Ransel berada di pundak, menggantung bebas di punggung bocah laki-laki yang telah menapakkan kaki pada Bandara Incheon. Tampak satu tangan ikut memegang troli barang yang kini didorong oleh sang ayah. Mata bulatnya yang hijau kebiruan menarik atensi orang-orang yang berlalu lalang di sekitar dirinya. Ditambah, dengan aksen Inggris yang kental, ia mulai berceloteh kosa kata Korea setiap melihat benda yang menurutnya asing.
"Kiyowo!"
Jimin tersenyum saat salah satu penghuni Bandara mencubit pipi Jackson, lalu meminta hi five dan putranya itu dengan senang hati membalas. Surai keritingnya bergoyang, senyumnya kadang malu-malu tapi tetap memberanikan berinteraksi meski sesekali –atau bahkan kerap, melihat ke arah sang ayah, seperti meminta penjelasan.
"Lihat, Ayah!" Jackson menunjuk pada toko suvenir yang memajang mainan khas Korea. Sepertinya menarik perhatian bocah kecil itu.
"Beli di luar saja."
"Tidak sekarang?"
Jimin menggeleng, ditempelkan ponsel pada telinga, lalu terdengar sambungan. Tak seberapa lama mereka melewati pintu kedatangan, Jimin melihat seorang wanita melambai penuh semangat.
"Look over there, Son!"
Jackson menoleh pada arah yang ditunjuk, "Aunty Soojungie!" Pekiknya dengan suara khas anak kecil. Lalu ia berlari menuju Soojung yang menyambut dengan dua tangan terbuka.
"Welcome to Korea, Jackson!" Soojung merasakan pelukan pada lehernya.
Jimin tertawa saat melihat Minhyuk dan Soojung benar-benar menjemput dirinya dan Jackson. Kakak Seulgi itu telah sampai di Seoul tiga hari yang lalu, sengaja tidak memberi tahu jika Jimin datang, karena jadwal Seulgi yang sedikit lebih padat, mereka akan bertemu nanti malam seselesainya jadwal syuting.
"How's your flight?"
Jimin mengedikkan bahu, "seperti yang kalian lihat. Aku masih mengantuk, sedangkan dia..," Jimin menunjuk pada putra kesayangannya.
"Kalau tidak seperti itu bukan Jackson."
"Yap."
Soojung telah berjalan terlebih dahulu, jemarinya saling bertaut dengan putra Jimin. Kulit mereka terlihat sangat kontras, bahkan Soojung lebih suka memakai Bahasa Inggris saat mengobrol dengan Jackson. Lagi-lagi membuat sekitar mereka memandang, menoleh, bahkan sesekali menyapa atau berbisik.
"Ayah!"
"Hem?"
Jackson menghentikan langkah, ditunggunya Jimin semakin mendekat. "Di mana Aunty Seulgi?"
"Aunty Seulgi?" Minhyuk tersenyum, "soon, kita akan menemuinya malam ini."
"Yes, you will meet her, Jack! Are you happy?"
"Yeaah!"
Mendengar nama itu disebut membuat Jimin mau tidak mau tertawa kecil. Ah, ternyata bukan dia saja yang ingin segera bertemu dengan gadis itu. Mungkin memang keputusannya benar, seharusnya ia menyusul Seulgi dari kemarin. Tapi tidak ada kata terlambat kan? Seulginya kini telah berhasil keluar dari keterpurukan.
-------
Berangkat dengan siapa? Aku dan Minhyuk oppa sudah menunggumu di sini.
Seulgi memutuskan untuk membersihkan make up nanti saja di dorm, membaca pesan Soojung membuatnya ingin sesegera mungkin meninggalkan studio salah satu televisi kenamaan. Bersama sang manajer dan Moonbyul, mereka akan bertolak menuju restoran di mana kakak dan kakak iparnya berada saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
One In A Million
Fanfiction[Tamat] Seulgi berpikir jika dunia tidak adil padanya saat karir bermusiknya harus berhenti. Tapi ketika dunia yang ia cintai benar-benar melepasnya, ada satu dunia baru yang menyambutnya. Lantas sebuah pertanyaan terlontar, apa yang telah kau berik...