Lee Hanna, perempuan keturunan Korea-Inggris tersenyum manis saat pasien anak-anak berkebutuhan khusus melambaikan tangan kepadanya. Ia masih mengenakan baju renang tertutup, sementara ada pasien lain masih harus ia awasi.
Satu setengah jam, tidak lebih. Dia akan menemani Seulgi menjalani sesi terapi untuk kakinya yang sekarang sudah jauh lebih baik. Kaki kanan berhasil menopang tubuh dengan kekuatan yang cukup besar mendekati normal. Kaki kiri mengalami kemajuan meskipun tidak sepesat kaki kanan. Kata dokter ortopedi yang menangani Gadis Kang tersebut, kaki kiri mengalami kerusakan yang cukup berat dibandingkan kaki kanan.
Kemungkinan Seulgi menari tidak banyak, mungkin butuh waktu lebih lama lagi untuk mengembalikan kedua kaki sempurna menjadi sedia kala.
"Kau bisa berenang sampai ujung sana, Nona Kang?"
"Seberang itu?" Seulgi tampak tidak yakin, diusapnya wajah agar buliran air berkurang.
"Iya, aku jaga dari samping."
"Oke." Seulgi mengamati sejenak jarak sepuluh meter antara tepi satu dengan tepi di mana dirinya berdiri saat ini. Mengambil nafas rakus, memenuhi paru-parunya semaksimal mungkin, Seulgi menenggelamkan tubuh dengan dorongan dari kaki kanannya pada dinding kolam.
Hanna memperhatikan, mengawasi dengan dua netra kebiruan. Memberikan semangat saat Seulgi mengambil satu rehat sejenak. Lalu menyemangati lagi agar pasiennya menyelesaikan perintahnya.
Prit!
Bunyi peluit Hanna terdengar saat tangan Seulgi menyentuh dinding kolam. Melihat wajah Seulgi yang menyembul di permukaan kolam, Hanna mengacungkan jempo. Dia senang tatkala pasien-pasiennya mengalami kemajuan seperti Seulgi.
"Great, Nona Kang!"
Seulgi tersenyum, kedua kakinya telah menapak sempurna pada kolam renang yang dalamnya hanya satu meter tersebut.
"Kaki kiriku mulai berfungsi lebih baik daripada minggu kemarin, Nona Lee."
"Yap! Aku melihat kau sudah berhasil meluruskan dua kakimu. Ingat, seharusnya seperti ini posisi kaki kirimu."
Hanna dengan sabar memperlihatkan pada Seulgi sikap sempurna kaki jika ingin kembali menjadi normal. Seulgi menyimak dan melakukan arahan seperti pinta Hanna. Tanpa mereka sadari, seseorang memperhatikan dari kejauhan.
Sepertinya yang diperhatikan masih menjalankan tugasnya. Lalu laki-laki yang terlihat mengawasi dari kejauhan itu memutuskan untuk mengirimkan pesan saja. Dia masih memiliki waktu lebih banyak untuk pergi ke toko musik sebelum bertemu nanti.
--------
Kau tidak mau melihat Seulgi melatih kakinya?
Isi pesan dari Namjoon, tapi Jimin tidak berada di London saat ini. Dia masih di Birmingham dengan keluarganya. Jackson terlalu asik dengan istana yang tengah ia amati dari kejauhan bersama sepupunya.
Kakak perempuan Jimin datang dari Belanda. Kim Taehee terlihat sibuk sebagai noona debutan. Anak perempuan dari Kim Jumyeon dan Park Joohyun itu sesekali menggiring saudara sepupunya ke sana ke mari. Mengajak mengobrol meskipun terkadang tidak nyambung. Aksen Belanda sangat kental terdengar, maklum karena Taehee lahir dan dibesarkan di sana.
"Sibuk, Jim?"
Mendongak, Joohyun telah berdiri di sampingnya ikut mengamati ponsel. Jimin menggeleng sembari membalas pesan dari sahabatnya tersebut. "Dari Namjoon."
"Namjoon? Si Dokter culun itu?"
"Iya." Alis Jimin bertaut. "Kenapa noona suka sekali menyebutnya culun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One In A Million
Fanfiction[Tamat] Seulgi berpikir jika dunia tidak adil padanya saat karir bermusiknya harus berhenti. Tapi ketika dunia yang ia cintai benar-benar melepasnya, ada satu dunia baru yang menyambutnya. Lantas sebuah pertanyaan terlontar, apa yang telah kau berik...