24

18K 1.1K 132
                                    

ALVA POV

Sudah ke sekian kali nya senar gitar ini putus olehku, ckk susah banget sih.

Kembali aku mencoba memetiknya sesuai kunci yang telah aku pelajari beberapa waktu lalu tapi tak bisa juga menghasilkan nada yang sesuai.

Sia-sia angga ngajarin aku kalau begini caranya.

Oke, gak ada yang sia-sia dalam hidup. Semangat alva.

Aku memutar mataku kesal ketika bunyi hp menggangguku.

"Aku udah mau pulang." ucap lana datar di seberang sana.

"Iya, tunggu beberapa menit lagi orang suruhan ku akan menjem—"

Aku memejamkan mata ketika lana mematikan sambungan bahkan saat aku belum menyelesaikan kalimatku.

I'm sorry.

Oke, sekali lagi aku akan mencobanya..

Tetap gak bisa-bisa juga, gimana mau main piano nya kalau gitar aja masih juga belum bisa. Belum lagi menghafal lagunya.

Ruang musik rahasia ini sudah selesai ku bereskan, ruang musik rahasia? Ya karna hanya aku dan tuhan yang tau. Aku menyuruh seorang arsitek untuk merancangnya di ruang bawah tanah, jadi aku akan bebas latihan karna lana tidak akan mengetahuinya.

Pas sekali, ketika aku naik ke atas lana sudah datang dengan wajah cemberutnya. Aku mengikutinya yang berjalan ke kamar, ini sudah ke sekian kalinya lana marah padaku karna aku tak pernah mau menjemputnya tapi malah menyuruh siapa? Tepat sekali, orang suruhanku.

Lana berjalan ke kamar mandi tanpa menghiraukanku. Saat aku ikut menyusulnya dia tengah berendam.

"Lana, aku minta maaf." ucapku menyesal.

"Gak perlu minta maaf." balasnya cepat.

Lana memalingkan wajahnya ketika aku membuka seluruh pakaianku tanpa terkecuali dan ikut berendam mengambil posisi di belakangnya.

Tanganku merengkuh pinggangnya yang ramping, tak butuk waktu lama untukku bisa mendekapnya.

"Aku yang seharusnya minta maaf karna telah menuntut banyak. Aku tak berpikir kalau mungkin saja kamu kelelahan oleh pekerjaan kamu." ucap lana sedikit menoleh ke belakang.

Aku minta maaf karna aku bohong, bukan karna aku tak bisa menjemput kamu sayang.

"Baiklah aku akan maafin kamu kalau..seks with me." ucapku berbisik di telinganya.

"Gak, aku tarik kata-kata ku tadi." ucapnya di akhiri dengan lenguhan.

Terlambat.

Karna tanganku sudah meraba ke bagian sensitif tubuhnya. Bibirku mengecup lehernya.

Ku lihat lana memejamkan mata sembari menggigit bibirnya menikmati permainan tanganku di puncak clitorisnya dan di puncak dadanya.

"Masukin alva." desah lana padaku membuatku tersenyum tapi tak mengindahkan permintaan lana itu.

Jariku malah bermain di bibir lubang vaginanya tanpa berniat memasukkan jariku di sana. Sehingga lana menggeliat frustasi di dekapan ku. Tanganku yang satu lagi meremas payudara nya yang bebas menggelantung.

Napas lana terdengar sangat berat.

"Alva please hh..aku sebentar lagihh." desah lana, tangannya mencoba menarik tanganku untuk memasukkan jari ku lebih dalam tapi aku lebih kuat menahan tanganku. Air dalam bak ikut bergerak mengikuti gerak lana yang sudah tak karuan.

Lalu secara tiba-tiba dua jariku keluar masuk lebih dalam di vagina nya, hingga lana berteriak keras saat mencapai orgasme. Tubuhnya lunglai bersandar di dada ku dengan napas tersengal.

Alvara(gxg)(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang