28

15.1K 1K 103
                                    

AUTHOR POV

Matahari pagi yang menyilaukan membuat alva sedikit membuka matanya. Ini asing, tentu saja tempat ini bukan kamarnya. Kamar ini terlalu feminim untuk ukuran kamar alva.

Oh tidak.

Bagaimana ia bisa lupa, bahkan sudah tiga hari dalam empat bulan ini dia selalu terbangun di kamar ini.

Kamar anggis.

Alva harap seperti dua hari sebelumnya, dia tidak melakukan apa-apa pada anggis karna tadi malam dia datang ke sini dalam keadaan mabuk.

Kamar mandi menjadi langkah pertama alva setelah turun dari kasur putih tak bercorak itu. Alva mandi lalu memakai baju nya yang ditinggal kemarin.

Tanpa ragu alva berjalan ke dapur karna ia yakin sekali kalau gadis itu pasti sedang memasak. Anggis mengenakan celana bahan pendek di atas   lutut serta baju kaos yang memperlihatkan pinggang rampingnya.

Anggis menoleh ketika mendengar suara kursi ditarik dan mendapati alva duduk dengan santai di sana. Alva sedikit kaget saat anggis tersenyum lebar padanya, dada alva berdegub kencang dan dia khawatir apakah dia telah berbuat sesuatu pada gadis itu semalam.

Makanan sudah terhidang di depan alva dan anggis duduk di sampingnya masih dengan senyumnya.

"Anggis.. "

"Hmm..? "

"Apakah tadi malam kita melakukan having sex?" tanya alva hati-hati tapi sedikit pun tak menghilangkan nada frontalnya.

Cukup lama anggis diam dan mereka sama-sama diam. Lalu anggis tersenyum kembali dengan anggukan yang membuat aliran darah alva berhenti beberapa detik setelahnya mengalir deras menuju jantung, ritme jantungnya tak terkendalikan.

"Kamu sangat hebat tadi malam." ucap anggis sambil menahan tawa.

Tentu saja alva tidak melakukan apa-apa padanya kecuali alva hanya tidur sambil menyebut nama lana berkali-kali.

"Ketika lidah dan jari kamu bermain, itu rasanya sangat luar biasa." sambung anggis sesekali melirik alva dengan bibir pucatnya.

"Dan—"

"Cukup anggis, cukup. Jangan katakan apapun lagi." potong alva.

"Aku gagal menjaga kesetianku, aku sama saja seperti apa yang lana katakan. Tukang selingkuh." ucap alva sambil memegang kepala dengan kedua tangannya.

Mendengar itu, anggis tidak bisa lagi menahan tawanya.

"Alva.. Alva.. " ucap anggis menggelengkan kepala. Alva semakin bingung melihatnya.

"Dengar aku, kita tidak melakukan apa-apa tadi malam. Sama sekali tidak melakukan apa-apa."

Cukup lama alva mencerna ucapan anggis.

"Kita hanya tidur dan yang aku tau kamu sering sekali menyebut nama lana."

"Terus kenapa kamu senyum-senyum? " tanya alva mulai mengerti.

"Itu karna aku tau satu fakta bahwa kamu masih sangat mencintai lana."

Memang benar, alva masih sangat mencintai lana.

"Kenapa sih, kamu tidak memperjuangkan lana lagi seperti dulu yang kamu lakukan. Aku tau kamu bisa dengan mudah menyingkirkan laki-laki itu dari lana."

Alva bungkam, apa benar dia harus berjuang kembali tapi dia takut semua itu akan hancur menjadi butiran kesia-sian lagi, dia takut kecewa dan usaha nya tidak dihargai lagi. Namun di lain sisi ia tidak bisa terus menerus hidup seperti ini, di mana dia tidak bisa tidak memikirkan lana, dia masih mencintai lana sepenuh hatinya dan sekarang masih utuh untuk lana seorang.

Alvara(gxg)(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang