panggilan ini dan kutaruh ponselku ke dalam tas.

"Ada apa Lily? Apa kau ada masalah dengan temanmu?"

"With liars? No... we're fine." Kujawab sesantai mungkin. Sebenarnya aku sangat kesal untuk saat ini.

-

"Terima kasih sudah mengantar Justin. Aku akan mengabarimu nanti."

Aku mengetuk pintu rumah Ali dan Justin pun pergi. Aku sangat tidak sabar siapa yang akan membuka pintu nanti.

Pintu pun dibuka dan muncul lah Aria. Dengan memakai topi yang sama persis saat aku melihatnya di restoran tadi, namun posisinya terbalik.

"Hai Lily, kencanmu dengan Justin sudah selesai?" Dia terlihat sangat santai dan ceria. Baguslah Spencer belum memberitahukan siapa-siapa tentang hal tadi.

"Yes, so that's why i'm coming here."

Aku masuk dan meninggalkan Aria yang masih di pintu. Mereka semua berada di kamar Ali dan sedang menonton film.

"Hai Lily. Kau sudah selesai makan siang dengannya?" Tanya Alison. Dia bertanya namun matanya tetap tertuju pada televisi.

"Pause the movie."

Aku menyuruh siapa saja untuk menjeda film tersebut. Akhirnya film dijeda oleh Hanna.

"Apa yang Hanna dan Aria lakukan di restoran yang sama dengan aku dan Justin makan siang?"

Aria yang sudah kembali ke kamar Ali dan duduk dikasur sangat terkejut, begitu pula Hanna. Emily juga terkejut. Namun tidak dengan Ali dan Spencer. Aku memberi tahu Spence maka dia tidak terkejut. Ali? Pasti dia adalah dalangnya.

Hanna dan Aria langsung melirik Ali. Dia menjadi salah tingkah.

"Lily... kami bisa jelaskan...," ucap Aria yang sangat gugup.

"I know. I know you sent your friend to spying on me, right?"

"Wait, Ali sent you guys? To spying Justin and Lily?" Em mengulang pertanyaanku seolah-olah dia tidak percaya.

"Lily, dengarkan aku. Aku tidak mau kau tersakiti oleh Justin. Percaya padaku." Ali berdiri dan mulai mendekatiku.

Aku tertawa. "Kau tidak ingin aku tersakiti? Yang sebenarnya tersakiti itu adalah kalian semua. Dan aku melakukan semua ini agar Justin merasakan apa yang kalian rasakan. Itu kan maksud dari tantangan yang kalian berikan untukku?

Apa jangan-jangan kau cemburu karena aku bisa berdekatan dengan Justin? Sedangkan kau hanya bisa melihatnya dari jauh? Alison, kau tidak perlu menyuruh orang untuk memata-matai aku ketika aku sedang bersama Justin oke? Aku melakukan ini agar tantangan itu cepat selesai. Kau tidak perlu cemburu. Aku tidak menyukainya.Dan satu hal lagi, jangan pernah menghalangiku untuk melakukan sesuatu bersama Justin."

Aku berbalik badan dan cepat-cepat ke pintu. Rasanya aku sudah tidak tahan dengan aura rumah ini.

Ketika aku membuka pintu, ada mobil Justin sudah terparkir di depan rumah Ali.

Aku masuk kedalam mobilnya. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Nanti akan aku jelaskan." Justin menancapkan gas dan kami pergi dari rumah Ali.

==========

To be continue.

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang