14_Menebak Pikiranmu

2.4K 457 15
                                    

Pagi itu, Dokter Jacobson mengecek kelengkapan Logbook Jungkook untuk persiapan ujian seminggu yang akan datang. Setidaknya ada waktu untuk menarik nafas lebih panjang sebelum stase selanjutnya menyapa dengan keganasan yang kata Namjoon melebihi menjelajah hutan.

Stase bedah adalah yang terberat, tapi baiknya di stase selanjutnya ia bisa bersantai. Pemuda Jeon mau tidak mau harus memikirkan langkah-langkahnya agar lulus tepat waktu dan menyandang gelar Dokter Spesialis Bedah Tulang.

"Oke."

Satu kata Dokter Jacobson yang membuat Pemuda Jeon ingin melompat girang.

"Dalam dua bulan terakhir kau tidak membuat kesalahan, setidaknya itu yang paling penting."

"Jadi..., saya bisa ikut ujian?"

"Siapkan juga laporan dan bahan untuk presentasi." Dokter Jacobson menyerahkan kembali Logbook tersebut pada si mahasiswa, lalu kembali pada pekerjaannya.

"Terima kasih, Dokter!"

..

Pemuda Jeon menghela nafas panjang ketika keluar dari ruangan itu. Langkah kakinya terasa lebih ringan dari biasanya. Membelok ke arah utara menuju ruangan Dokter Namjoon, ia menemukan adik clinical advisor-nya itu sedang berjongkok. Berbicara pada anak perempuan bersurai blonde, mengamati sesuatu sepertinya.

"Ini dandelion, Kathy suka?"

Jeon Jungkook sudah berdiri di belakang dua perempuan yang belum menyadari kehadirannya. Dilihatnya wajah serius berbalut senyum Yerim. Yang satunya lebih manis lagi dengan lesung pipi menghiasi saat tertawa senang. Dandelion itu berpindah ke tangan Yerim, lalu keduanya meniupnya.

Tangan kanan Jeon Muda masih menggenggam Logbook, sedang tangan satunya dimasukkan dalam kantung jas putih yang ia kenakan. Pertanda jika ia seorang dokter praktikan di rumah sakit ini.

"Lihat pipimu, Kathy!" Yerim tertawa geli, pipi gadis kecil di sebelahnya tampak menggemaskan. Bahkan ada cipratan saliva ketika berusaha meniup keras-keras, agar semua dandelion itu terbang terbawa angin.

"Kathy, kau di sana rupanya!"

Yerim dan gadis kecil menoleh pada sumber suara, melihat bersama seorang wanita yang mirip Kathy berjalan menghampiri. Kemudian Yerim baru menyadari ada Jungkook di belakangnya.

"Maaf merepotkan, Suster Kim."

"Saya tidak keberatan, Nyonya Hudson."

Berpamit pada Yerim dan sempat tersenyum pada Jungkook, Nyonya Hudson menggandeng sang putri untuk dibawanya pulang.

Mood Yerim sepertinya bagus siang ini, seperti hari-hari biasa sebenarnya, tapi di mata Jeon Jungkook terlihat berbeda.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Yerim mendongak, salahkan sepatunya yang tidak tinggi. Menjadi suster membuat mobilitasnya tinggi, jelas high heels bukan sahabat yang baik di kala bekerja.

"Kau lucu." Itu jawaban sesaat setelah mereka hanya diam saling menatap. Jungkook tidak bisa berpikir, satu kata itu menggambarkan perasaannya saat ini. Pemuda itu memang payah, sama sekali tidak pintar menyusun kalimat menyenangkan untuk seorang perempuan.

"Memang badut?" Bibir Yerim mencebik, tapi dia suka.

"Makan siang, mau?"

"Ha?" Bibir berwarna plum itu membulat, sejak kapan Pemuda Jeon berubah menjadi semanis ini? Menurut Yerim ini luar biasa. Satu minggu yang lalu, tepat setelah Jungkook mengucapkan kalimat sakral -aku ingin berjalan bersamamu, pemuda itu kembali pada mode diam dan tenang.

One In A MillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang