Surat balasan dari Raka
------------
Lagu Ed Sheeran berjudul Perfect mengalun di kamar Sesha. Membuat gadis itu menghela napas dalam. Mau tak mau ia kembali memikirkan Raka. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Raka?
Sesha bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menuju meja belajar. Ditariknya laci pada meja itu dan diambilnya sebuah figura yang berisikan foto dirinya dan Raka tengah tersenyum ke arah kamera. Pada wajah Raka kini tergambar sepasang tanduk, taring dan kumis. Dengan perasaan kesal bercampur sedih, Sesha meraih sepidol hitam yang beraada di meja. Lalu ia menggambar sebuah tompel besar di pipi kanan Raka.
"Meong."
Sesha menunduk ketika mendengar suara itu. Ia mendapati seekor kucing berwarna hitam putih tengah bersembunyi di bawah meja belajarnya. Seketika senyumnya mengembang.
"Halo, Kanan," sapanya seraya mengangkat kucing itu dan meletakkannya di atas meja. "Ngapain di sini?"
Kucing itu mengeong membalas sapaan Sesha. Membuat Sesha kembali tersenyum. Lalu dilihatnya sang kucing tengah menginjak figura berisi foto dirinya dan Raka yang tergeletak di meja. Kucing tersebut tampak tertarik dengan figura berwarna biru tersebut.
"Itu Raka, Nan. Baguskan, hasil gambar gue?" Sesha mengambil figura itu dan mengamatinya. "Rakanya jadi lebih greget." Sesha menoleh ke arah kucingnya yang kini tengah sibuk dengan spidol hitam di atas meja. "Kayaknya lo udah nggak tertarik lagi sama figura yang berisi foto Raka ini. Sama, gue juga." Lalu ia menarik laci mejanya dan mengembalikan figura itu ke sana.
"Kak Sesha," panggil seseorang dari arah belakangnya.
Sesha menoleh dan mendapati Jenia, sepupunya yang sejak beberapa bulan lalu tinggal di rumahnya, tengah berjalan ke arahnya dengan menggendong seekor kucing berwarna putih.
"Halo Kiri," sapa Sesha.
"Dih, yang disapa malah kucing," protes Jenia seraya mengelus bulu tebal kucing di gendongannya.
"Biarin. Ngapain ke sini? Minta anter ke mal? Nggak ah, males," ucap Sesha segera sebelum Jenia menjawab pertanyaannya.
Jenia meletakkan Kiri di kasur. Lalu ikut duduk di sana bersamanya. "Yeee ..., siapa juga yang minta anter ke mal. Nih, gue mau ngasih ini." Jenia mengulurkan selembar amplop berwarna cokelat ke arah Sesha.
"Surat? Buat gue? Dari siapa?" tanya Sesha bertubi-tubi seraya menyambar amplop dari tangan Jenia.
"Raka," jawab Jenia singkat.
Jantung Sesha berdegup sangat kencang. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup. Raka kembali membalas suratnya. Sungguh diluar dugaan.
Dengan cepat ia merobek amplop cokelat itu. Lalu menarik selembar kertas di dalamnya. Sesha penasaran dengan surat balasan dari Raka.
Sesha, jangan marah-marah dulu. Semuanya bisa diselesaikan dengan baik. Tenang ... tenang. Tarik napas ... hembuskan.
Kamu jangan marah-marah sama aku, Sesha. Sumpah, aku nggak pernah gantungin kamu. Blokir kontak kamu juga enggak. Aku tuh, nggak ngapa-ngapain kamu. Malah kamu yang bikin aku bingung dengan surat-surat kamu.
Udah ya, kamu jangan kirimin aku surat lagi. Aku tuh pusing, Sesha. Lagian, ongkir ke Jakarta mahal, Sha. Nanti aku nggak bisa makan gara-gara balesin surat kamu. Lagi tanggal tua, aku bokek.
