Sesha menunggu Raka datang
------------Kepala Sesha menoleh ke arah pintu bioskop setiap ada orang yang melewatinya. Ia mencari keberadaan Raka, pacaranya, atau mantannya, entahlah Sesha tak tahu statusnya dengan Raka itu masih pacar atau sudah mantan. Bahkan bisa jadi sekarang status mereka musuh. Sesha melirik jam tangannya, sudah hampir jam satu. Tapi keberadaan Raka masih belum ditemukan.
Sebenarnya datang ke Semarang, demi Raka, adalah tindakan nekat yang pernah Sesha lakukan. Apalagi hubungan mereka sekarang sedang tidak jelas. Tapi mau bagaimana lagi, Sesha sudah kesal setengah mati dengan Raka. Ia ingin bertemu langsung dengan cowok itu dan menyelesaikan masalah mereka. Kan siapa tahu mereka berdua bisa damai. Bagaimanapun juga, Sesha masih sayang sama Raka. Walaupun ia dibuat kesal olehnya, tapi rasa sayangnya tak pernah hilang. Sepertinya.
Dengan tidak sabar Sesha berdiri dan berjalan keluar dari bioskop, berniat menunggu Raka di luar bioskop. Tanpa sengaja ia menabrak seorang cowok berkemeja kotak-kotak yang sibuk memandangi jam tangannya.
"Sori ... sori, nggak sengaja," kata Sesha segera, lalu berjalan meninggalkan cowok yang tadi ditabraknya.
Di luar, Sesha celingukan mencari Raka. Ia mengamati sekitarnya. Tapi sosok Raka tak ditemukannya. Pandangannya beralih ke lantai bawah. Mencari Raka di antara puluhan orang yang sedang sibuk berbelanja. Namun, sosok Raka tak juga dilihatnya.
Sesha mendengus kesal. Tangannya mencengkeram pinggiran pagar pembatas. Andai Raka benar-benar tidak datang, ia akan nekat menyambangi cowok itu di kostnya. Meskipun dirinya tak tahu di mana letak pasti kost Raka, tapi Sesha yakin bahwa sopir taksi tahu di mana kost itu berada. Untung Sesha hapal alamat kostnya—meskipun dirinya tak pernah ke sana.
Lagian, Sesha sudah datang jauh-jauh dari Jakarta. Kan tidak lucu kalau dirinya tak ketemu Raka. Tiket pesawat Jakata-Semarang juga tidak murah. Dia tak ingin pengorbanannya ini sia-sia. Pokoknya harus ketemu sama Raka.
Ini adalah kali kedua Sesha ke Semarang untuk bertemu dengan Raka. Dulu, sekitar enam bulan yang lalu, ia terbang ke Semarang untuk menemui Raka. Waktu itu Raka menjemputnya di bandara. Lalu Raka mengajaknya makan di sebuah kafe yang Sesha lupa namanya. Awalnya Raka ingin mengajak Sesha ke Candi Gedong Songo yang berada di Bandungan, Semarang. Tapi saat itu mendung, yang membuat Raka mengurungkan niatnya—meskipun akhirnya tidak hujan. Akhirnya Raka malah membawa Sesha ke tempat ini untuk menonton film. Lalu lanjut makan dan jalan-jalan di kota lama. Menghabiskan seharian bersama Raka adalah hal yang sangat menyenangkan. Sesha bahagia. Andai hal itu bisa terulang lagi hari ini.
Sesha menghela napas panjang. Lalu berbalik, berniat kembali memasuki bioskop. Ia menunduk menatap jam tangannya. Sudah pukul satu lebih lima belas. Raka telat lima belas menit. Atau jangan-jangan dia memang tak berniat datang? Keterlaluan!
Bruk.
Tak sengaja Sesha menabrak punggung cowok yang tengah berdiri di depan pintu bioskop. Cowok itu menoleh. Sesha memandang cowok itu dengan tatapan terkejut yang tak bisa ditutupinya.
"Raka!"
----------
[08.09.2017]Ciee ketemuan cieee ahhahahaa
Btw aku lagi ngetik Tentang Lula. Doakan malam ini kelar yaa agar bisa segera apdeeet huehehhee *taunya nggak ada yang baca Tentang Lula
Hahahahaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Raka (SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil[Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] (Novel sudah bisa dibeli di toko buku) Raka menerima sebuah surat yang berisi kata putus. Tapi masalahnya Raka tidak punya pacar. Dia pun tidak kenal nama pengirim surat tersebut. Bagaimana bisa dia diputu...