Lily merupakan murid baru di sekolah Rosewood High. Kedua matanya tidak dapat beralih dari sesosok laki-laki bernama Justin, yang lebih terkenal dengan Playboy. Dan Lily pun terjebak dalam sebuah permainan "Truth or Dare" bersama teman barunya, Alis...
Alert! Sepertinya cerita ini akan panjang. Kalau kalian banyak waktu silahkan menikmati dan bawa makanan biar tidak bosan.
•••••
"Justin! Lihat perempuan itu." Noel menunjuk salah satu murid perempuan yang sedang mengambil buku-bukunya yang berserakkan di lantai.
"She's not my type." Aku memalingkan pandanganku.
"Ayolah. Kalau kau bisa membuatnya suka padamu, aku akan bilang ke ibumu kalau bukan kau yang memecahkan kaca rumahmu."
"I'm in." Aku berjalan menuju perempuan itu. Aku membantunya mengambil buku-bukunya.
"Hai ini bukumu." Aku tetap memegang buku-bukunya. Dia benar-benar bukan tipeku. Rambut panjang hitam dengan riasan wajah yang menor. "Kau mau kemana? Biarkan aku mengantarmu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Anggap weh ini menor yah.)
Dia mengiyakan dan aku berjalan bersamanya.
"What's your name, btw?" Tanyaku. Aku benar-benar tidak tahu siapa dia dan dia tidak populer.
"Oh, aku Aria. Aria Montgomery." Dia tersenyum padaku. Dengan malas aku tersenyum balik padanya. Demi 'sebuah kesalahan' yang kuperbuat waktu itu.
"Oh kau saudara Mike Montgomery, right?" Untungnya aku pernah bertemu dengan Mike. Dan aku mencoba untuk sok tahu (apa yah bahasa indonesia nya sok tahu?)
Wajahnya sangat terkejut. "Kau tahu Mike? Wah itu sungguh keren. Lelaki populer seperti kau bisa mengenal Mike!"
Perempuan ini benar-benar aneh. Sepertinya aku akan menyingkatkan waktuku untuk memainkan perasaannya. Aku tidak betah berada didekatnya.
"Kemarikan bukunya. Aku akan mengembalikannya ke perpustakaan." Aku memberikan buku yang kupegang pada Aria. "Sampai bertemu nanti, Justin."
Dia melambaikan tangannya.
"Aria!" Panggilku. Dia langsung menoleh dan menghampiriku lagi. "Berikan aku nomor ponselmu."
Reaksinya sungguh diluar dugaan, dia berteriak dan langsung menyebutkan nomornya. Lalu dia pergi begitu saja.
"Freak," ucapku pelan. Lalu aku berjalan kembali menuju Noel berada.
Akhirnya aku sampai di taman. Dia sudah bersama teman-temanku.
"Bagaimana?" Tanya Noel. Aku hanya tersenyum dan menunjukkan nomor ponselnya. "Wow, kau benar-benar digilai seluruh perempuan."
Aku sudah banyak sekali mencampakkan perempuan. Aria adalah korbanku yang ke... 21? 27? 33? Aku tidak mengingatnya. Yang pasti, sebelum Aria, aku mendekati Samanta, perempuan pintar di kelas biologi. Tidak susah untuk mendekatinya, hanya perlu memberi embel-embel kasih sayang, dia jatuh kedalam perangkapku.