15][Surat Untuk Raka

57.2K 5.7K 160
                                    

Penjelasan Raka----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjelasan Raka
----------

"Jadi, surat kamu kayaknya nyasar ke aku. Aku pikir orang iseng, ngerjain doang. Ngajakin putus. Padahal aku kan nggak punya pacar. Terus Gian bilang suruh bales aja suratnya. Biar tau aku dikerjain apa enggak."

"Jangan bawa-bawa aku, Ka," protes Gian menyikut Raka.

"Ya kan dulu emang kamu yang ngusulin suruh bales," kata Raka melirik Gian. Lalu ia kembali menatap Sesha yang berada di hadapannya. "Ya gitulah kira-kira ceritanya, Sha."

"Kok bisa nyasar ke lo? Gue yakin alamatnya benar."

Raka mengangkat kedua bahu, tanda bahwa ia pun tak tahu bagaimana bisa nyasar ke dirinya. Lalu ingatan mengenai Mas Rey dan Sesha yang tadi tengah bertengkar menghampirinya. Bagaimana Sesha bisa kenal Mas Rey?

"Kamu kenal Mas Rey, ya?" tanya Raka kepada Sesha. Cewek itu terlihat bingung ketika mendengar pertanyaan Raka. "Cowok yang tadi ngobrol sama kamu," tambah Raka mencoba menjelaskan siapa Mas Rey.

"Mas Rey?" Sesha mengucapkan kata itu dengan tak yakin. "Dia itu Raka yang gue maksud. Cowok yang mau gue putusin."

"Mas Rey itu Raka?" tanya Raka dan Gian bersamaan, terlihat kaget. Lalu mereka berdua saling melirik ketika menyadari kekompakan mereka.

Sesha mengangguk menjawabi. Lalu ia menghela napas dalam. "Reyhan Hendi Rakala. Gue nggak tau kalau di sini panggilannya Rey."

"Pantas saja nyasarnya ke aku. Di kost, yang namanya Raka cuma aku. Lagian Mas Rey udah pindah dari kost itu."

"Lo satu kost sama Raka, ya?"

Raka mengangguk menjawabi. Ia tak menyangka jika surat yang selama ini didapatkannya sebenarnya untuk Mas Rey. Andai ia tahu, pasti surat itu sudah dititipkannya kepada Jojo, teman satu kostnya, juga teman satu kelasnya Rey. Dengan begitu, Raka tak akan pusing dengan surat-surat Sesha yang membingungkan.

"Ini salah Mas Abdul berarti," kata Gian tiba-tiba. Sesha dan Raka kontan melirik ke arahnya.

"Mas Abdul siapa?" tanya Sesha bingung.

"Mas Abdul lagi," keluh Raka. "Dia penjaga kostku," jawab Raka. Lalu matanya melirik tajam ke arah Gian. "Kamu suka banget sih Yan, bawa-bawa Mas Abdul."

"Kan dia yang ngasihin suratnya, Ka."

"Mas Abdul juga nggak tau kali kalau aslinya buat Mas Rey."

"Harusnya Mas Abdul tanya."

"Tanya siapa?"

"Kenapa jadi bahas Mas Abdul, sih?" tanya Sesha menatap kedua cowok itu dengan tatapan heran.

"Hehe ... Maklum Mas Abdul penjaga kost tercinta. Maafkan Raka, Sesha," kata Gian yang langsung dihadiahi Raka pukulan ringan di lengannya.

Sesha hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua cowok di hadapannya ini. Tampak terhibur dengan obrolan mereka.

Raka berdeham, membuat Sesha memusatkan perhatian kepadanya. "Jadi, gimana?"

"Apanya?" tanya Sesha bingung.

"Jadi gampar Raka?" Gian menyahut dengan tiba-tiba. Raka kembali memukul lengannnya yang membuat Gian terkekeh. Harusnya Raka tak mengajak Gian ke sini.

"Kamu sama Mas Rey?" tanya Raka, mencoba mengabaikan ucapan ataupun keberadaan Gian.

"Putus." Sesha tersenyum samar. Hatinya rasanya seperti dicubit. Tapi pakai tang. Sakit.

"Maaf ya, gara-gara suratmu nyasarnya ke aku, kamunya jadi ribet sampai nyamperin ke sini."

Sesha menggeleng. Ia tersenyum sedikit lebih lebar memperlihatkan gigi gingsulnya. "Bukan salah lo juga. Nggak perlu minta maaf," katanya. "Yang penting masalah gue sama Raka udah kelar. Soal surat gue yang nyasar ke lo juga udah jelas."

Raka mengangguk paham. "Terus rencananya habis ini kamu mau ke mana?" tanya Raka.

"Balik Jakarta."

"Mau langsung balik? Nggak mau ke mana dulu gitu?"

Sesha tersenyum kecil dan menggeleng. "Gue pengen segera sampai rumah. Biar bisa puas nangis."

Raka hanya mengangguk, tak tahu harus membalas apa. Dilihatnya Sesha tengah melirik ke arah bioskop, mungkin mencari keberadaan Rey, mantannya. Tapi Rey sudah tak ada di sana. Mungkin Rey sedang menikmati film yang di putar di dalam. Dari wajah Sesha, tergambar jelas sebuah kekecewaan. Mungkin dia ingin melihat Rey untuk terakhir kalinya. Atau mungkin dia ingin hubungan mereka tak berakhir seperti ini. Entahlah, Raka tak paham. Lalu, mata itu kembali menatap Raka yang berada di hadapannya. Dia tersenyum kecil. Tangan kanannya terulur ke depan. Raka mentap tangan itu dengan bimbang.

"Kalau gitu gue pamit ya, Ka," kata Sesha masih mempertahankan senyum kecilnya. Raka balas tersenyum, dengan canggung, dan menjabat tangan Sesha. "Bye, Raka," ucapnya lagi dengan suara pelan.


-----------
[14.09.2017]


Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang