Reversed

83 12 5
                                    

Kami kembali dengan keadaan tak sebaik datang kemari. Estella terus menerus menyalahkan dirinya tentang kepergian Noriko—tidak ada yang berubah banyak setelah kejadian di bukit itu, terkecuali untuk hubungan diantara Pierce dan Estella. Sesuatu telah berubah karena kejadian kemarin.

Kemarin
Taman Edelweiss, Bukit Kota Graiss

"Tatap aku. Kau mengenalku bukan?!"

Teriak Pierce menarik lengan Estella yang bersimbahkan air mata dengan paksa.

"Katakan, Erica!" teriaknya lantang menyebut sebuah nama yang tidak kami ketahui. Tapi entah mengapa nama asing itu terasa tidak asing di telingaku.

Estella menghempas tangan Pierce ke udara. "Tentu saja! Bahkan dengan sekali lihat aku tahu itu kau!"

Air mata mengalir semakin deras dari pipinya. Estella membalas ucapan Pierce dengan pelan, tetapi bernada marah. "Kau tidak tahu seberapa menderitanya aku selama ini menunggu ingatanmu kembali!"

Ingatan? Berapa banyak sebenarnya yang si bodoh ini lupakan!?

Tanga Pierce yang barusan dihempas menarik kembali pergelangan Estella lebih kencang. Tak mampu untuk beradu tenaga. Gadis itu tertarik dan langsung mendekap di tubuh Pierce. Bukannya melepaskan dekapan itu, Pierce justru tidak membiarkan Estella untuk melawan.

Apa!

Aku bergegas menatap Rahsya yang berada disamping Estella. Kedua bola mata gadis itu membulat, menunjukkan tatapan terkejut.

Ck! Aku mengerti perasaannya saat ini. Aku sungguh mengerti rasanya!

"Kalau begitu katakan padaku bodoh! Jangan memendamnya sendirian! Kalau kau merasa ketakutan sembunyi dibelakangku! Kalau kau tidak bisa berdiri genggam tanganku! Kenapa kau menderita sendirian..." Pierce menggerakan giginya kuat bahkan sampai terdengar keras.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi diantara Estella dan Pierce, tidak bahkan diriku. Semuanya hanya bisa memandang tanpa bisa bertanya. Tapi satu yang kutahu, yang menangis di tempat itu tak hanya Estella. Tapi ada seorang lagi.

Saat ini kami tinggal di salah satu rumah kosong milik Tryvia. Melihat bagaimana semua sudah terjadi dan sampai ke titik ini, mau tak mau Tryvia harus ikut campur.

Dalam hitungan jam yang mulai berlalu, Rahsya melewatiku sembari memegang bahunya. Tentu saja, racunnya mulai bereaksi pada pertahanan dirinya.

Satu tangannya yang menahan dinding lepas. Tubuh gadis itu mulai oleng dan saat keseimbangannya tak beraturan—refleks aku meraih tubuhnya.

Seraya membantunya berdiri kembali, kutatap kakinya yang mulai melemah. Gadis itu memandang lantai dengan tanpa nyawa.

Karena penasaran ada hal apa di lantai. Otomatis aku langsung melihat ke lantai juga. Tapi nihil, tidak ada apapun disana dan sejenak membuatku berpikir kalau barusan yang kulakukan adalah hal bodoh.

"Ah. Maaf merepotkan, Break. Aku baik-baik saja." ucapnya tiba-tiba. Padahal aku tak bertanya apapun. Tapi terserahlah.

"Bagaimana dengan Estella?" tanyaku implisit yang tentu saja bermaksud lain.

Rahsya tampak beberapa saat berpikir sejenak hingga kemudian tersentak sadar dan tersenyum ragu.

"Bohong kalau aku bilang baik-baik saja. Aku ingin menangis sekarang juga, tapi tidak bisa, di lain sisi aku mengerti kenapa Estella tidak mengatakan kebenarannya. Tapi melihat ingatannya lebih dulu tertuju pada gadis itu—kalau begitu, aku hanya bisa menunggu, ya, kan?"

Altarnia Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang