Part 47

7.4K 639 44
                                    

Prilly's POV

     Minggu ini genap sudah 3 bulan aku berada di London. Ya, aku memutuskan kembali lagi kesini dengan cara meninggalkan Ali secara diam-diam. Semua itu berawal dari diterimanya aku di London of Univercity, awalnya aku iseng mendaftar disana, karna aku pikir tidak akan diterima. Lagi pula aku tidak benar-benar berniat meninggalkan Jakarta, maksudku Ali.

Tapi sekarang semuanya berubah. Meskipun aku juga diterima oleh beberapa kampus ternama di Jakarta, aku tetap memilih untuk kuliah disini. Tentu saja alasannya karna Ali. Aku lelah dan aku tidak siap jika harus menerima kenyataan Ali punya koleksi mantan yang lain lagi. Memang benar itu hanya masa lalunya dia, tapi jika satu persatu mantannya itu muncul kepermukaan, jelas itu sangat menggangguku.

Aku telah memikirkan semuanya matang-matang sebelum aku memutuskan untuk pindak ke London. Aku akan belajar melupakan Ali dan fokus pada kuliah. Jika memang kami berjodoh, pasti ada jalannya untuk kami bertemu kembali. Dia tidak akan bisa lagi mencariku, karna aku sengaja tidak meninggalkan jejek apapun yang bisa dijadikannya sebagai jalan untuk menemuiku. Bukan karna aku sudah tak cinta, untuk sekarang aku hanya ingin menyendiri.

"Morning Prill, aku lagi dirumah Ali nih, mau Video Call gak?"  Itu text message dari Claudya.

Oh iya, aku lupa cerita. Sebelum aku berangkat ke London aku sempat menemui Claudya, biar bagaimanapun dia adalah sepupuku, dan aku ikut prihatin atas apa yang menimpanya.

Kami saling minta maaf dan melupakan semua yang telah berlalu. Tidak ada gunanya saling membenci, lagi pula putusnya aku dengan Ali juga bukan sepenuhnya salah Claudya.

Selama aku di London kami sering komunikasi, seperti dulu kami menceritakan hal apa saja yang kami lalui setiap hari. Aku meminta Claudya untuk tidak memberitahu Ali tentang diriku, dan Claudya menuruti permintaanku. Tapi sampai sekarang Claudya masih merayuku agar mau balikan lagi sama Ali.

"No. Thanks!"  Balasku singakat dan padat.

"Yakin...? Kemarin katanya kangen sama Ali :P "

"Udah enggak Claudya. Please deh berhenti kayak gitu!"

"Fine. Eh tapi katanya sebelum pulang Ali sempat ngantar Siti lho tadi."  Cewek itu lagi???

"Biarin...!" Apa lagi yang bisa kukatakan selain kata itu, Ali sialan!

"Ya udah bye... ntar aku kirim lagi ya fotonya Ali, biar kangen kamu terobati."

"Gak perlu!"

"Oke. Ur welcome!" Perasaan aku gak ada ngucapin makasih.

Begitulah Claudya, dia sangat senang menggodaku sehingga aku makin susah move-on dari Ali. Setiap weekend Ali pulang ke Bandung, dan Claudya selalu main kesana untuk sekedar mengambil foto candid Ali dan mengirimnya padaku.

Sebenarnya tanpa dia melakukan itupun, diam-diam aku masih memantau Ali dari media sosialnya, tentu saja dengan akun palsuku. Awalku tinggalkan 'statusnya' galau semua, setiap foto yang diupload caption-nya emoticon sedih.

Aku jadi merasa bersalah dan ikut sedih membuat Ali seperti itu, tapi aku harus tegas. Terkadang egois itu lebih baik agar dia tau sakitnya kehilangan dan dapat menghargai kebersamaan. Aku rasa cara itu tidak terlalu kejam untuk menghukum Ali.

Aku memantau semua perkembangannya setiap hari, dimana ia kuliah dan siapa teman-temannya. Perlahan aku merasa lega karna Ali-ku sudah mulai berubah, aku tidak pernah melihatnya berfoto dengan gadis manapun, juga tidak difoto atau video yang di tag oleh temannya.

Pacar TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang