Part 20

13.1K 838 57
                                    

Zaki tidak kunjung pergi. Ella berusaha menahan diri agar tidak meledak-ledak. "Kamu kenapa nggak pulang?" geram Ella. Tangannya bahkan sudah mengepal karena menahan emosi yang sejak tadi sudah tumbuh.

"Terserah aku dong, urusannya sama kaku apa?" Zaki malah asik memainkan ponsel.

Ella memaksa kedua ujung bibirnya terangkat ke atas. Dia masih dalam situasi menunggu. Entah sampai kapan Ella harus menunggu karena sang Abang tidak terlihat batang hidungnya. Haruskah Ella naik grab kembali? Uangnya akan menipis jika terus begini. Ella bukan orang yang memiliki penghasilan tinggi, namun penghasilan yang dia dapatkan lebih dari cukup. Ella harus banyak-banyak bersyukur tentunya.

"Woi," panggil Zaki.

"Kamu panggil aku kayak panggil teman tawuran dah." Apa Zaki juga bersikap seperti ini kepada perempuan lain? Semoga saja tidak, bisa-bisa Zaki tidak memiliki jodoh nantinya. Ups, Ella sama sekali tidak mendoakan yang buruk-buruk. Hanya saja sikap Zaki seperti itu membuat perempuan kabur.

"Ridho ngajakin makan malam ni," ujar Zaki. Ia tidak peduli dengan segala macam omelan yang tertahan di dalam diri Ella.

"Tumben tu anak ngakak makan malam, udah banyak duit dia?" Zaman kuliah mereka termasuk jarang yang nongkrong di cafe seperti mahasiswa lainnya yang seusia mereka. Ya, bagi mereka nongkrong di perpustakaan atau kantin kak Iyas lebih menghemat biaya. Padahal Zaki dan Ridho terlahir dari keluarga yang berada.

"Maybe, kerjanya juga udah bagus." Berhubung mereka sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri tentunya, maka untuk makan malam di restoran atau ngumpul di cafe bukan hal yang sulit lagi. Sampai detik ini, mereka masih menjalin silaturahmi bersama-sama.

Diba dan Abel juga demikian, padahal mereka sudah menikah. Suami mereka juga ikut dalam perkumpulan yang mereka adakan. Sebenarnya banyak hal yang mereka bahas, entah itu soal bisnis, soal kegiatan sosial dan lain sebagainya. Mereka tentu saja membahas sesuatu yang memiliki nilai bukan membahas sesuatu yang tidak penting, contohnya seperti menceritakan orang lain.

Ella merasa bersyukur memiliki teman-teman yang luar biasa. Meskipun dulu mereka banyak mengeluh semasa kuliah, namun mereka tidak menyerah dan terus melangkah sedikit demi sedikit. Suami Diba dan Abel juga sangat membantu mereka. Contohnya saja seperti Ridho yang mendapat kerjaan di Singapura. Zaid adalah orang yang membantu mengenalkan Ridho kepada perusahaan tersebut. Tentu saja Ridho diterima karena kemampuan bukan karena Zaid.

"Diba sama Abel gimana?" tanya Ella.

"Lihat aja di grup," balas Zaki.

Ella memang tidak melihat group whatapps. Ia terlalu sibuk melihat postingan di sosial media yang memuat banyak kata-kata dan video bagus.

Grup "Berusaha menjadi Baik"

Ella tertawa membaca nama grup yang terdiri dari dirinya, Ridho, Zaki, Abel dan Diba. Nama grup pasti tidak akan bertahan lama, pasti ada saja yang iseng menggantinya dengan nama-nama aneh atau nama yang baik. Ella juga sering mengganti nama grup tersebut. Entah kenapa menjadi kesenangan tersendiri untuk dirinya.

Ternyata sudah ada 58 pesan yang tidak terbaca. Ella membuka chat room tersebut.

Diba : Makan malam dimana?

Ridho : Pilih dimana aja, aku ngikut.

Abel : Cie Zaki banyak duit

Please, Look At Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang