Prolog

2K 115 7
                                    

Rintik-rintik air hujan membuat licin jalanan.
Ditambah minimnya lampu-lampu jalan yang membuat was-was siapapun yang melewatinya.

Dan pada sedetik berikutnya terdengar suara benturan keras dan teriakan.
Sebuah cairan merah mengalir segar di ujung pembatas jalan.

Bersamaan dengan kala itu, hujan turun semakin deras lagi. Dan lampu-lampu jalanan padam karena guntur.

Angin berhembus dengan kencang membuat dinginnya suhu menurunkan derajat tubuh. Pada langit gelap tanpa bintang dan bulan itu, derap langkah kaki beriringan mengerubungi satu sisi membentuk lingkaran.

Sebuah suara panik menyeruak keras dan tak lama setelah itu lampu-lampu jalanan seluruhnya padam.

Dan disaat itulah...

Aku melihat tubuhku bersimbah darah. Merah kental yang menetes diantara sela-sela jariku.

Gelap..

Semuanya menjadi hitam pekat seperti aspal jalanan dan langit malam itu.

Dan rasa dingin menusuk tubuhku. Menusuk bagai ribuan jarum yang tak mengenal belas kasihan.

Layaknya sebuah film, memori lama sejak aku kecil sampai kini berputar.
Seolah aku sedang terduduk dalam sebuah bioskop. Melihat kehidupan awalku yang penuh dua sisi. Penuh kepalsuan, dan penuh dengan kebohongan.

Ketika langit itu masih berwarna biru cantik.
Ketika ia masih tersenyum dengan wajah berlinangkan air matanya.
Ketika ia percaya, pada sebuah janji kelingking yang kukatakan.

Gadis itu dengan polosnya masih mempercayai janji bohong itu. Sebuah janji bohong yang kini tak bisa kutepati lagi.

Karena, saat itu...

Tepat saat itu juga aku tersadar.

"Aku sudah mati..."

Altarnia Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang