Surat dari Thor
----------Sesha berjalan gontai menuju teras rumahnya. Ternyata menolak ajakan dari Rasti itu sangat tidak mungkin. Alhasil, ia menghabiskan siang ini dengan menonton film di bioskop dan jalan-jalan di mal. Rasti pikir, mungkin hal tersebut dapat mengurangi kegalauan Sesha karena putus cinta. Namun sebenarnya, hal tersebut tidak begitu membantu.
"Capek," keluh Sesha seraya membuka pintu ruang tamu. Lalu ia langsung berjalan menuju dapur, berniat untuk mengambil minum.
Di ruang makan, ia bertemu dengan Bi Dami, pembantu yang sudah hampir enam tahun bekerja di keluarga ini. Bi Dami terlihat memegang sesuatu yang berwarna putih.
"Bi, surat, ya?" tanya Sesha langsung seraya menunjuk benda yang berada di tangan Bi Dami.
"Iya, Neng," jawab Bi Dami. "Ini katanya buat—"
"Mana, Bi?" pinta Sesha mengulurkan tangannya. Ia terlihat berseri bahagia.
Ragu-ragu Bi Dami mengulurkan surat itu. "Tapi Neng, ini ...."
"Makasih, Bi," kata Sesha seraya mengambil surat itu.
Buru-buru Sesha membaca nama pengirim surat tersebut. Senyum di bibirnya perlahan pudar ketika menyadari nama pengirim itu. Keningnya pun sudah mengernyit bingung.
"Thor?" tanyanya keheranan. Apa Raka senarsis itu sampai memakai nama dari salah satu superhero? Lalu ia pun membaca nama penerima surat itu. Dan sekarang ia benar-benar kebingungan. "Sejak kapan Thor bepasangan dengan Wonder Women? Yang satu Marvel, yang satunya lagi DC. Ngaco, nih."
"Itu surat buat Neng Jenia," kata Bi Dami yang membuat Sesha menoleh. "Tadi temen cowoknya ke sini buat nganterin surat itu."
"Ah, buat Jenia." Sesha mengangguk paham. Pantas saja nama penerima dan pengirimnya aneh. Lagian mana mungkin Raka mengiriminya surat. "Ya udah biar aku aja yang ngasihin ke Jenia, Bi."
Setelah mengatakan itu Sesha langsung berderap menuju kamar Jenia yang berada di lantai dua, berhadapan dengan kamarnya. Pintu kamar Jenia tertutup. Samar-samar ia mendengar suara musik mengalun dari arah kamar itu. Tanpa berniat mengetuk pintu tersebut, ia langsung membukanya. Seketika lagu Shape of You milik Ed Sheeran memenuhi indra pendengarannya.
"Hei, Wonder Women," panggil Sesha sedikit berteriak.
Jenia yang awalnya sedang tiduran seketika mengangkat kepala, menoleh ke arah Sesha. "Hai, Kak." Gadis itu melambaikan tangan, lalu bangkit ke posisi duduk. Tangannya meraih speaker di meja belajar dan memelankan volume musik.
"Dapat surat dari Thor," kata Sesha seraya berjalan mendekat ke arah tempat tidur. Kemudian ia mendaratkan pantatnya di sana.
"Thor?" tanya Jenia bingung.
Sesha mengangguk. "Iya, Wonder Women. Dari Thor."
Jenia menunjuk diri sendiri dengan memasang wajah kaget yang lucu. "Wonder Women?" tanyanya yang membuat Sesha memangguk. "Bego amat tuh cowok," gerutunya. "Sejak kapan Wonder Women pacaran sama Thor?"
Sesha terkekeh sambil mengedikkan kedua bahunya. "Gue juga baru tau."
"Resiko punya cowok cakep tapi bego ya begini," omel Jenia seraya mengambil surat dari tangan Sesha. "Tapi kan yang penting sayang," katanya lagi menghibur diri.