-Raka"Sumpah ini orang kenapa, deh?" tanya Sesha bingung ketika selesai membaca surat balasan dari Raka. Ia bena-benar tak percaya Raka menulis surat seperti itu. Maksudnya apa coba?
"Kenapa sih, Kak?" tanya Jenia tampak bingung.
"Raka beneran minta ditonjok, nih," gerutu Sesha masih memandangi surat di tangannya. Lalu pandangannya beralih ke arah Jenia. "Gue nggak percaya pacaran sama cowok kayak gini. Ya Tuhan, Raka nguji kesabaran gue banget."
"Itu surat dari cowok lo?"
Sesha mengangguk. Kemudian menyodorkan surat itu kepada Jenia. "Baca deh, coba. Kesel gue."
Jenia bangkit dari posisi duduknya dan menyambar surat di tangan Sesha. Gadis itu tampak sungguh-sungguh membaca surat dari Raka itu. Jenia tampak mengernyit bingung. Lalu semburan tawa keluar dari mulutnya ketika ia selesai membaca surat itu. "Cowok lo ternyata kocak juga, Kak," kata Jenia geleng-geleng kepala.
"Kayaknya dia ngeledekin gue, deh. Berani bener dia ngajakin bercanda. Nggak tau apa kalau gue lagi marah banget sama dia."
"Lagian lo kenapa sih, pakai surat-suratan segala sama Kak Raka? Emang lo berdua nggak kenal yang namanya ponsel? Itu benda bisa buat ngirim pesan lho. Bahkan kalau mau, lo bisa ngobrol langsung sambil lihat wajah dia di layar. Ponsel itu keren," sindir Jenia.
"Ha-ha, nggak lucu." Sesha melirik Jenia kesal. "Dia tuh ngeblokir semua kontak gue, Jen. Satu-satunya cara buat gue bisa ngubungin dia ya lewat surat gini. Tapi malah balasan suratnya pada nggak jelas," jelas Sesha dengan wajah cemberut. Kadang Sesha curiga jika yang membalas suratnya itu bukannya Raka melainkan temannya. Kalau memang begitu, Raka benar-benar kelewatan.
"Mungkin dia ganti nomor, Kak."
"Terus kalau ganti nomor nggak ngabarin?"
Jenia hanya mengangkat bahu tak acuh. "Kalau nggak salah dia itu tetangga lo kan? Yang rumahnya di situ?" tanya Jenia seraya menunjuk arah kanannya di mana posisi rumah Raka berada. Sesha hanya mengangguk menjawabi. "Kenapa nggak nanya kabar ke ortunya, sih?"
"Udah pernah coba. Tapi malah ortunya yang nanya balik ke gue kabar Raka gimana," jawab Sesha. Kalau boleh dibilang orang tua Raka itu adalah tipe orang tua yang cuek. Rakanya pun demikian. Setahu Sesha, mereka jarang berkomunikasi. Paling kalau ada kabar penting saja mereka saling menghubungi.
"Tanya kabar ke temennya Kak Raka?"
"Udah. Dan nggak tau kabar dia gimana."
"Segitunya cuma buat ngehindarin lo. Salut gue sama dia," kata Jenia yang langsung dihadiahi Sesha dengan lirikan tajam. "Bercanda, Kak," tambah Jenia cepat-cepat seraya tertawa. Dasar Jenia
Sesha mengambil napas dalam, lalu mengembuskan perlahan. "Mau gue balas suratnya," gumam Sesha seraya menurunkan Kanan dari meja. Kemudian gadis itu mengambil selembar kertas di tumpukan buku. "Tunggu surat gue datang, Ka. Gue jamin lo bakalan kaget."
-----------
[13.03.2018]Sesh dapt surat antik dari Raka haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] (Novel sudah bisa dibeli di toko buku) Raka menerima sebuah surat yang berisi kata putus. Tapi masalahnya Raka tidak punya pacar. Dia pun tidak kenal nama pengirim surat tersebut. Bagaimana bisa dia diputu...