06_Jalan-Jalan

3.1K 589 17
                                    

Sesi terapinya telah selesai, Seulgi menunggu Minhyuk menjemputnya. Bungsu Kang telihat menggerakkan kedua kakinya perlahan. Senyumnya mengembang setelah enam kali terapi membuahkan hasil. Dia tidak sabar mengunjungi central park di musim semi dengan dua kakinya yang menapak di atas tanah.

Dengan kruk kemungkinan besar, tapi itu cukup membuatnya senang.

"Son, jangan lari!"

Seulgi mengedarkan pandangan pada sumber suara yang melengking. Perempuan berseragam perawat mengejar anak laki-laki yang larinya cukup lincah. Tawa terdengar hingga koridor tempat Seulgi menunggu.

Eh? Dua mata Gadis Kang melebar tatkala anak laki-laki itu menghampirinya, berlari dengan senyum merekah. Menghiraukan panggilan di belakangnya.

"Hiyaaaa!"

Hap!

Seulgi menangkap tubuh mungil itu tepat di depan kedua kakinya. Lalu anak itu berusaha naik ke pangkuan. Lebih terkejut lagi saat anak itu menoleh ke belakang, ia tertawa gemas kemudian mengalungkan dua lengan kecilnya pada leher Seulgi.

"Astaga! Jackson, jangan sembarangan memanjat orang."

Seulgi lebih kaget lagi, memang dia pohon, dipanjat?

"Tidak mau!" Jackson meronta sambil tetap memeluk leher Seulgi. Gadis itu mengerti, tidak berusaha melepas tapi memegangnya agar tidak berguncang atau kursinya akan bergerak. Dia hanya menguncinya pada satu roda, omong-omong.

"Duh, Jackson! Lepaskan sayang!"

"Rim!"

Nah, satu orang lagi menyusul. Seulgi tidak terlalu memperhatikan, dia hanya pasrah duduk dengan pelukan anak laki-laki berisi tadi. "Jackson," ia coba memanggil.

"Heum?"

Ajaib, Jackson melepas pelukan pada leher Seulgi dan mengendurkannya. "Aku tidak mau dengan Suster Kim," rengeknya dengan gigi yang nyaris penuh. Dua matanya seakan membuat Seulgi enggan melepaskan tatapannya.

"Ayahnya sudah datang, kalian ke mana saja?"

"Lihat itu," Suster yang bernama Kim itu menunjuk pada Seulgi yang masih memangku Jackson. "Dia tidak mau lepas dari nona ini. Maaf."

Seulgi tersenyum samar, ditariknya tubuh anak laki-laki di pangkuannya. Jarinya terlihat sangat kontras saat menyentuh pipi bulat itu. Rambut keriting dielusnya. "Kenapa lari? Mau kuantar?"

Yerim dan Andrew awalnya kuatir gadis yang sepertinya tidak bisa berjalan di hadapannya itu akan keberatan, tapi ternyata tidak. Putra Jimin itu mengangguk, memainkan bandul kalung yang menggantung bebas di leher Seulgi.

"Mau jalan atau tetap di sini?" Tawar Bungsu Kang.

"Di sini saja, boleh?"

"Jangan, kau tidak boleh bandel, Son!" Larang Yerim dengan suara lembut.

Mereka melihat Jackson menggeleng, menyandarkan kepalanya pada dada Seulgi.

"Maafkan kami, Nona... ?"

"Seulgi," Gadis Kang mendongak, membalas sapaan Suster Kim dan Dokter Andrew Moore. "Kita jalan sekarang, ke arah mana?"

..

Park Jimin masih tersenyum mendengar ocehan sahabatnya. Hanya ada dua dokter dan satu perawat berkebangsaan Korea Selatan di rumah sakit. Namjoon dan si adik, serta dokter residen Jeon Jungkook.

"Oh, mereka sudah kembali."

Jimin membalikkan tubuh, wajahnya yang mulanya tersenyum perlahan menjadi kuatir. "Ya Tuhan, apa lagi yang dilakukan anakku?"

Setengah berlari menyambut putra kesayangan, Jimin mendapatkan penjelasan super cepat dari Yerim yang mendorong kursi roda Seulgi.

"Hei, buddy! Apa yang kau lakukan?"

Jackson mendongak, tangannya dibuka lebar minta digendong. "Aku habis jalan-jalan."

"Mana ada jalan-jalan, yang ada naik kursi." Sungut Suster Kim.

Seulgi tersenyum, dikelilingi orang berwajah pribumi sepertinya, membuat ia seperti pulang ke negara asal.

"Maafkan putra saya, Nona.... "

"Seulgi."

"Iya, terima kasih, maaf merepotkan. Nona Seulgi."

Sebuah ketidaksengajaan, Seulgi menemukan teman baru.

"Jackson tidak mau beri hadiah pada Aunty?"

Tubuh Jackson condong ke bawah, membuat sang ayah terpaksa menunduk.

Cup!

Mereka berjarak sangat dekat karena anak laki-laki itu. Wangi Jimin menghinggapi penciuman Seulgi.

"Terima kasih, Aunty!"


🐋🐞🐝

One In A MillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang