Sesha dan teman Raka
----------------
Mata Sesha menyisir ruang baca perpustakaan mencari seseorang. Ia mengamati setiap orang yang berada di sana, berharap segera menemukan orang itu. Menurut sumber yang sangat ia percayai, orang tersebut tengah berada di sini untuk tidur siang.
"Nah itu dia," gumam Sesha menatap seorang cowok yang sedang tertidur pulas dengan kedua tangannya yang terlipat di meja sebagai bantalan kepala. Terdapat beberapa buku tersebar di hadapannya. Sesha ragu dia tadi membaca buku-buku itu.
Tanpa banyak berpikir, Sesha langsung berjalan menghampiri cowok itu. Lalu ia duduk di hadapannya. "Kak Erik," panggil Sesha seraya menggoyang-goyangkan lengan Erik. "Bangun, Kak. Bangun!"
Erik masih tak bereaksi dengan panggilan Sesha. Membuat Sesha mengeram frustasi. Lalu ia mencubit pipi Erik yang tembam. "Bangun, Kak Erik!"
Seketika mata Erik terbuka. Dia terlonjak kaget dan langsung memegangi pipinya yang terasa sakit.
"Siang Kak Erik," sapa Sesha yang dibalas Erik dengan pelototan. "Gue nyariin lo dari kemarin-kemarin."
"Lo ganggu banget sih, Sha. Orang gue lagi mimpi indah juga," kata Erik mengabaikan ucapan Sesha. "Pipi gue sakit."
"Gue mau nanya soal Raka," ucap Sesha tanpa basa-basi.
Erik menguap lalu mengamati sekitar. "Jam berapa sih, ini?" tanyanya tanpa melihat ke arah Sesha.
Sesha memandang Erik dengan tatapan tak percaya. Ia diabaikan lagi. "Lo beneran ngehindar dari gue?"
Erik adalah teman dekat Raka. Mereka berteman sejak duduk di bangku SMA. Sudah beberapa hari ini Sesha mencari Erik untuk bertanya soal Raka. Tapi entah kenapa Sesha jadi sulit menemukan Erik. Seolah cowok itu hilang ditelan bumi. Padahal biasanya mereka selalu bertemu entah di kantin, di taman atau bahkan di parkiran.
Erik menggeleng cepat. Lalu dia menarik tangan kiri Sesha dan melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. "Oh, udah mau jam dua."
Sesha segera menarik tangannya dan merengut kesal. "Awalnya Raka doang yang ngehindar dari gue. Sekarang lo juga ikut-ikutan?"
"Lo ngomong apa sih, Sha? Gue nggak ngehindar dari lo."
"Terus kenapa lo tiba-tiba nggak pernah muncul di hadapan gue? Dan setiap gue nanya soal Raka, lo nggak pernah jawab."
"Ya ampun," seru Erik tiba-tiba. "Gue lupa harus ngumpulin tugas ke Pak Sumono."
"Tuh kan, lo ngehindar lagi." Sesha menatap sebal ke arah Erik yang sekarang sudah bangkit, bersiap untuk pergi. "Lo beneran nggak kasihan sama gue, ya? Gue cuma pengen tahu Raka masih nganggep gue apa enggak. Dia beneran nggak ada kabar sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)
Ficção Adolescente[Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] (Novel sudah bisa dibeli di toko buku) Raka menerima sebuah surat yang berisi kata putus. Tapi masalahnya Raka tidak punya pacar. Dia pun tidak kenal nama pengirim surat tersebut. Bagaimana bisa dia diputu...