Senyum lebar terukir di bibir Jenia ketika gadis berusia enam belas tahun itu membaca surat di tangannya. Terlihat sekali bahwa ia tengah bahagia. Sesekali ia menjatuhkan wajahnya yang tersipu malu ke bantal di pangkuannya. Membuat Sesha menatapnya geli.
"Lo kayak cacing kepanasan tau nggak?" cibir Sesha ketika melihat Jenia sudah jumpalitan sendiri di kasur.
"Gue meleleh, Kak." Jenia mendekap erat surat yang berada di tangannya. "Si Sableng bikinin gue puisi."
Sudah hampir sebulan Sesha mendengarkan curahan hati Jenia mengenai pacarnya ini. Tapi entah kenapa sampai sekarang Sesha masih tidak tahu siapa nama pacar Jenia sebenarnya. Karena setiap kali cerita, Jenia selalu menyebut nama pacarnya dengan panggilan Sableng, Kecoa, Pemuda Tampan, Thor dan masih banyak lagi. Sesha jadi curiga jika semua panggilan itu untuk orang yang berbeda-beda.
"Coba sini gue pengen denger, sebikin meleleh apa puisi si Sableng," kata Sesha penasaran.
Jenia menegakkan badannya. Matanya fokus memandang tulisan di kertas yang ia pegang. "Ati-ati baper," ujar Jenia memberi peringatan. "So you should know this love we share was never made to die. I'm glad we're on this one way street you and I. Just you and I."
Entah mengapa Sesha merasa tak asing dengan puisi buatan pacar Jenia. Ia seperti pernah mendengar kalimat tersebut diucapan oleh seseorang. Apa mungkin Raka pernah mengucapkan kalimat seperti itu kepadanya? Ah, tidak. Raka tak seromantis itu. Lalu, Sesha mendengarnya di mana?
"I'm never gonna say goodbye. Cos I never wanna see you cry."
Dan tiba-tiba saja ingatan tentang kalimat tersebut berjejalan di kepalanya. "I swore to you my love would remain. And I swear it all over again and I," ucap Sesha melanjutkan perkataan Jenia.
Seketika Jenia memasang wajah kaget ketika mendengar ucapan Sesha. "Kok lo tau puisi itu? Kak Raka pernah ngasih puisi kayak gitu ke lo?"
Sontak Sesha tertawa karena perkataan Jenia. Ia merasa sepupunya itu terlalu polos. Atau dia terlalu kasmaran sampai tak menyadari bahwa surat itu berisi lirik lagu Swear It Again milik Westlife. Atau entah anak zaman sekarang tak tahu dengan lagu itu, Sesha tak paham.
"Raka nggak pernah ngasih puisi apa pun ke gue." Sesha masih tertawa karena ketidak tahuan Jenia tentang lirik lagu itu. "Lagian lo ngapain surat-suratan segala, sih? Belum kenal benda canggih bernama ponsel?" tanya Sesha menyindir Jenia. Dulu sepupunya itu pernah menyindirnya begitu ketika ia bercerita mengenai dirinya yang menyurati Raka. Sekarang malah dia sendiri juga surat-suratan.
"Kan ngikut lo, Kak. Biar so sweet gitu." Jenia cengar-cengir yang membuat Sesha geleng-geleng kepala. "Eh iya, lo dapat surat lagi dari Raka. Ada di meja belajar lo."
"Raka ngirimin gue surat?" tanya Sesha dengan wajah tak percaya. Seketika Sesha bangkit dan melesat ke kamarnya. Meninggalkan Jenia yang memandangnya kebingungan.
---------
[05.04.2018]
Sekarang masih jaman gak sih surat-suratan?
Ada yang pernah disuratin gak? Atau ada yang mau nyoba nyuratin gebetan?
😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] (Novel sudah bisa dibeli di toko buku) Raka menerima sebuah surat yang berisi kata putus. Tapi masalahnya Raka tidak punya pacar. Dia pun tidak kenal nama pengirim surat tersebut. Bagaimana bisa dia diputu...