Once Upon a Promise

112 11 0
                                    

Sekali lagi biarkan aku bersamamu, untuk dunia yang kita cintai...untuk dunia dimana aku tak tinggal lagi—

***

Pierre POV

Aku mengitari pemandangan yang berada disekelilingku. Untuk pertama kalinya di dunia ini ada tempat yang mirip dengan sistem dunia nyata, maksudku—seperti berada di ruang administrator.

Dua orang dengan pakaian yang cenderung aneh dan berkebalikan dengan pakaian dunia ini sedang mengotak-atik sebuah komputer tidak virtual. Sudah lama aku tidak melihatnya, rasanya sedikit bernostalgia dengan masa kebebasanku.

Semua pikiran itu hilang saat mereka mulai memandangiku selagi bicara gerbang, kunci, sang raja, dan apapun yang sebenarnya terlalu malas untuk kudengarkan mengingat aku tak paham dasar pembicaraan mereka.

Tapi hebatnya, seolah pria dengan tubuh sekekar dan sebesar Rom yang dipanggil gadis sebelahnya dengan Roghe membuatku mau tak mau mendengarkan saksama obrolan alien mereka.

"Aku Astera." gadis itu mengenalkan dirinya, bertindak formal dengan menundukkan kepalanya sembilan puluh derajat. Seolah dia benar-benar menghormatiku bukan sebagai orang asing yang kebetulan bertemu. Tetapi lebih ke arah penghormatan karena aku telah melakukan sesuatu untuknya. Aku? Tentu saja itu mustahil.

"Roghe."

Pria itu tanpa menundukkan kepalanya sama sekali mengenalkan namanya. Dia bahkan tak mau repot-repot memandangku lama-lama saat mengucapkan namanya. Tipe yang tidak bersahabat.

Astera dan Roghe, dimana aku pernah mendengar kedua nama itu sebelumnya?

"Kami berdua adalah artificial intelligent yang dibuat khusus oleh dunia ini untuk menangani penyimpangan, penghapusan, dan juga perbaikan sekaligus pengadaan event tertentu," Astera menunjukkan bukti dengan beberapa data lengkap yang ada di antara ruangan itu, juga beberapa monster yang sebagian pernah kulawan.

Mau tak mau aku percaya setelah melihat bagaimana kelengkapan data itu sudah ditunjang dengan percobaanku sendiri. Dan jika mereka berdua hanyalah peneliti gila tentang dunia ini, maka tetap saja mustahil untuk menerima semua data tentangku dalam kurun waktu kurang dari sebulan.

"Kenapa dunia setelah kematian membutuhkan sebuah AI. Kukira dewa bisa melakukan segalanya,"

Astera dan Roghe saling bertatapan beberapa saat seolah sedang bertelepati.

Jika mereka mengatakan hal tak masuk akal barang sekali saja, aku tak akan segan mengeluarkan pedangku dan segera pergi dari tempat ini. Lagipula, sekalipun mereka AI yang mengendalikan dunia ini pada akhirnya mereka tetaplah AI. Sebuah keberadaan yang tidak bernyawadan tak layak masuk kedalam hitungan manusia hidup.

"Anda terlalu naif jika berpikir kami seperti itu," Roghe menyentuh pundakku dengan tangan kirinya, membuat tekanan di tempat itu dan mulai bicara lagi. "Tidak ada bedanya antara kami dan Anda saat ini. Saat Anda sampai ke tempat ini,  maka sebuah keberadaan yang tidak bernyawa dan tak layak masuk kedalam hitungan manusia hidup juga berlaku bagi Anda sendiri."

"Anda telah kehilangan kodrat yang disebut sebagai 'manusia' sejak hari dimana Anda kehilangan nyawa. Momento Mori, sebuah buku latin yang pernah saya baca mengatakan manusia harus ingat jika suatu hari ia akan mati. Tetapi, keberadaan Anda sendiri yang berada disini padahal sudah mati, menyangkal fakta bahwa mati adalah akhir kehidupan seorang manusia,"

Altarnia Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang