16][Surat Untuk Raka

53.8K 4K 20
                                    

Cerita Sesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita Sesha

------------

"Jadi kemarin lo ke Semarang buat nyamperin Raka?"

Sesha mengangguk lemah menjawab pertanyaan Rasti. Tangannya mencoba sibuk membolak-balik buku di hadapannya. Sebenarnya Sesha belum siap menceritakan kejadian kemarin kepada Rasti. Tapi sahabatnya itu terus saja menanyakan kenapa kemarin tidak ikut traktiran nonton ulang tahun Vania, adik Rasti.

"Terus?" tanya gadis berkacamata itu dengan wajah penasaran.

"Dia udah punya cewek baru," jawab Sesha seraya menyibakkan helaian rambut yang jatuh ke wajahnya.

"Ya Tuhan." Rasti membulatkan mata tak percaya. "Jadi dia selingkuh?"

Sesha kembali mengangguk. Ia melipat kedua tangannya di atas buku di hadapannya. Lalu ia menenggelamkan kepalanya di sana. "Hati gue remuk, Ras," gumam Sesha sedih. Semalaman ia tak bisa tidur karena memikirkan pertemuannya dengan Raka, mantannya. Setiap kali ia menutup mata, gambaran Raka dan gadis yang bersamanya terus saja muncul di otaknya. Hal ini membuat hatinya semakin sakit. Ternyata alasan Raka menghilang karena dia sudah menemukan pengganti Sesha. Bahkan sebelum mereka benar-benar putus.

Rasti menepuk-nepuk punggung Sesha, menenangkan gadis itu. "Udah, Sha. Lo jangan sedih, dong. Raka nggak pantes lo tangisin."

"Gue bela-belain ke Semarang buat ketemu sama dia. Tapi dia malah ngusir gue, Ras. Dia lebih milih cewek itu ketimbang nyelesain masalah kami," kata Sesha lirih.

"Tega banget si Raka," timpal Rasti gemas sendiri.

Sesha menegakkan badan. Lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakkan. "Kalau dia udah nggak cinta sama gue harusnya dia bilang dong. Paling nggak, gue nggak akan repot-repot nyariin dia. Dan hati gue nggak akan sesakit ini."

Kisah percintaan Sesha dan Raka akhirnya kandas di tengah jalan. Mereka sekarang benar-benar putus. Nanti, jika Raka pulang ke Jakarta, dia tak akan mampir ke rumah Sesha. Raka tak akan mengajak Sesha jalan lagi. Bahkan mungkin sekarang Raka sudah melupakannya.

Kenapa harus berakhir seperti ini?

"Paling nggak sekarang lo udah tahu alasan kenapa dia ngilang gitu aja. Dan alasan itu udah cukup buat lo lupain dia. Jangan buang waktu lo buat ngegalauin dia. Nggak guna," nasihat Rasti.

Memang benar ucapan Rasti. Seharusnya dirinya tak galau karena kehilangan cowok brengsek yang hanya membuat hatinya sakit. Tapi bagaimana lagi, Sesha masih sayang sama Raka. Ia masih tak rela jika kisah cintanya berakhir seperti ini. Ah, Sesha pusing.

"Lagian, lo emang pengen mutusin dia kan? Makanya lo kirim surat pernyataan putus ke Raka beberapa minggu yang lalu," kata Rasti lagi mengingatkan tujuan awal Sesha yang ingin memutuskan Raka.

"Iya sih, Ras. Gue emang niat pengen mutusin dia gara-gara nggak ada kabar. Tapi kan gue nggak nyangka bakalan diduain kayak gitu. Terus sebenarnya gue juga nggak beneran pengen putus, Ras," kata Sesha yang membuat Rasti geleng-geleng kepala. "Lagi pula, kemarin tuh suratnya nyasar ke Raka yang lain, Ras. Jadi, Raka cowok gue, maksud gue mantan, Raka mantan gue nggak tau kalau gue ngirim surat putus ke dia."

"Surat lo nyasar ke Raka yang lain? Raka siapa?" tanya Rasti penasaran.

Sesha menghela napas dalam. Mau tak mau ia mengingat pertemuannya dengan Raka, cowok yang membalas surat-suratnya. Kalau dipikir-pikir, semua balasan surat dari Raka sangat ganjil. Sangat tidak Raka sama sekali. Seharusnya Sesha sudah curiga jika cowok itu bukanlah Raka pacarnya, atau yang sekarang mantannya, melainkan orang lain. Tapi Sesha terlalu terbawa emosi. Jadinya dia tak begitu menyadari keanehan tersebut. Sesha pikir Raka hanya meledeknya saja.

"Nyasar ke Raka temen satu kostnya Raka mantan gue. Jadi Raka mantan gue tuh di sana panggilannya Rey, Reyhan. Dan dia juga udah pindah kost entah sejak kapan, gue nggak tau," jelas Sesha seraya kembali membolak-balik buku bersampul hijau di hadapannya. "Gue kemarin ketemu juga sama si Raka ini, yang balesin surat gue."

"Serius? Terus gimana?" tanya Rasti terlihat terkejut.

"Ya nggak gimana-gimana," jawab Sesha.

"Cakep nggak?" Rasti kini menampakkan wajah penasaran. Dia telihat sangat bersemangat membahas Raka si pembalas surat Sesha.

Sesha mencoba mengingat kembali sosok Raka yang ditemuinya kemarin. Cowok yang mengenakan kemeja kotak-kotak biru itu tidak lebih tinggi daripada Raka, mantannya. Tapi dia lebih tinggi jika dibandingkan dengan dirinya. Raka memiliki mata berwarna cokelat tua dan agak sipit. Ada tahi lalat kecil di rahang sebelah kiri, dekat telinga—Sesha melihatnya sekilas ketika Raka sedang mengobrol dengan Gian. Dan yang paling Sesha ingat adalah lesung pipit di pipi kanannya.

"Lumayan," jawab Sesha.

"Lumayan?" tanya Rasti merasa tak yakin dengan jawaban Sesha.

Sesha mengangguk-anggukan kepala. "Lumayan manis. Punya lesung pipi di sini," kata Sesha menunjuk pipi kanannya.

"Kalau sama mantan lo kerenan mana?"

Tanpa sadar kini Sesha membayangkan kedua Raka tersebut berdiri bersebelahan. Dilihat dari penampilannya, Raka mantannya jauh lebih keren. Kalau tampang, mereka berdua punya tampang yang oke. Tapi Raka yang membalas suratnya itu tampak seperti cowok baik-baik. Dalam pertemuan singkatnya kemarin, tak sekalipun dia mencoba merayunya yang saat itu sedang rapuh karena patah hati. Bahkan dia tidak marah-marah karena Sesha salah kirim surat kepadanya. Malah dia yang minta maaf. Dan entah bagaimana, hal itu membuat Sesha menyimpulkan bahwa Raka adalah cowok yang baik. Jarang ada cowok seperti dia di zaman sekarang. Paling tidak itu menurut Sesha.

"Nggak tau," jawab Sesha seraya mengangkat kedua bahunya.

Tiba-tiba Rasti bangkit. Terlihat kobaran semangat dalam dirinya. "Nah, kalau gitu sekarang kita ke kantin aja, makan-makan."

Sesha melirik Rasti malas. "Gue baru putus kok makan-makan, sih?"

"Lo putus dari cowok yang nyelingkuhin lo, Sha. Nggak ada alasan nggak makan-makan," kata Rasti yang membuat Sesha mendengus kesal. "Terus lo juga ketemu Raka yang sepertinya nggak kalah keren dari mantan lo. See? Harus dirayain. Ayo!" Rasti menarik paksa tangan Sesha agar ikut bangkit bersamanya.

"Kan tugasnya belum kelar, Ras," protes Sesha.

"Kayak lo ke perpus ngerjain tugas aja. Dari tadi bukunya juga cuma lo bolak-balik doang. Kita ngerjain besok lagi. Hari ini pokoknya kita harus bersenang-senang. Lo nggak boleh galau selama dalam pengawasan gue. Oke?"

Sesha hanya menghela napas dalam, membiarkan Rasti menuntunnya menuju kantin.

--------------------- 

[29.03.2018]
Ini salah satu part tambahan yang gak ada di versi lama huehehhe

Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang