(23) Forget It

55K 5K 138
                                    

Vincent mengangkat kepalanya sehingga tubuhnya menjadi duduk tegap. Yang pertama kali Vincent lakukan adalah ngecek handphone.

Jam 5:03 pagi.

"Eh, lo udah bangun," suara itu langsung membuat Vincent membeku. Yap, setelah kejadian tadi malam, Vincent jadi bener-bener awkward.

Totally awkward.

"Iya," kata Vincent pelan, nyaris berbisik. "Tadi malem..."

"Gak apa-apa," potong Rara cepat.

Vincent langsung memandang Rara kaget.

"Beneran? Tapi gue-"

"Ya walaupun gue kesel sih dibohongin sama lo. Kesannya kayak lo gak sayang lagi sama gue. Sakit, Vince," kata Rara pura-pura sedih, tapi ia tersenyum lagi. "Tapi kan sekarang lo udah jujur. Jadi gue maafin..."

"Serius lo, Ra?" tanya Vincent masih tidak percaya.

"Iya..." Rara tersenyum kecil. "And that kiss..."

"Lupain aja... Otak gue bener-bener gak sadar kemaren. Kayak ada yang gerakin badan gue. Kayak boneka," kata Vincent lalu menundukkan kepalanya. Telinga Vincent sudah merah sekarang. Oh enggak. Telinga dan wajahnya!

"Tapi gue gak mau lupain itu," ucapan Rara berhasil membuat Vincent mengangkat kepalanya. "Itu pertama kalinya lo cium gue."

Vincent langsung melongo."Sorry, Ra. Sorry banget. Gue gak tau itu first kiss lo dan gue seenak jidatnya ngambil tanpa izin.."

"Woles aja keles..." kata Rara sambil terkekeh geli melihat tingkah Vincent yang panik. "Gue cuman ijinin orang yang gue sayang. Dan gue sayang sama lo. Jadi... gak apa-apa..."

"Tapi-"

"Udah sih, gak usah dibahas. Lagian udah terlanjur ini. Mau diapain juga lo udah cium gue. Iya, kan?"

Vincent mengangguk lalu tersenyum lebar. "Jalan yuk!" ajaknya. "Sebagai permintaan maaf gue."

*

"Vince, kita mau kemana?" tanya Rara bingung. Vincent mengajak Rara pergi ke suatu tempat, tapi Rara disuruh duduk di kursi roda dan matanya ditutup.

Biar surprise katanya...

Tapi demi apapun ini horor. Hawanya panas banget. Bukan panas matahari, tapi panas uap gitu. Ih ngeri..

"Hitungan ke tiga, buka penutup mata lo..." kata Vincent.

"Satu...

Dua...

Tiga."

Rara membuka penutup matanya. Yang pertama kali ada dihadapannya adalah sebuah mobil berwarna putih. Bukan hanya satu, tapi banyak mobil lainnya.

Ini tempat parkir.

Pantesan panas.

"Vince, lo dimana?" tanya Rara sambil celingukan. Perasaan tadi suaranya ada. Sekarang orangnya kemana?

Mata Rara menangkap sebuah benda yang berada tidak jauh dari kakinya. Benda berbentuk persegi.

Tunggu.

Itu... handphone? Jadi tadi cuman rekaman suara Vincent doang?

"Vince, ini gak lucu sumpah. Lo ninggalin gue di tempat parkir begini," kata Rara sambil berusaha mencari Vincent.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara kursi roda. Bukan milik Rara. Itu punya orang lain.

Mati... Aduh ini ada yang gentayangan ya? Rara menutup matanya erat saat mendengar suara kursi roda itu makin dekat. "Please, jangan gangguin gue! Gue masih mau hidup! Masih mau nikah woi!" teriak Rara. Rara merasakan kursinya tersenggol dan kursi rodanya berhenti. "Sumpah dah, pergi! Jauh-jauh dari gue!" teriak Rara panik.

ask.meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang