BUSH!
BUAK!
BYAR!
TLANG!
"Apa cuma begitu kekuatanmu setelah satu tahun?Mengecewakan, Break!"
"Hexagon kelima : Bola meteor biru!"
BUAR!
CLANG!
"Berisik kau Pierre! Katakan itu kalau kau sudah bisa mengeluarkan skill khusus-mu!"
"Hexagon halaman 13 : Cahaya pelindung!"
"Bisa-bisanya kalian mengobrol selagi melawanku.Dasar bocah-bocah tengik!!"
Peina, Player-killer tersebut,membuka cepat buku penyihir hijau lumut miliknya. Lingkaran segilima bercahaya merah darah melingkar dipinggangnya.
"Aku tidak akan main-main sekarang."
"Sial. Kekuatannya semakin bertambah." mundur Break dengan ancang-ancang menyiapkan pedangnya. Lawan yang tidak bisa didekati adalah lawan tersulit yang harus dihadapi seorang pengguna pedang. Terutama ruang sempit benar-benar menguntungkan para penyihir untuk menggunakan kekuatannya.
Akhir dari pertarungan ini, kalah telak.
"Hei nenek." panggil Pierre menurunkan pedangnya.
"Kau bocah sialan memanggilku nenek!!"
Apa yang dilakukan Pierre bodoh itu?! Kekuatannya jadi berlipat ganda!
"Loh? Habis rambutnya putih sih, udah nenek-nenek kan?" lanjut Pierre dengan tatapan polos yang dibuat-buat.
"Pierre apa rencanamu? Aku benar-benar tidak paham."
Break mengirimkan pesan singkat itu ke dalam party-nya, tepat dimana saat ini Pierre dan Break bersama.
"Break otak udang!" seru Pierre dari tempatnya. Dan dia masih saja diam walau tahu di depannya, wanita putih itu, sedang mencoba menyiapkan sesuatu. Ini benar-benar bukan bagian dari Pierre yang diketahuinya. Dan karena itulah dia tahu, pasti Rivalnya ini sedang menyiapkan sesuatu.
"Hexagon halaman 3 : Badai Halilintar!"
JDUARRR!
BZTTT!
"Aduh aduh, panas!" teriak Pierre kocar-kacir dari tempatnya. Dan sekarang Break hanya bisa terpaku melihat.
一atau tidak.
"HEI KAU TIDAK BISA SERIUS SEDIKIT YA?" teriak Break mengerutkan dahinya. Dan lagi-lagi Pierre hanya tersenyum-senyum tipis.
Bagus, setelah mati dia menjadi gila.
"Seharusnya kau dengar *partner mu itu nak."
"Yah ... gimana ya. Soalnya kau一"
BUAKH! CLANG!
"Akh!"
"一lemah sekali."
Tes... Tes... Tes...
"Player Peina level 28 kehabisan *HP. Pertandingan dimenangkan tim merah."
Wanita berambut putih itu menahan nafas terengah. Dia meminum Potion hingga bar HP nya menjadi penuh kembali.
"Pengalaman Level 35? Bukan.
Level 40!!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Altarnia Kingdom [END]
Fantasia[Follow sebelum baca. Beberapa chapter akan diprivate setelah revisi] Setelah kematiannya karena kecelakaan maut, Asterix Pierre seorang gamer justru terbangun di sebuah dunia fantasi asing. Di dunia yang layaknya game itu semua orang diberikan ke...