Aku melihat dari jauh Justin berjalan ke arah kantin bersama temannya. Dia terlihat sangat sempurna. Postur tubuhnya yang sangat ideal, wajahnya yang bersih tanpa ada satupun jerawat. Dan di lengannya terdapat beberapa tato yang sebetulnya tidak bagus namun sangat sempurna pada dirinya.
"What are you looking at, new girl?" Spencer membuatku langsung berhenti menatap Justin. "Oh that jerk? you need to stay away from him. Like Ali said."
"Oh. Okay. I will." Aku hanya mengangguk kaku dan mulai meneguk minumanku.
"In case you want to know, that man dumped so many girls in Rosewood High. Including Ali." Aku langsung melirik Alison dan ekspresinya terlihat kesal. "And me. He dumped me. He dumped me because i didn't want to... you know.. adult thing." Aria langsung menambahkan agar Alison tidak meledak saat itu juga.
"Aria!" teriakan yang tidak terlalu keras dilontarkan untuk Aria dari mereka ber empat. Aku hanya bisa menahan tawa.
"Lebih baik kau tidak usah mencari tahu tentang nya, oke?" Aku hanya menjawab senyuman kepada Emily.
Entahlah. Hati dan pikiranku tetap tidak mau berhenti mencari tahu tentangnya. Mungkin aku akan sedikit melakukan pencarian tentang Justin.
Kring kring...
"Lets go all to the Englis class...." Semua berdiri termasuk aku dan kami berjalan bersama menuju kelas bahasa inggris.
Aku menoleh kebelakang dan melihat Justin berjalan bersama teman-temannya ke arah yang kami tuju. Apa dia mengambil kelas bahasa inggris juga?
"Yes Lily, he's our classmate." Emily langsung menjawab pertanyaan yang ada di kepalaku tadi. Apa mereka ber lima ini adalah peramal?
Aku hanya diam dan kembali menghadap kedepan. Aku tidak ingin ada siapapun yang tahu kalau aku sedang memperhatikan Justin.
Akhirnya kami sampai kedalam kelas. Alison, Spencer, Emily, Aria dan Hanna sudah duduk di bangku masing-masing yang sangat strategis sekali, dibelakang. Sedangkan aku? Berdiri di samping Mr. Fitz, menurut tulisan yang sedang dia tulis sendiri di papan tulis.
Kulihat Justin melewatiku dan dia duduk di depan. Wow, terlihat seperti anak rajin, kalau disekolahku dulu.
"Hai, kau pasti Lily Collins, bukan?" Mr. Fitz selesai menulis lalu kami berjabat tangan. "Kau bisa langsung duduk di samping Mr. Bieber."
Sudah dua kali dalam hari ini aku duduk disebelah Justin. Entah karena kebetulan atau ini memang takdir. Tenang Lily, kau harus bersikap tenang.
"Hi, we meet again." Senyuman indahnya mulai merasuki ku.
"Kau selalu duduk di depan?" Tanyaku basa-basi.
"Pastinya. Kalau dikelas aku harus fokus pada pelajaran. Jadi aku lebih memilih duduk di depan." Kalimatnya di akhiri dengan senyuman mautnya. Kurasa diriku sudah berada di awan.
Aku melirik kebelakang dimana semua teman-temanku duduk. Benar saja, semua menatapku dengan tatapan ganas. Aku langsung menghadap kedepan dan mulai memperhatikan apa yang dibicarakan oleh Mr. Fitz.
-
"See you guys tomorrow." Kami semua berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing karena ini sudah waktu pulang sekolah.
Hari pertama aku sekolah, aku sudah mendapatkan lima orang teman.
"Lily, tunggu!" Emily berteriak dari belakang dan aku langsung berhenti.
Dia berjalan menghampiriku.
"Kau pulang kearah sana?" Tanya Emily. Aku mengangguk pelan. "Syukurlah. Hari ini mobilku sedang berada di bengkel dan aku tidak ada teman jalan kerumah. Untung saja ada kau."
Aku dan Emily langsung berjalan. Tidak ada yang kami bicarakan selama perjalanan menuju kerumah.
"Apa kau... benar-benar... kau tahu... suka Justin?" Tubuhku tersentak. Namun aku mencoba menyembunyikannya.
"No, Em. I'm not looking for any boys right now. I just want to focus on my school." Sebuah kalimat yang penuh kebohongan, Ly.
"Oh, syukurlah kalau begitu."
"Memangnya ada apa dengan Justin dengan kalian berlima?" Tanyaku asal. "Tidak. Tidak perlu dijawab, Em. Itu hanya pertanyaan yang bodoh."
"Jadi... kami semua adalah korban Justin."
Mataku langsung terbelalak saat Emily bilang mereka adalah korban Justin? Korban... korban pelecehan? Pemerkosaan?
"No no no... it's not like what you thinking." Aku langsung bernafas sangat lega. "Maksudku Justin pernah mencampakkan kami berlima."
"Wow, that was awful." Jadi benar apa yang dikatakan Aria dan Alison. Dia memang pernah memcampakkan Alison dan dia benar-benar seorang playboy. Ewh.
"Demi kesalamatan kau nanti, kau tidak usah mencari tahu, dekat, atau belajar bersama dengannya, kalau saja kau ada tugas kelompok bersama denganya, lebih baik kau minta guru untuk ganti kelompok, oke?"
"Yes Ma'am." Aku langsung hormat kepada Emily. Dan kami langsung tertawa.
"Em, ini rumahku, apa kau mau mampir?"
"Lain kali saja. Aku mau siap-siap ke bengkel sebentar lagi. Sampai bertemu besok."
Aku langsung berbelok ke arah pintu rumahku. Aku membuka pintu rumahku dan tiba-tiba aku mendengar ada suara mesin mobil tepat di depan rumahku. Aku menoleh kebelakang dan aku melihat mobil sport merah dan Justin duduk di kursi pengemudi. Apa yang sedang dia lakukan disitu?
"Hai Lily." Justin melambaikan tangannya lalu pergi. Aku tak sempat untuk membalas lambaiannya.
Aku masih tidak tahu mengapa aku masih saja ingin mengetahui Justin lebih jauh.
==========
To be continue.
Maaf sekali aku baru bisa post sekarang :( semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
FanficLily merupakan murid baru di sekolah Rosewood High. Kedua matanya tidak dapat beralih dari sesosok laki-laki bernama Justin, yang lebih terkenal dengan Playboy. Dan Lily pun terjebak dalam sebuah permainan "Truth or Dare" bersama teman barunya, Alis...