Mereka masih berdiri di depan supermarket sebelum Pemuda Jeon mengantar Gadis Kim pulang. Sekotak susu berperasa melon berada dalam genggaman si gadis, lalu pemuda di sampingnya hanya diam mengamati.
"Kalau besok aku gemuk, semua salahmu, Jeon."
"Memang aku menyuruhmu makan terus?"
"Tidak, tapi kau mensuplaiku susu kotak setiap malam."
"Tugasmu kan banyak, tidak akan berpengaruh. Percayalah."
Kim Yerim mengerucutkan bibir, terlihat semakin manis di mata Jeon Jungkook. Coba gadis itu memanggilnya oppa, pasti akan terasa menyenangkan -atau menggelikan?
Jungkook tidak memaksa Yerim memanggilnya demikian. Mencuri waktu Bungsu Kim saja cukup sulit akhir-akhir ini. Makan bersama hal yang luar biasa untuknya. Ditambah, tugas Yerim menjadi suster khusus ternyata diperpanjang oleh sang kakak.
Kling!
Ponsel Yerim berbunyi, berkali-kali. Ini sudah panggilan ke tiga tapi sepertinya adik Namjoon itu tidak tertarik untuk mengangkatnya.
"Ponselmu bunyi terus sedari tadi. Tidak diangkat?" Jungkook menunjuk tas selempang Yerim. Wajahnya terlihat penasaran. Memang siapa si penelepon sampai suster junior ini menghiraukan?
"Pasti Namjoonie, malas ah!"
"Loh, kenapa? Siapa tahu penting."
Menggeleng, Yerim memasang wajah tanpa dosa saat jemarinya menelusup pada telapak yang lebih besar di sampingnya.
Jungkook menatap tautan tangan mereka, lalu pandangannya beralih pada wajah Yerim yang menghindarinya. "Emansipasi wanita ya?" Tanyanya, pertanyaan yang konyol. Membuat gradasi di pipi Gadis Kim.
"Hanya pinjam sebentar, boleh ya?"
"Pinjam?"
Yerim sengaja tidak melihat pemuda di sampingnya karena dia tahu ada seseorang di seberang yang mengamati mereka berdua. Dia sadar kok karena sedari tadi mereka berdiri, sepasang mata itu mengamatinya dari kejauhan.
"Lihat apa sih?" Giliran Jungkook penasaran, melihat ke arah yang dituju mata Yerim. "Ada yang kau kenal di sana?"
Kim Yerim mengangguk, lalu wajahnya berpaling dan menuju pada pemuda di sampingnya. Sengaja agar di penguntit jengah melihat sikap manjanya pada Jungkook. "Rasanya menyenangkan mengenggam tanganmu. Coba dari dulu kau penurut seperti ini, Jeon."
Oh, astaga! Ini benar-benar emansipasi wanita. Kim Yerim menggombali si dokter irit bicara.
"Eum, kalau menurutmu menyenangkan, aku juga sependapat."
Awalnya Yerim mengerjap sembari takjub, namun sedetik kemudian dia tertawa keras. "Jawabanmu formal sekali, Pak Dokter!"
"Maksudnya?"
Semakin tertawa melihat wajah heran Jungkook, Yerim memutuskan untuk menarik tangannya hingga mereka berdekatan. "Kita pulang ya? Aku lelah."
Akhirnya aksi Yerim membuat Jungkook takluk dan tersenyum kecil. "Naik taksi, mau?"
"Oke, komandan!"
--------
Min Yoongi tidak suka menunggu, apalagi lebih dari dua jam. Bahkan tanda-tanda kehadiran yang ditunggu tidak juga muncul. Sebal hal yang sangat wajar kan?
Ibu tidak memaksamu untuk menyukainya, Yoongi-ya. Tapi cobalah untuk sedikit lebih ramah pada Yerim. Siapa tahu kan dia bisa menjadi pacarmu. Memang kau tidak butuh pendamping?
KAMU SEDANG MEMBACA
One In A Million
Fanfiction[Tamat] Seulgi berpikir jika dunia tidak adil padanya saat karir bermusiknya harus berhenti. Tapi ketika dunia yang ia cintai benar-benar melepasnya, ada satu dunia baru yang menyambutnya. Lantas sebuah pertanyaan terlontar, apa yang telah kau berik...