Home Sweet Home

450 42 3
                                    

Maafkan saya yang slow update <(_ _)> Dimohon saran dan kripik nya.

Kalau berkenan silakan klik tanda Bintang. Terimakasih ('ヮ')

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Hari gelap gulita, penerangan hanya berupa lentara persegi yang isinya gumpalan batu bercahaya. Pohon-pohon memanjangkan bayangannya membentuk aliansi aneh. Suara burung hantu terdengar syahdu menghacurkan keheningan.

Di ujung persimpangan terdalam terdapat sebuah gubuk minimalis dengan aura menyeramkan di sekitarnya, bunga sedap malam menyerbakkan aromanya, selagi hewan-hewan nokturnal bersuara ria.

Di rimbunnya pohon-pohon yang menjulang tinggi, hanya menyisakan satu sisi tempat di mana sang rembulan menerangi.

Tak cukup dengan semua kengerian itu, dari jalan setapak terdengar suara bising langkah kaki yang seirama bergerak.

"Kau yakin ini tempatnya?" tegur laki-laki berambut merah dengan pakaian hitam yang mati di kegelapan malam, wajahnya seakan-akan tak yakin dengan gadis yang berjalan di depannya.

"Jangan khawatir, aku mati lebih lama darimu, mana mungkin aku salah. " balas sang gadis dengan nada penuh kebanggaan pada kata "lebih lama".

Lelaki itu mendengus pelan seraya berkata, "Hei, Darimana asalnya kebanggan itu, huh?"

KOAKKK...

KOAKKK...

KOAKKK...

SREK!

Suara berisik menghancurkan keheningan seketika, membuat bulu kuduk siapapun yang mendengarnya berdiri. Seolah-olah di tempat itu ada keberadaan tak kasat mata. Tapi ini pasti tidak mungkin.

"P-Pi-Pierre. Itu suara apa?" tanya gadis itu gelagapan.

Gadis itu bersembunyi, langkahnya mundur secara teratur hingga berada di punggung lelaki yang dipanggilnya Pierre, laki-laki bernama Pierre itu menghela nafasnya panjang, "Jangan khawatir, aku mati lebih lama darimu, mana mungkin aku salah. Mana Rahsya yang mengatakan itu tadi, Eh?"

Wajah gadis berponytail ungu itu merah padam, untungnya saat ini dia berada di kegelapan, wajah memalukannya tidak terlihat seberkas pun.

"Itu ya itu, ini ya ini!" bantahnya, "Sekarang kau yang jalan duluan!" perintahnya.

Pierre mengerutkan keningnya, memangnya aku tahu jalannya?,ucapnya membatin. Tapi tangannya sudah merasa risih dan dirinya terlalu malas berdebat, sesuka gadis ini saja, pasrahnya.

"Oke, oke. Berhentilah memegangi tanganku, kau bukan anak kecil 'kan? "

"WA-WA-WAAA! MAAF!! "

Keadaan kembali hening seperti sedia kala, pohon-pohon kelihatan sama dari segala arah, walaupun hanya terlihat sebagian berkat sang rembulan malam.

Satu-satunya alasan yang membuat kedua player ini nekat malam-malam berada disini hanya dua. Pertama rumah murah yang Pierre beli berdasarkan saran Rahsya. Kedua, monster di daerah ini jarang aktif pada malam hari. Meminimilir penggunaan energi sihir pasti bagus, ya 'kan?

Gadis ponytail itu sudah meminta Pierre untuk bergabung dengan guildnya, itu berarti Pierre tak perlu susah-susah mencari rumah. Penginapan guild mereka sebagian masih kosong. Tentu saja itu karena guildnya merekrut orang-orang baru dan menuntunnya menjadi seorang pemain berbakat. Sudah tidak dipungkiri lagi orang-orang hebat yang keluar dari guildnya. Dan lagi-lagi dengan keras kepalanya yang seperti batu di Dungeon Ragnarok Stone, Pierre menolak dengan alasan lebih suka sendiri. Siapa yang tahu apa yang dipikirkan si penyindiri itu.

Altarnia Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang