Ella mengambil makanan secukupnya, setelah itu ia mencari tempat duduk yang masing kosong. Baru saja Ella mendudukkan diri di kursi, seseorang muncul begitu saja.
"Minum aku!" teriak Ella dengan suara tertahan dan mata yang sudah melotot.
"Haus," balas orang itu seakan tidak merasa bersalah. Ella tidak bisa berbuat banyak, bisa-bisa dia menjadi cepat tua jika terus seperti ini. Siapa lagi yang berani mengganggu ketenangan Ella kecuali Zaki. Di perusahaan ini, hanya Zaki yang berani mengganggu dirinya.
Ella jadi bingung sendiri, dulu saat kuliah Zaki tidak sejahil sekarang. Ia cenderung bersikap bodo amat. Tapi sekarang malah sebaliknya. Ella jadi bertanya-tanya, apa dalam diri Zaki ada orang lain? Kali saja dalam satu tubuh ada 2 orang. Ella mulai berpikir yang tidak-tidak.
Zaki menghabiskan minuman sampai tidak tersisa lagi. Lihat sekarang, Ella melihat dirinya dengan tatapan mematikan. Zaki tidak takut sama sekali, ia bahkan sudah duduk di depan Allah sambil melihat ke beberapa sudut ruangan.
"Kaku kenapa selalu ganggu aku?" tanya Ella dengan wajah serius. Jelas saja wajahnya serius, siapa yang ingin bercanda di kondisi sekarang? Tidak ada, mungkin jika ada maka ada yang yang bermasalah dari otaknya.
Zaki mengerutkan kening, lihat saja tatapan polosnya itu. Ella tidak bisa berkata-kata. "Kapan aku ganggu?" tanya Zaki dengan wajah polos.
Ella mengepalkan tangan. "Sabar Ella, sabar..." batinnya berteriak agar bisa mengontrol diri. Jangan sampai Ella lepas kendali, bisa-bisa dia jadi viral dan tidak ada laki-laki yang menginginkan dirinya.
"Nggak ada Ki, Kamubaik terus kok." Ella mengusap wajah dengan kasar. Lebih baik dia segera menyuapi nasi ke dalam mulut daripada menghadapi Zaki yang tidak akan pernah selesai-selesai.
"Nah itu kamu tau," balas Zaki. Dia mengambil ponsel dari saku celana. Entah apa yang dia lakukan, Ella tidak terlalu tertarik. Lebih baik Ella fokus mengisi perut, setelah itu ia bisa kembali ke ruangan.
"Eh La," ujar Zaki tiba-tiba. Memang ya, Zaki tidak bisa tetap diam. Lihat saja baru beberapa menit hening eh sekarang sudah bersuara kembali.
"Hm," jawab Ella dengan tidak niat.
"Ridho mau balik ke Singapura." Zaki menggeser ponsel agar layarnya bisa dilihat oleh Ella. Ridho adalah teman seperjuangan satu jurusan dan satu kelas. Bahkan ada Abel dan juga Adiba. Mereka cukup dekat dimasa-masa kuliah.
"Terus?" tanya Ella. Dia juga tahu jika Ridho akan kembali dari Singapura.
"Kita nggak ada ngumpul gitu?" Zaki kembali menarik ponselnya.
Ella menghela nafas panjang. "Dari sini ke Singapura nggak jauh Ki, kami tutup mata bentar aja langsung sampai ke sana."
Zaki terlalu dramatis, padahal jarak tempat tinggal mereka dengan Singapura tidak begitu jauh. Jadi untuk apa pakai acara ngumpul segala.
"Kamu nggak ada perasaan pertemanan ya," ujar Zaki mendengus kesal.
Ella tidak ingin ambil pusing. Dia kembali fokus untuk menyuapi nasi ke dalam mulut. Zaki hening kembali, mungkin ia tengah sibuk mengirim pesan kepada Ridho. Obrolan mereka berdua selalu random dan Ella tidak bisa masuk ke dalam obrolan tersebut. Berbeda cerita jika mereka mengobrol hal yang serius, contohnya seperti ilmu-ilmu coding maka Ella bisa masuk ke dalam obrolan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me! [END]
Teen FictionTAHAP REVISI Satu jurusan dan satu kelas dimasa kuliah membuat Ella dan Zaki saling mengenal satu sama lain. Bahkan mereka berteman sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tidak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah mereka ditakdirkan bekerja dipe...