13

28.4K 1.6K 160
                                    

ALVA POV

"Gak mau..kamu curang." ucapnya sambil menarik baju ku yang memang belum terlepas daritadi.

Lana on top..hmmm...oke.

Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..

"Kok diam?. " aku bertanya karna dari tadi lana tidak melakukan apa-apa. Kedua tanganku memegang pinggulnya.

"Aku gak tau." ucap lana manja. Sumpah dia manis banget.

"Gak tau apa hmmm?." aku mencoba menahan senyumku saat bertanya.

"Ihh.. Kamu nyebelin banget sih. " lana merengut.

Kali ini tawaku benar-benar pecah. Lana turun dari perutku berpindah berbaring disampingku membelakangi.

"Aku gak mau kamu capek." ucapku memeluknya dari belakang.

"Terserah." ucap lana cemberut.

"Kamu besok harus kerja. Pasti kamu capek nantinya." ucapku, tapi lana tak menanggapi.

"Kalau gitu kamu berhenti kerja aja gimana?. "Sambungku.

"Terus aku harus bekerja keras sama kamu tiap malam kalau aku gak kerja gitu. "

"Bekerja keras tiap malam?. " tanyaku menggodanya.

"Ih.. Udah ah, jangan peluk-peluk aku." sewot lana sambil berusaha melepaskan tanganku dipinggangnya tapi aku tetap mendekapnya erat meletakkan daguku di antara bahu dan lehernya.

"Ssstt.. Tenang sayang, kita tidur ya."

"Tangan kamu alva." aku terkekeh geli sambil melepaskan tanganku dari dadanya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Dua buah roti telah ku panggang. Lalu mengolesinya dengan saos tomat dan saos sambal.Telur dadar yang baru saja ku masak sudah tertata rapi di atas lapisan roti tadi.

Satu susu vannila dan satu susu coklat-yang pastinya untukku- sudah terhidang di atas nampan dan membawanya ke kamar.

Bidadariku masih saja terlelap. Sok-sok an bilang gak capek segala. Leher putih nya sudah penuh dengan kissmark ku, gimana dia mau berangkat kerja. Kan gak mungkin lana harus berpakaian ninja.

Lana sedikit menggeliat dengan lenguhannya, lalu menarik selimutnya sampai leher sehingga sepenuhnya menutupi tubuh telanjangnya.

Menatapnya menjadi hobi baru ku, memilikinya disisiku merupakan sebuah keajaiban yang lebih dari sekedar rasa bahagia.

Tanganku mulai menelusuri pahatan ciptaan tuhan yang tak akan kupungkiri keindahannya.ketika matanya tertutup saja aku suka apalagi jika mata itu menatapku penuh cinta.mungkin aku bisa mati karna terlalu mendamba.aku tau semesta menentang tapi kenapa dia masih menghadirkan makhluknya yang membuatku berani salah di saat semua orang menjunjung tinggi kebenaran meski penuh dengan kemunafikan, berani membuat perasaanku membenarkan ketika pikiranku menyalahkan.

Dari dulu aku berpikir dimana letak salahnya ketika kamu memilih untuk mengikuti alur nya perasaan.siapa bilang aku tidak pakai otak untuk mencintai?,harusnya pertanyaan yang pantas ialah kenapa yang minoritas tak di hargai?

"Hhmm.. " lana membuka perlahan matanya.aku masih menatapnya-selalu-, membuat lamunan panjangku terputus ketika lana mulai bersuara.

"Kamu udah bangun?." tanya lana padaku.

"Emang kamu lagi lihat aku merem sekarang?." lana merengut sebal.

"Kamu gak mau keluar?."

"Ngapain aku harus keluar, aku maunya di sini."

Alvara(gxg)(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang