27

15.5K 1K 94
                                    

ALVA POV

"Alva..!! "

"Apaan sih!? "

"Kalau kamu masih tidak mau angkat panggilan dari hp kamu itu, aku akan bikin hp itu hancur dari atas apartement ini..! " teriak clara mengancam.

Aku menghentikan permainan ps ku yang sudah aku mainkan dari satu jam yang lalu sampai panggilan dari papa berdering bertubi-tubi, tentu karena aku tak mengangkat nya sama sekali.

"Iya pa."
"Alva gak mau kerja disana lagi."
"Alva sebulan ini udah balik kerja di studio."
"Oke, bye daddy."

Ponsel yang baru saja aku pegang kembali ku lempar pada sofa empuk di sebelah clara. Kemudian menghempaskan tubuhku tepat di sofa yang ada di belakangku.

"Kamu yakin gak mau balikan lagi sama lana?."

Rama keluar sambil membawa beberapa makanan ringan dari dapurnya. Di susul tomi dibelakangnya membawa dua botol bir.

"Gak ada alasan buat aku balikan dengannya."

Rama terbahak mendengar jawabanku.

"Ayolah alva.. Satu bulan bukan waktu yang sebentar untuk mengetahui kalau kamu masih menyimpan rasa untuknya."

Aku memutar bola mataku kesal sambil menuangkan bir ke gelas kecil yang ada didepanku. Lalu meminumnya hingga habis.

Clara sedikit berlari ketika mendengar bunyi bel dari pintu apartement rama. Natha masuk sambil merangkul clara di lengan nya.

"Dia sudah bosan sama aku ram, dia sudah tidak mencintai aku lagi. Untuk apa susah-susah minta balikan." jawabku setelah cukup lama tidak menggubris ucapan rama.

"Ini tidak masuk akal al, tiba-tiba lana mutusin kamu tanpa alasan yang jelas. Kamu tidak berniat mencari tau itu semua?." ucap rama.

"Tunggu.. Kalian lagi membicarakan lana?.

Rama mengangguk mendengar pertanyaan natha.

"Sepertinya tadi aku melihat dia masuk ke restoranku bersama seorang pria."

"Siapa?." tanyaku dingin.

"Aku tak mengenal laki-laki itu."

Aku menghela napas kasar dan mengangguk-agguk.

"Lihat kan? Semua sudah jelas, sangat jelas. Dia memutuskan aku karna pria sialan itu..!. "

Kaki ku tak bisa ku tahan untuk tidak menendang meja di hadapanku hingga apa yang ada di atasnya berserakan di lantai.

Semua yang ada di ruangan itu diam tak berkutik bahkan tak berniat membersihkan ke kacauan yang telah aku buat.

Aku menunduk memegang kepala dengan kedua tanganku. Kepala ku rasanya berdenyut nyeri, tak jauh beda dengan hatiku dan jujur aku benci perasaan seperti ini.

Tanpa sadar clara sudah duduk di sebelahku, tangannya terulur mengusap-usap punggungku dengan tenang.

"Kamu mau ke club ku malam nanti? Beberapa hari ini aku mempunyai banyak wanita cantik." ucap tomi.

Alvara(gxg)(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang